49 Penghentian pemberian obat ini harus dilakukan secara gradual agar tidak terjadi
kekambuhan dan memberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri. dengan maksimal lama pemberian 2-3 bulan. meskipun respon terhadap pengobatan sudah terlihat dalam 1-2
minggudengan dosis antara 75-225 mghari., tetapi lama pemberian obat ini antara tidak boleh melenleb., untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2-3
bulan Batas lamanya pemberian obat bersifat individual, umumnya diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara bertahap bila kondisi klien sudah memungkinkan.
Obat anti-obsesif kompulsif kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
7. Obat anti-panik
Semua jenis obat anti-panik trisiklik, benzodizepin, RIMA, SSRI sama efektifnya guna menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan
panik. Pengaturan dosis pemberian obat anti-panik adalah dengan melihat keseimbangan antara efek samping dan kasiat obat. Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan-lahan
dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efek samping dan mencegah terjadiya toleransi obat. Dosis efektif biasanya dicapai dalam aktu 2-3 bulan. Dosis
pemeliharaan umunya agak tinggi, meskipun sifatnya individual. Lama pemberian obat bersifat individual, namun pada umunya selama 6-12 bulan, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 3 bulan bila kondisi klien sudah memungkinkan. Ada beberapa klien yang memerlukan pengobatan bertahun-tahun untuk mempertahankan bebas gejala dan bebas
dari disabilitas. Obat ini kontra indikasi diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
C. PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA
Karena Anda telah mempu memahami dengan baik permasalahan yang dialami dan strategi pemberian obat psikofarmaka pada klien gangguan jiwa, maka bahasan selanjutnya
adalah peran perawat dalam pemberian psikofarmaka. Adapun langkah-langkah tersebut akan diurakan sebagai berikut. Selamat belajar semoga Anda dapat mempelajarinya dengan
baik. 1.
Pengkajian. Pengkajian secara komprehensif akan memberikan gambaran yang sesungguhnya
tentang kondisi dan masalah yang dihadapi klien, sehingga dapat segera menentukan langkah kolaboratif dalam pemberian psikofarmaka.
2. Koordinasi terapi modalitas. Koordinator merupakan salah satu peran seorang
perawat. Perawat harus mampu mengkoordinasikan berbagai terapi modalitas dan progam terapi agar klien memahami manfaat terapi dan memastikan bahwa program
terapi dapat diterima oleh klien.
3. Pemberian terapi psikofarmakologik. Perawat memiliki peran yang sangat besar untuk
memastikan bahwa program terapi psikofarmaka diberikan secara benar. Benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara pemberian, dan benar waktu.
50 4.
Pemantauan efek obat. Perawat harus harus memantau dengan ketat setiap efek obat yang diberikan kepada klien, baik manfaat obat maupun efek samping yang dialami
oleh klien.
5. Pendidik klien. Sebagai seorang edukator atau pendidik perawat harus memberikan
pendidikan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluaarga sehingga klien dan keluarga memahami dan mau berpartisipasi aktif didalam melaksanakan program terapi yang
telah ditetapkan untuk diri klien tersebut.
6. Program rumatan obat. Bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan kesehatan
pada klien mengenai pentingnya keberlanjutan pengobatan pasca dirawat. 7.
Peran serta dalam penelitian klinik interdisiplin terhadap uji coba obat. Perawatberperan serta secara aktif sebagai bagian dari tim penelitan pengobatan klien
D. EVALUASI PEMBERIAN OBAT PSIKOFARMAKA
Evaluasi pemberian obat harus terus menrerus perawat lakukan untuk menilai efektifitas obat, interaksi obat maupun efek samping pemberian obat. Berikut ini evaluasi
yang harus dilakukan 1.
Pemberian obat jenis benzodiazepine, nonbenzodiazepin, antidepresan trisiklik, MAOI, litium, antipsikotik. Benzodiazepin pada umumnya menimbulkan adiksi kuat kecuali jika
penghentian pemberiannya dilakukan dengan tapering bertahap tidak akan menimbulkan adiksi. Penggunaan obat ini apabila dicapur digunakan bersamaan
dengan obat barbiturate atau alcohol akan menimbulkan efek adiksi.Monitoring timbulnya efek samping seperti sedasi, ataksia, peka rangsang, gangguan daya ingat.
2. Penggunaan obat golongan nonbenzodiazepin memiliki banyak kerugian seperti terjadi
toleransi terhadap efek antiansietas dari barbiturate, lebih adiktif, menyebabkan reaksi serius dan bahkan efek lethal pada gejala putus obat, berbahaya jika obat diberikan
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat, serta menyebabkan efek samping yang berbahaya.
3. Golongan antidepresan trisiklik dapat menjadi letal bila diberikan dalam dosis yang
besar karena efek obat menjadi lebih lama 3-4 minggu, obat ini relatif aman karena tidak memiliki efek samping jika digunakan dalam jangka waktu yang lama jika
diberikan dalama dosis yang tepat.Efek samping menetap dapat diminimalkan dengan sedikit menurunkan dosis, obat ini tidak menyebabkan euphoria, dapat diberikan satu
kali dalam sehari. Tidak mengakibatkan adiksi tetapi intoleransi terhadap vitamin B6.
4. Penggunaan litium dapat menimbulkan toksisitas litium yang dapat mengancam jiwa.
Perawat harus memantau kadar litium dalam darah. Jika pemberian litium tidak menimbulkan efek yang diharapkan, obat ini dapat dikombinasi dengan obat anti
depresan lain. Perlunya pendidikan kesehatan untuk klien mengenai cara memantau kadar litium.
5. Penggunaan anti psikotik harus mempertimbangkan pedoman sebagai berikut bahwa
dosis anti psikotik sangat bervariasi untuk tiap individu. Dosis diberikan satu kali sehari,