39 prazepam. Sedangkan jenis non benzodiazepine adalah sulpiride dan buspirone. Indikasi
penggunaan obat ini adalah sindrom ansietas seperti : a.
Sindrom ansietas psikik seperti gangguan ansietas umum, gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress paska trauma
b. Sindrom ansietas organic seperti hyperthyroid, pheochromosytosis, dll; sindrom
ansietas situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietas dan gangguan cemas perpisahan
c. Sindrom ansietas penyerta seperti gangguan jiwa dengan ansietas skizofrenia,
gangguan paranoid, dll, d.
Penyakit fisik dengan ansietas seperti pada klien stroke, Myocard Cardio Infac MCI dan kanker dll
5. Obat anti-insomnia
Obat anti-insomnia merupakan sinonim dari hypnotics, somnifacient, hipnotika. Sediaan obat anti-insomnia di Indonesia adalah nitrazepam, triazolam, estazolam, chloral
hydrate. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom insomnia yang dapat terjadi pada a.
Sindrom insomnia psikik seperti gangguan afektif bipolar dan unipolar episode mania atau depresi, gangguan ansietas panic, fobia; sindrom insomnia organic seperti
hyperthyroidism, putus obat penekan SSP benzodiazepine, phenobarbital, narkotika, zat perangsang SSP caffeine, ephedrine, amphetamine;
b. Sindrom insomnia situasional seperti gangguan penyesuaian dengan ansietasdepresi,
sleep, wake schedule jet lag, workshift, stres psikososial; c.
Sindrom insomnia penyerta seperti gangguan fisik dengan insomnia pain producing illness, paroxysmal nocturnal dyspnea,
d. Gangguan jiwa dengan insomnia skizofrenia, gangguan paranoid.
6. Obat anti-obsesif kompulsif
Obat anti-obsesif kompulsif merupakan persamaan dari drugs used in obsessive- compulsive disorders. Sediaan obat anti-obsesif kompulsif di Indonesia adalah clomipramine,
fluvoxamine, sertraline, fluoxetine, paroxetine. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom obsesif kompulsi. Diagnostik obsesif kompulsif dapat diketahui bila individu sedikitnya dua
minggu dan hampir setiap hari mengalami gejala obsesif kompulsif, dan gejala tersebut merupakan sumber penderitaan distress atau mengganggu aktivitas sehari-hari disability.
7. Obat anti-panik
Obat anti-panik merupakan persamaan dari drugs used in panic disorders. Sediaan obat anti-panik di Indonesia adalah imipramine, clomipramine, alprazolam, moclobemide,
sertraline, fluoxatine, parocetine, fluvoxamine. Penggolongan obat anti-panik adalah obat anti-panik trisiklik impramine, clomipramine, obat anti-panik benzodiazepine alprazolam
dan obat anti-panik RIMAreversible inhibitors of monoamine oxydase-A moclobmideserta obat anti-panik SSRI sertraline, fluoxetine,paroxetine, fluvoxamine. Indikasi penggunaan
40 obat ini adalah sindrom panik. Diagnostik sindrom panik dapat ditegakkan paling sedikit satu
bulan individu mengalami beberapa kali serangan ansietas berat, gejala tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa agoraphobia. Panik merupakan gejala yang merupakan sumber
penderitaan distress atau mengganggu aktivitas sehari-hari phobic avoidance
C. EFEK SAMPING OBAT PSIKOFARMAKA
1. Anti-psikosis
Efek samping penggunaan obat-obat anti psikotik sangat luas dan bervariasi, untuk itu seorang perawat dituntut untuk memberikan asuhan perawatan yang optimal, sehingga efek
samping penggunaan obat ini tidak membahayakan klien. a.
Efek samping yang harus diperhatikan adalah sindrom ekstrapiramidal EPS, baik jangka akut maupun kronik. Efek samping yang bersifat umum meliputi neurologis,
behavioral, autoimun, autonomik. Reaksi neurologis yang terjadi adalah timbulnya gejala-gejala ekstrapiramidal EPS seperti reaksi distonia akut yang terjadi secara
mendadak dan sangat menakutkan bagi klien seperti spasme kelompok otot mayor yang meliputi leher, punggung dan mata. Katatonia, yang akan mengakibatkan
gangguan pada sistem pernafasan. Reaksi neurologis yang juga sering terjadi adalah akatisia ditAndai dengan rasa tidak tenteram, dan sakit pada tungkai, gejala ini akan
hilang jika klienmelakukan gerakan.
b. Sindrom parkinson’s merupakan kelainan neurologis yang sering muncul sebagai efek
samping penggunaan obat golongan ini. Gejala sindrom Parkinson meliputi akinesia, rigiditaskekakuan dan tremor. Akinesia adalah suatu keadaan dimana tidak ada atau
perlambatan gerakan, sikap tubuh klienkaku seperti layaknya sebatang kayu yang padat, cara berjalan inklin dengan ciri berjalan dengan posisi tubuh kaku kedepan,
langkah kecil dan cepat dan wajah seperti topeng. Pada pemeriksaan fisik terjadi rigiditaskekakuan pada otot, tremor halus bilateral di seluruh tubuh serta gerakan
“memutar-pil” dari jari-jari tangan.
c. Reaksi behavioral akibat efek samping dari penggunaan obat ini ditAndai dengan
banyak tidur, grogines dan keletihan. d.
Reaksi autoimun ditAndai dengan penglihatan kabur, konstipasi, takikardi, retensi urine, penurunan sekresi lambung, penurunan berkeringat dan salivasi mulut kering,
sengatan panas, kongesti nasal, penurunan sekresi pulmonal, “psikosis atropine” pada klien geriatrik, hiperaktivitas, agitasi, kekacauan mental, kulit kemerahan, dilatasi pupil
yang bereaksi lambat, hipomotilitas usus, diatria, dan takikardia.
e. Reakasi autonomik jantung biasanya terjadi peningpusing, takikardia, penurunan
tekanan darah diastolic. Reaksi akut merugikan dan jarang terjadi pada penggunaan anti-psikosis adalah reaksi alergi, abnormalitas elektrokardiography dan neurologis
yang biasanya terjadi kejang grand mal dan tidak ada tAnda aura.
f. Reaksi alergi yang terjadi meliputi agranulositosis, dermatosis sistemik, dan ikterik.
Agranulositosis yang
terjadi secara
mendadak, demam,
malaise, sakit