Anti-psikosis EFEK SAMPING OBAT PSIKOFARMAKA

42

4. Anti-ansietas

Efek samping penggunaan obat anti-ansietas dapat berupa sedasi seperti rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah; relaksasi otot seperti ras lemes, cepat lelah. Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek samping obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir berlangsung sangat cepat. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat, klien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi. Ketergantungan relative lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat.

5. Anti-insomnia

Efek samping penggunaan obat anti-insomnia diantaranya adalah depresi susunan saraf pusat terutama pada saat tidursehingga memudahkan timbulnya koma, karena terjadinya penurunan dari fungsi pernafasan, selain itu terjadi uremia, dan gangguan fungsi hati. Pada klien usia lanjut dapat terjadi “oversedation” sehingga risiko jatuh dan Hip fracture trauma besar pda sistem muskulo skleletal. Penggunaan obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dalam jangka panjang yaitu “rage reaction” perilaku menyerang dan ganas.

6. Anti obsesis kompulsif

Efek samping penggunaan obat anti-obsesif kompulsif, sama seperti obat anti-depresi trisiklik, yaitu efek anti-histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun; efek anti-kolinergik seperti mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardi; efek anti-adrenergik alfa seperti perubahan gambaran elektokardiografi, hipotensi ortostatik; efek neurotoksis seperti tremor halus, kejang epileptic, agitasi, insomnia. Efek samping yang sering dari penggunaan anti-obsesif kompulsif jenis trisiklik adalah mulut kering dan konstipasi, sedangkan untuk golonggan SSRI efek samping yang sering adalah nausea dan sakit kepala. Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiprpireksia, konvulsi, “toxic confusional state”confusion, delirium, disorientasi.

7. Anti-panik

Efek samping penggunaan obat anti-panik golongan trisiklik dapat berupa efek anti- histaminergik seperti sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun; efek anti-kolinergik seperti mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi; efek anti-adrenergik alfa seperti perubahan gambaran elektrokardiografi, hipotensi ortostatic; efek neurotoksis seperti tremor halus, kejang, agitasi, insomnia. 43 Pada kondisi overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala seperti eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, “toxic confusional satate” confusion, delirium, disorientasi. Latihan 1 Jelaskan pengertian psikofarmaka 2 Sebutkan jenis obat psikofarmaka 3 Jelaskan efek samping obat psikotik 4 Jelaskan efek samping obat anti depresi 5 Jelaskan efek samping obat anti insomnia Petunjuk Jawaban Latihan 1 Untuk menjawab pertanyaan nomor 1 pelajarilah kembali pengertian psikofarmaka 2 Untuk menjawab pertanyaan nomor 2 pelajarilah kembali jenis obat psikofarmaka 3 Untuk menjawab pertanyaan nomor 3 pelajarilah kembali efek samping obatpsikotik 4 Untuk menjawab pertanyaan nomor 4 pelajarilah kembali mengenai efek samping obat anti depresi 5 Untuk menjawab pertanyaan nomor 5 pelajarilah kembali mengenai eek samping obat anti insomnia Ringkasan 1. Perawat memiliki peranan yang penting dalam program terapi psikofarmaka, untuk itu perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien. Hasil identifikasi masalah kesehatan jiwa yang dialami oleh klien terkait dengan program pemberian obat psikofarmaka dapat dikelompokkan sebagai berikut : psikosis, gangguan depresi, gangguan mania, gangguan ansietas, gangguan insomnia, gangguan obasesif kompulsif dan gangguan panic 2. Cara penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus memahami prinsip-prinsip dalam pemberian obat psikofarmaka yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efek samping, cara pemberian, kontra indikasi. 3. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka. Peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka meliputi pengkajian klien, koordinasi terapi modalitas, pemberian piranti psikofarmakologik, pemantauan efek obat, pendidikan klien, program rumatan obat, dan peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhdap uji coba obat. 4. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka. Evaluasi pemberian obat psikofarmaka ditujukan pada kewaspadaan perawat terhadap penggunaan obat psikofarmaka. Perawat harus menyadari bahwa beberapa masalah mungkin timbul berkaitan dengan penggunaan obat psikofarmaka.