Pembentukan Inspektorat V, yang bertugas melaksanakan pengawasan Membuka PengaduanKonsultasi Membentuk Unit Pengendali Gratifikasi, dalam rangka mewujudkan Mempertajam Program Kerja Pengawasan Tahunan PKPT melalui Audit Memberikan peringatan dini dan m

RENSTRA KESDM 2015-2019 158 Strategi yang dilakukan dalam penerapan paradigma baru APIP sebagai Consultan dan Quality Assurance, antara lain sebagai berikut:

1. Pembentukan Inspektorat V, yang bertugas melaksanakan pengawasan

dengan tujuan tertentu atas penugasan Menteri ESDM, Riviu, Pemantauan, Evaluasi, Pengawasan Lainnya di lingkup Kementerian serta kegiatan pencegahan dan pemberantasan Tipikor di lingkungan KESDM, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM tentang Organisasi Dan tata Kerja Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.

2. Membuka PengaduanKonsultasi

melalui website Pengadaan BarangJasa, Laporan Keuangan dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang dimaksudkan untuk mempermudah user di internal KESDM untuk melakukan Pengaduankonsultasi tanpa harus datang ke Kantor Inspektorat Jenderal KESDM. Komunikasi ini bersifat dua arah, sehingga PNS dapat berinteraksi dengan Tim Konsultan melalui email dan website interaktif.

3. Membentuk Unit Pengendali Gratifikasi, dalam rangka mewujudkan

Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan KESDM sebagai bagian dari upaya nyata pencegahan korupsi.

4. Mempertajam Program Kerja Pengawasan Tahunan PKPT melalui Audit

Tematik yang hasilnya akan digunakan sebagai bahan pimpinan dalam mengambil keputusan. 5. Mendorong peningkatan kualitas penyelenggaraan tugas dan fungsi KESDM secara efektif, efisien serta patuh terhadap peraturan perundang- undangan.

6. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektifitas manajemen

resiko unit.

7. Pendampingan penyusunan Laporan Keuangan KESDM

untuk mempertahankan penilaian opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP dari BPK-RI. Peningkatan SDM. Kegiatan pertambangan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan dalam pengelolaan pertambangan merupakan faktor utama. Pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat serta meningkatkan manfaat potensi daerah bagi masyarakat. Setelah berlangsung belasan tahun, khususnya pada bidang pertambangan, keinginan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat belum maksimal terwujud sesuai harapan. Indikator kondisi ini antara lain ditunjukkan dengan: penerbitan izin yang wilayahnya tumpang tindih, kondisi lingkungan pertambangan yang rusak, dan kondisi masyarakat sekitar tambang yang masih kekurangan. Kualitas dan kemampuan aparat Pemda yang belum memadai untuk melakukan tanggung jawab pengawasan dan pembinaan kegiatan RENSTRA KESDM 2015-2019 159 pertambangan berperan dalam pengelolaan pertambangan yang tidak sesuai dengan harapan. Menarik kembali kewenangan pengelolaan pertambangan dari Pemda kembali ke Pusat merupakan langkah mundur yang tidak sesuai dengan perundang-undangan saat ini. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki pengelolaan pertambangan adalah meningkatkan kapasitas kemampuan sumber daya manusia aparat pertambangan dan para tenaga kerja profesional yang bekerja di perusahaan pertambangan. Peningkatan kemampuan dalam pengawasan dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan menjadi Inspektur Tambang, pelaksanaan kursus teknis dan regulasi untuk meningkatkan kemampuan aparat, dan peningkatan kemampuan tenaga kerja profesional melalui kursus teknis dan regulasi. Sumber daya manusia merupakan modal utama dalam pengelolaan sektor ESDM sehingga tanpa sumber daya manusia yang berkualitas dan berpotensi maka pelaksanaan pengelolaan pertambangan tidak optimal sesuai dengan prinsip pertambangan yang baik dan benar. Strategi dan rencana aksi tahun 2015-2019 terkait peningkatan kompetensi sumberd daya manusia, antara lain, antara lain:

1. Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,