36
Topik 2 Konsep Psikofarmaka
Tentu Anda bertanya mengapa saya harus mempelajari psikofarmaka? Anda harus mempelajari psikofarmaka karena salah satu peran yang Anda lakukan sehari-hari adalah
pemberian obat. Untuk mampu menjalankan peran tersebut, Anda harus mengetahui penggolongan, efek samping dan gejala putus zat akibat penggunaan obat psikofarmaka.
A. PENGERTIAN PSIKOFARMAKA
Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat psikotropika, atau obat psikoaktif atau obat psikoteraputik. Penggolonganobat ini didasarkan atas adanya kesamaan efek obat
terhadap penurunan aatau berkurangnya gejala.Kesamaan dalam susunan kimiawi obat dan kesamaan dalam mekanisme kerja obat.
Obat psikofarmaka adalah obat yang bekerja pada susunan saraf pusat SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku mind and behavior altering
drugs,digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik psychotherapeutic medication. Obat psikofarmaka, sebagai salah satu zat psikoaktif bila digunakan secara salah misuse atau
disalahgunakan abuse beresiko menyebabkan gangguan jiwa. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III PPDGJ III penyalahgunaan obat psikoaktif
digolongkan kedalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Gangguan mental dan perilaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk:
1. Intoksikasi akut tanpa atau dengan komplikasi
Kondisi ini berkaitan dengan dosis zat yang digunakan efek yang berbeda pada dosis yang berbeda. Gejala intoksikasi tidak selalu mencerminkan aksi primer dari zat dan dapat
terjadi efek paradoksal.
2. Penggunaan yang merugikan harmful use
Kondisi ini merupakan pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan dapat berupa fisik dan atau mental. Pada kondisi ini belum menunjukkan adanya sindrom
ketergantungan tetapi sudah berdampak timbulnya kelemahanhendaya psikososial sebagai dampaknya.
3. Sindrom ketergantungan dependence syndrome
Kondisi ini ditAndai dengan munculnya keinginan yang sangat kuat dorongan kompulsif untuk menggunakan zat psikoaktif secara terus menerus dengan tujuan
memperoleh efek psiko aktif dari zat tersebut. Pada kondisi ini individu tidak mampu menguasai keinginan untuk menggunakan zat, baik mengenai mulainya, menghentikannya,
ataupun membatasi jumlahnya loss of control.Pengurangan dan penghentian penggunaan zat ini, akan menimbulkan keadaan putus zat, yang akan mengakibatkan perubahan
37 fisiologis yang sangat tidak menyenangkan, sehingga memaksa orang tersebut
menggunakannya lagi atau menggunakan obat lain yang sejenis untuk menghilangkan gejala putus obat tersebut.
Untuk memperoleh efek yang sama gejala toleransi, individu harus meningkatkan dosis penggunaan zat psikoaktif dan terus menggunakannya walaupun individu tersebut,
menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya
4. Keadaan putus obat withdrawal state
Adalah gejala-gejala fisik dan mental yang timbul pada saat penghentian penggunaan zat yang terus menerus dalam jangka waktu panjang atau dosis tinggi. Gejala putus obat,
sangat tergantung pada jenis dan dosis zat yang digunakan. Gejala putus zat,akan mereda bila pengguna meneruskan penggunaan zat. Ini merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan.
