Policy Integration Kebijaksanaan Strategi Pengembangan Agroindustri

22 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian Kebijaksanaan yang terpadu tersebut, mencakup beberapa bentuk kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaan pengembangan produksi dan produkstivitas di tingkat perusahaan firm level policy. Kedua, kebijak- sanan tingkat sektoral untuk mengembangakan seluruh kegiatan usaha sejenis. Ketiga, kebijaksanaan di tingkat sistem agroindustri yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor. Keempat, kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agroindustri. Sebagai langkah awal, hal tesebut dapat diwujudkan dengan 1 mengembangkan sistem komunikasi yang dapat mengoordininasi-kan pelaku-pelaku kegiatan agroindustri dengan penentu kebijaksanaan yang dapat memengaruhi sistem agroindustri secara keseluruhan maupun masing-masing subsistem agroindusri; 2 membentuk, mengembangkan, dan menguatkan asosiasi pengusaha yang terlibat dalam kegiatan agro- industri pada berbagai jenjang, tidak hanya asosisi yang dapat bergerak antara subsistem, yaitu asosiasi dengan integrasi vertikal; dan 3 mengem- bangkan kegiatan masing-masing subsistem agroindustri, terutama dituju- kan untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuan manajemen melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi. Berdasarkan uraian tersebut, pengembangan kegiatan agroindustri dengan konsep Agroindustry Lead Development Strategy pada saat sekarang dan mendatang merupakan kelanjutan strategi yang kemarin. Aspek kelanjutan ditunjukan oleh pengembangan kegiatan bukan usahatani off farm setelah dicapai keberhasilan pada kegiatan-kegiatan di tingkat usahatani. Aspek peningkatan ditunjukan oleh diversifikasi kegiatan petani dan kegiatan pedesaan dengan pengembangan kegiatan nonbudidaya, seperti pengolahan, pemasaran, dan kegiatan penunjang setelah kegiatan budidaya berhasil dikusai. Sedangkan, aspek kelanjutan dan peningkatan lainnya ditunjukan oleh usaha untuk menyeimbangkan kegiatan di antara para pelaku eko- nomi. Dalam tataran ini, peran pihak swasta dalam arti yang seluas-luasnya semakin ditingkatkan. Dalam hal ini, peran pemerintah dapat ditekankan pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan infra- struktur, penelitian, dan pengembangan, serta lembaga koordinasi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan agroindustri tersebut di tingkat pusat. 23 Bab I, Agribisnis

1.8 Kelembagaan Agribisnis Pedesaan

Di Dalam pengembangan agribisnis kehadiran keenam komponen subsistem agribisinis di tingkat lokalita belumlah lengkap. Untuk men- cukupi persyaratan keberadaabn sistem agribisnis di pedesaaan perlu didukung oleh rancang bangun, model atau arsitektur agribisnis yang dapat merakit dan mengintegrasikan semua komponen dalam sistem dan faktor pendukungnya dengan berlandasan arah dan strategi pengembang pasar- nya. Dengan demikian, pelaku agribisnis, terutama kelompok tani dapat digerakkan dan mempunyai akses terhadap usaha agribisnis secara terncana dan terpola. Dalam kaitan di atas, wirausaha dan kemitraan usaha tampil sebagai pemrakarsa, perakit dan perekayasa, penggerak, dan pemandu berkerjanya sistem agribisnis pada lokalita tertentu. Instrumen yang berperan di dalam proses perekayasaan yakni penetapan komoditas unggulan, penetapan kawasan agribisnis, forum komunikasi sebagai kelembagaan penggerak, konsultan agribisnis yang dapat diperankan oleh penyuluh sebagai motor penggerak dan didukung oleh penyelenggaraan inkubator sebgai wadah yang dapat membentuk enterpreneurship serta koperasi usaha bersama KUBA sebagai wadah kelompok tani untuk memperkuat posisi dalam beragribisnis. Sejalan dengan itu, jaringan kelembagaan agribisnis yang dibutuhkan adalah jaringan kelembagaan yang lebih menitikberatkan pada pember- dayaan petani sekaligus yang dapat mengarahkan para pelaku bisnis dalam menghadapi era globalisasi. Dalam hal ini, suatu jaringan kelembagaan agribisnis yang perlu dimantapkan di tingkat lokalita seyogyanya memiliki sedikitnya tiga visi, yaitu: pertama, memberikan dorongan kepada pengusaha yang terkait sebagai pelaku-pelaku agribisnis untuk melakukan pembenahan di sektor produksi; visi kedua, sebagai pusat mengenai agribisnis termasuk agroindustri; ketiga memberikan bimbingan kepada para pelaku agribisnis khususnya yang bergerak di sektor hulu sehingga mereka mampu memperkuat posisi tawarnya dalam era terbuka nantinya. 24 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian