Kajian Terdahulu AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA- OOGST: TINJAUAN EKONOMI PERTANIAN

32 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian pendapatan petani tembakau Besuki Na-Oogst, yakni modal, curahan jam kerja, bentuk penjualan hasil, dan sistem penjualan hasil. Penelitian dengan topik yang lain telah dilakukan oleh Imam Syafi’i pada tahun 1989. Dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Biaya dan Pendapatan Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst berdasarkan Luas Tanah Garapan menyimpulkan bahwa secara absolut ternyata semakin luas tanah garapan petani yang berusahatani tembakau Na-Oogst, maka semakin rendah rata-rata biaya yang dibutuhkan. Selain itu, variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan petani tembakau Besuki Na-Oogst, yakni biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, processing, dan harga jual. Apabila ditinjau dari analisis efisiensi, ternyata usahatani tembakau Na-Oogst. menunjukkan usaha tani efisien dengan nilai RC Ratio = 2,63. Soeyono 1991 juga mengadakan penelitian yang menggunakan analisis efisiensi usahatani tembakau di Kecamatan Ledokombo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani tembakau membutuhkan modal yang jumlahnya relatif besar dan usaha tani tembakau di Kecamatan Ledokombo sudah cukup efisiensi dengan tingkat efisiensi sebesar 245. Penelitian mengenai tembakau Besuki Na-Oogst telah dilakukan kembali oleh Imam Syafi’i pada tahun 1993. Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa 1 semakin luas lahan garapan tembakau Besuki Na-Oogst maka biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar dan pendapatan yang diperoleh juga semakin tinggi; 2 faktor utama yang berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani Tembakau Besuki Na-Oogst yakni harga jual dan tenaga kerja; 3 saluran pemasaran yang paling efisien, yakni saluran pemasaran ke-4, yaitu dari petani ke eksportir; 4 salah satu faktor yang menyebabkan terjadi penurunan penanaman tembakau Besuki Na-Oogst, yakni pendapatan yang diperoleh petani tidak seimbang dengan kerja yang dilakukannya. Selain itu, Soetriono 1993 juga telah meneliti mengenai Faktor- Faktor yang memengaruhi Produksi Efisiensi Pendapatan dan Volume Ekspor Tembakau Besuki Na-Oogst . Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa alokasi biaya usahatani yang dikelola anggota HIPPA sudah efisien dengan RC Ratio 2,32. Faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat pro- duksi usaha tani yang dikelola anggota HIPPA, yakni luas tanah garapan, pupuk, dan tenaga kerja. Syafi’i, et al 1994 malakukan Analisis Produksi dan Pendapatan Serta Pengaruh Volume Ekspor Terhadap Produksi dan Luas Areal Tembakau Besuki Na-Oogst . Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk 33 Bab II, Usahatani Tembakau Besuki NA-OOGST memelajari pengaruh faktor-faktor produksi terhadap besarnya produk tembakau Besuki Na-Oogst yang diperoleh, mempelajari efisiensi, dan tingkat pendapatan usahatani tembakau Besuki Na-Oogst dan mempelajari pengaruh volume ekspor terhadap jumlah produksi dan luas areal tembakau Besuki Na-Oogst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi produksi tembakau Na-Oogst, yakni luas lahan, pemakaian pupuk urea, dan varietas yang digunakan para petani, usahatani tembakau Besuki Na-Oogst tergolong efisien terutama pada usahatani yang luas, perubahan volume ekspor akan memengaruhi terhadap jumlah produksi musim tanam berikutnya dan luas areal. Penelitian di atas merupakan landasan bagi penulis untuk melakukan dengan topik sejenis. Walapun begitu, penelitian yang dilakukan tidak akan mengadopsi secara langsung model penelitian dan hipotesis penelitian sebelumnya melainkan akan dilakukan modifikasi dengan menentukan variabel-variabel penelitian yang didasarkan pada teori dan pakar-pakar yang lain. Selain itu, dalam buku ini juga digunakan teori-teori lain yang berhubungan untuk menentukan variabel-variabel yang lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu mengenai komoditas tembakau yang juga menjadi acuan, yakni penelitian Basoenando 2001. Peneliti menganalisis mengenai “Pemasaran Tembakau Besuki NO, Produksi Petani di Kabupaten Jember, Faktor-Faktor yang Berpengaruh dan Strategi Pengembangannya”. Analisis yang digunakan terdiri atas tiga, yaitu analisis usahatani tembakau Besuki Na-Oogst, analisis prioritas faktor penentu harga tembakau Besuki Na-Oogst , dan analisis strategi. Dari hasil analisis, peneliti menyimpulkan bahwa pengusahaan di wilayah pengembangan, dengan kisaran nilai BC = 0,8-2,6 lebih rawan keberhasilan apabila dibanding wilayah tradisional dengan kisaran BC = 1,2-2,6. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yakni komposisi tembakau berkualitas baik, tingkat pendidikan formal petani, dan produktivitas yang dicapai. Djajadi 2008, dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perbedaan kondisi topografi lahan dan besarnya curah hujan antara Jember Utara dengan daerah pengembangan baru tembakau cerutu besuki Jember Selatan akan berpengaruh terhadap perbedaan karakteristik agroekologi yang menentukan tembakau berproduksi dan bermutu tinggi. Sebagai daerah yang berpotensi untuk menghasilkan mutu tinggi mutu pembalut dan pembungkus cerutudek-omblad, daerah Jember Selatan memerlukan teknologi yang sesuai dengan karakteristik agroekologi. 34 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian

2.4 Teori Produksi dan Pendapatan

Menurut Budiono 1992, setiap proses produksi memunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut Fungsi Produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan kombinasi penggunaan input-input. Hubungan antara masukan dan keluaran ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Q = f X1, X2, X3…..Xn Keterangan: Q = Tingkat produksi output dipengaruhi oleh faktor produksi X X = berbagai input yang digunakan atau variabel yang memengaruhi Q Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi. Dalam teori ini, semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut: The Law of Diminishing Return. Hukum ini mengatakan bahwa bila suatu input ditambah penggunaannya, sedangkan input-input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menaik, tetapi kemudian sete- rusnya menurun bila input tersebut harus ditambah. Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan satu unit input variabel tersebut, disebut marginal physical product MPP dari input tersebut. Elastisitas produksi Ep adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tahapan usaha terjadi peristiwa tambahan input yang menye- babkan tambahan output yang semakin menaik increasing rate kemudian menurun decreasing negative sampai pada produk marginal PM yang negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: 35 Bab II, Usahatani Tembakau Besuki NA-OOGST Sumber: Mubyarto 1991 Gambar 2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi Dalam teori ekonomi asumsi dasar sifat fungsi produksi merupakan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang the law of diminishing return. Spesifikasi bentuk fungsi produksi tersebut, dapat dijabarkan dalam tiga tahap. Secara umum hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap 1: nilai Ep1, produk total, produk rata-rata menaik dan produk marginal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk rata-rata, merupakan daerah irasional karena produsen meningkatkan output melalui peningkatan input. 2. Tahap II: nilai Ep adalah 1 Ep 0, produk total menaik tetapi produk rata-rata menurun dan produk marjinal nilainya juga menurun sampai 0 dan merupakan daerah rasional untuk membuat keputusan produksi. Dengan demikian, daerah ini terjadi efisiensi.