5. Gangguan psikotik
Merupakan sekumpulan gejala-gejala psikotik yang terjadi selama atau segera setelah penggunaan zat psikoaktif. Gejala psikotik ditandai dengan adanya halusinasi, kekeliruan
identifikasi, waham dan atau ideas of reference gagasan yang menyangkut diri sendiri sebagai acuan yang seringkali bersifat kecurigaan atau kejaran. Selain itu timbul gangguan
psikomotor excitement atau stupor dan afek abnormal yang terentang antara ketakutan yang mencekam sampai pada kegembiraan yang berlebihan. Variasi gejala sangat
dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat
6. Sindrom amnestik
adalah hendayagangguan daya ingat jangka pendek recent memory yang menonjol. Pada sindrom ini juga kadang-kadang muncul gangguan daya ingat jangka panjang remote
memory, sedangkan daya ingat segera immediate recall masih baik. Fungsi kognitif lainnya biasanya relative baik. Adanya gangguan sensasi waktu menyusun kembali urutan
kronologis, meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa. Pada kondisi ini, kesadaran individu kompos mentis, namun terjadi perubahan kepribadian yang sering
disertai apatis dan hilangnya inisiatif, serta kecenderungan mengabaikan keadaan
B. JENIS OBAT PSIKOFARMAKA
1. Obat anti-psikosis
Obat anti-psikosis merupakan sinonim dari neuroleptics,major transqualizer,ataractics, antipsychotics,
antipsychotic drugs,
neuroleptics. Obat-obat
anti-psikosis merupakanantagonis dopamine yang bekerja menghambat reseptor dopamine dalam
berbagai jaras otak. Sedian obat anti-psikosis yang ada di Indonesia adalah chlorpromazine, haloperidol, perphenazine, fluphenazine, fluphenazine decanoate, levomepromazine,
trifluoperazine, thioridazine, sulpiride, pinozide, risperidone.
38 Indikasi penggunaan obat ini adalah syndrome psikosis yang ditAndai dengan adanya
hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, fungsi mental, dan fungsi kehidupan sehari-hari.
a. Sindrom psikosis dapat terjadi pada sindrom psikosis fungsional seperti skozofrenia,
psikosis paranoid, psikosis afektif dan psikosis reaktif singkat. Dan pada b.
Sindrom psikosis organic seperti, sindrom delirium, dementia, intoksikasi alkohol, dan lain-lain.
2. Obat anti-depresi
Obat anti-depresi sinonim dari thymoleptic, psychic energizers, anti depressants, anti depresan. Sediaan obat anti-depresi di Indonesia adalah amitriptyline, amoxapine,
amineptine, clomipramine, imipramine, moclobemide, maprotiline, mianserin, opipramol, sertraline, trazodone, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine. Jenis obat anti-depresi adalah
anti-depresi trisiklik, anti-depresi tetrasiklik, obat anti-depresi atipikal, selective serotonin reuptake inhibitor SSRI, dan inhibitor monoamine okside MAOI. Indikasi klinik primer
penggunaan obat-obat anti-depresi adalah sindrom depresi yang dapat terjadi pada a.
Sindrom depresi panic, gangguan afektif bipolar dan unipolar. Gangguan distimik dan gangguan siklotimik.
b. Sindrom depresi organik seperti hypothyroid induced depression, brain injury
depression dan reserpine. c.
Sindrom depresi situasional seperti gangguan penyesuaian dengan depresi, grief reaction, dll; dan sindrom depresi penyerta seperti gangguan jiwa dengan depresi
gangguan obsesi kompulsi, gangguan panic, dimensia, gangguan fisik dengan depresi stroke, MCI, kanker, dan lain-lain.
3. Obat anti-mania
Obat anti-mania merupakan sinonim dari mood modulators, mood stabilizers, antimanics. Sediaan obat anti-mania di Indonesia adalah litium carbonate, haloperidol,
carbamazepine. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom mania ditAndai adanya keadaan afek yang meningkat hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu. Keadaan
tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut:Peningkatan aktivitas, lebih banyak berbicara dari lazimnya, lompat gagasan, rasa harga diri yang melambung, berkurangnya kebutuhan
tidur, mudah teralih perhatian, keterlibatan berlebih dalam aktivitas. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala seperti penurunan kemampuan bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
4. Obat anti-ansietas
Obat anti-ansietas merupakan sinonim psycholeptics, minor transqualizers, anxiolytics, antianxiety drugs, ansiolitika. Obat anti-ansietas terdiri atas golongan benzodiazepine dan
nonbenzodiazepin. Sediaan obat anti-ansietas jenis benzodiazepine adalah diazepam, chlordiazepoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam, oxasolam, clorazepate, alprazolam,