159
Ringkasan
1. Proses terjadinya perilaku kekerasan disebabkan karena
Faktor Predisposisi
• Faktor Biologis karena faktor herediter yaitu adanya anggotakeluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma kepala,
dan riwayat penggunaan NAPZA narkoti, psikotropika dan zat aditif lainnya.
• Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustrasi.Frustrasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat.
• Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial social environment theorymenyatakan bahwa lingkungan sosial
sangat mempengaruhi
sikap individu
dalam mengekspresikan
marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi social learning theory.
Faktor Presipitasi :
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti putus pacar, perceraian, kematian, kehilangan rasa cinta,
kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung dengan hasil observasi.
Data Subjektif: Ungkapan berupa ancaman, Ungkapan kata-kata kasar, Ungkapan ingin memukul
melukai Data Objektif:
Wajah memerah dan tegang, PAndangan tajam,Mengatupkan rahang dengan kuat, Mengepalkan tangan,Bicara kasar,Suara tinggi, menjerit atau berteriak, Mondar
mandir, melempar atau memukul bendaorang lain
3. Asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan dimulai dari
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan jiwa
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah.Dari kelompok data
160 yang terkumpul, baik data subjektif maupun data objektif, maka masalah
dirumuskan.Selanjtnya dibuat daftar masalah keperawatan sesuai dengan pengkajian, menegakkan pohon masalah, dan menyimpulkan core problem
masalah utama dan menegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan prioritas
b. Membuat rencana tindakan keperawatan
c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan dan
melaksanakan terapi modalitas serta melaksanakan pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter
d. Mengevaluasi keberhasilan pasien dan keluarga.
e. Menuliskan pendokumentasian pasien.
Tes2
1 Berikut adalah salah satu tAnda obyektif dari pasien dengan perilaku kekerasan….
A. Muka memerah, suara keras dan tinggi
B. Pasien mengatakan ingin memukul orang lain
C. Keluarga mengatakan pasien baru saja merusak barang-barang dirumah
D. Keluarga membuatkan jadwal kegiatan pasien sehari-hari
E. Pasien mengatakan telah minum obat sesuai aturan
2 Keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan untuk intervensi
obat adalah: bila pasien mampu…. A.
Muka memerah, suara keras dan tinggi B.
Pasien mengatakan ingin memukul orang lain C.
Keluarga mengatakan pasien baru saja merusak barang-barang dirumah D.
Keluarga membuatkan jadwal kegiatan pasien sehari-hari E.
Pasien mengatakan telah minum obat sesuai aturan 3
Keberhasilan tindakan keperawatan bila keluarga mampu…. A.
Muka memerah, suara keras dan tinggi B.
Pasien mengatakan ingin memukul orang lain C.
Keluarga mengatakan pasien baru saja merusak barang-barang dirumah D.
Keluarga membuatkan jadwal kegiatan pasien sehari-hari E.
Pasien mengatakan telah minum obat sesuai aturan 4
Penyuluhan yang harus dilakukan perawat terhadap keluarga dalam merawat pasien dengan risiko perilaku kekerasan adalah kecuali….
A. TAnda dan gejala kekambuhan pasien yang memerlukan rujukan segera ke RS
atau puskesmas B.
Pentingnya keteraturan kunjungan ke puskesmas atau RS C.
Merawat pasien dengan risiko perilaku kekerasan
161 D.
Mampu berinteraksi dengan pasien E.
TAnda dan gejala ketergantungan obat 5
Berikut ini adalah berbagai cara untuk mengontrol perilaku kekerasan kecuali…. A.
Secara sosialverbal: meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan cara baik
B. Secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantalkasur
C. Minum obat secara teratur
D. Secara spiritual: berdoa
E. Pergi ke dukun
162
Topik 3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri
Mengapa pasien gangguan jiwa selalu berpenampilan tidak rapih, mamakai pakaian yang tidak sesuai, terlihat kotor, rambut acak-acakan tidak tersisir, gigi kotor, kulit yang
hitam karena banyak daki kotoran, bersisik, dan tercium bau yang tidak sedap dari tubuhnya. Pada saat makan mengapa pasien selalu makan berantakan dan terburu-buru.
Apa yang menyebabkan pasien berpenampilan seperti itu? Saya ingin pasien saya seperti saya berpenampilan rapih, bersih, makan dengan tertib dan rapih, untuk itu saya harus
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri, sehingga jika pasien kembali keingkungan di rumah pasien telah mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri. Untuk mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri, maka pelajarilah Topik 3 ini dengan sebaik-baiknya.
A. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengertian
Herdman 2012 mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam melakukan aktifitas perawatan diri kebersihan diri, berhias, makan, toileting. Sedangkan
perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya. 2.
Proses terjadinya masalah
Bagaimanakah seorang individu bisa mengalami masalah dalam perawatan diri? Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami deficit perawatan
diri, yaitu: a.
Faktor prediposisi 1
Biologis, seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri
dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2 Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal
ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit
perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
163 3
Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
3.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung
dengan data hasil observasi a.
Data subjektif Pasien mengatakan tentang :
• Malas mandi
• Tidak mau menyisir rambut
• Tidak mau menggosok gigi
• Tidak mau memotong kuku
• Tidak mau berhias berdandan
• Tidak bisa tidak mau menggunakan alat mandi kebersihan diri
• Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
• BAB dan BAK sembarangan
• Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
• Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
• Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang,
• Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar •
Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan
• pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengencangkan
dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau celana.
• Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai pakaian
berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-barang yang perlu dalam berpakaian, mis telajang.
• Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok
dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan, memegang alat makan, membawa
164 makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan
menghabiskan makanaan. •
BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB
atau BAK.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengkajian defisit perawatan diri
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut: a.
Coba ceritakan kebiasaan cara pasien dalam membersihkan diri? b.
Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan,menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas
dengan penampilan sehari-hari pasien? d.
Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur untuk laki-laki secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan f.
Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan mandi apa saja yang digunakan pasien ?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya ?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang benar
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor. b.
Ketidakmampuan berhiasberdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan
makan dan
minum secara
mandiri, ditandai
dengan ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.