Keberadaan Tembakau Besuki Na-Oogst

26 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian dikeringkan secara alami; dan tembakau bawah naungan TBN yang merupakan hasil terobosan teknologi tahun 1984 dengan cara menggu- nakan naungan waring BPSMB-LT dan KUTJ, 2008. Tembakau BesNOTRA ditanam pada pertengahan musim kemarau dan dipanen pada musim penghujan. Tembakau BesNOTA dan TBN ditanam pada akhir musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. Namun demikian, karena tembakau BesNOTRA, BesNOTA, dan TBN, tersebut tidak berbeda pemanfaatannya, yaitu sebagai bahan pembuat rokok cerutu, maka untuk selanjutnya ketiga jenis tembakau tersebut disebut sebagai tembakau cerutu Besuki atau Besuki Na-Oogst. Dalam penelitian ini, tembakau Besuki Na-Oogst. Tembakau yang dimaksud ini ditekankan pada jenis tembakau BesNOTRA dan BesNOTA yang di- budidayakan oleh para petani tembakau di Kabupaten Jember. Wilayah sentra penanaman tembakau cerutu Besuki, di Kabupaten Jember, yang masih dikembangkan sampai dengan saat sekarang, terdapat di daerah Utara-Timur, terutama tersebar di desa-desa di kecamatan Arjasa, Sumberjambe, Ledokombo, Kalisat, Sukowono, dan Pakusari. Di daerah Tengah-Utara, tersebar di desa-desa di kecamatan Ajung, Jenggawah, Mumbulsari, Sukorambi, Rambipuji, Sumbersari, dan Patrang. Di Selatan, tersebar di desa-desa di kecamatan Ambulu, Wuluhan, Balung, dan Puger Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember, 2009. Tembakau cerutu di daerah Jember Utara-Tengah merupakan wilayah penanaman tembakau Besuki Na-Oogst Tradisional BesNOTRA. Sedangkan, di daerah Jember Selatan, yakni wilayah penanaman untuk tembakau Besuki Na-Oogst Tanam Awal BesNOTA. Tembakau cerutu di daerah Jember Utara-Tengah dan di daerah Jember Selatan memiliki karakteristik yang berbeda. Tembakau cerutu yang dihasilkan di daerah Jember Utara-Tengah, yakni tembakau untuk mutu pengisi cerutu filler dan pembalut cerutu omblad. Sedangkan, di daerah Jember Selatan hasil mutu utamanya, yakni tembakau omblad dan dekblad. Pada mulanya, daerah Jember Utara merupakan sentra penanaman tembakau Besuki Na-Oogst. Namun, dalam perkembangannya, pena- naman tembakau Besuki Na-Oogst di daerah Jember Utara bergeser ke daerah Jember Selatan. Beberapa penyebab bergesernya areal penanaman tembakau Besuki Na-Oogst dari wilayah Jember Utara ke wilayah Jember Selatan karena menurunnya kesuburan tanah dan meningkatnya infestasi penyakit Rachman et al, 2001. Penurunan kesuburan lahan dan mening- katnya serangan penyakit di daerah Jember Utara menyebabkan rendahnya 27 Bab II, Usahatani Tembakau Besuki NA-OOGST produksi yang dihasilkan, meskipun mutu filler yang dihasilkan masih lebih tinggi daripada mutu filler yang dihasilkan di daerah Jember Selatan. Adanya perbedaan kondisi topografi lahan, besarnya curah hujan antara Jember Utara dan Jember Selatan serta bergesernya waktu tanam akan berpengaruh terhadap perbedaan karakteristik agroekologi yang nantinya juga menentukan tembakau berproduksi dan bermutu tinggi Djajadi, 2008. Di samping hal tersebut, teknik budidaya untuk tembakau BesNOTA dan BesNOTRA memiliki beberapa perbedaan. Salah satu di antaranya, pengolahan tanah untuk tembakau BesNOTA dan BesNOTRA. Tembakau BesNOTA ditanam di musim kemarau. Lepas dari adanya penyimpangan cuaca, tanah diolah pada saat hujan akan berakhir dan tembakau hidup pada saat tidak ada hujan sampai panen berakhir sehingga tanah diolah dari suasana basah ke suasana kering. Tembakau BesNOTRA ditanam di akhir musim kemarau dan mulai dipanen pada awal musim penghujan. Tanah diolah sewaktu cuaca kering dan tembakau hidup dalam dua keadaan cuaca, dari kering ke basah. Dengan keadaan yang demikian, mengin- dikasikan bahwa pengolahan tanah yang selama ini dilakukan tidak semuanya tepat sama pada budidaya tembakau BesNOTA. Perkembangan luas areal dan produksi tanaman tembakau Bes NOTRA dan BesNOTA di Kabupaten Jember dapat dilihat pada Tabel 2.1. Data Tabel 2.1 menunujukkan bahwa dari tahun 2001 hingga 2009 terjadi penurunan jumlah luas areal tembakau, baik tembakau BesNOTRA maupun tembakau BesNOTA, begitu pula dengan jumlah produksi yang semakin terus menurun setiap tahunnya. Hal ini tentunya, selaras dengan Tabel 2.2 mengenai perkembangan harga tembakau krosok BesNOTA dan BesNOTRA karena petani dalam mengusahakan usahataninya terpengaruh oleh keadaan yang lampau. Namun demikian, hal ini merupakan sikap dari petani tembakau tradisional, bahwa ketika terjadi kenaikan harga tembakau, maka dapat diprediksikan pada tahun berikutnya akan terjadi lonjakan pengembangan areal. Akan tetapi, bila terjadi penurunan harga maka, umumnya, pada tahun tanam berikut akan diikuti pengurangan areal tanaman tembakau. Salah satu sifat petani tembakau pada zaman dahulu, yakni walaupun petani dihadapkan pada usahatani yang kurang menguntungkan sebagai akibat turunnya harga tembakau, namun sebagian besar petani tetap menanam tembakau. Fenomena yang terjadi sekarang petani tembakau cenderung untuk ber- sikap rasional. Kondisi pasar tembakau Besuki Na-Oogst yang tidak 28 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian berpihak kepada petani mengakibatkan petani mengalihkan minatnya untuk menanam tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan, seperti holtikultura, padi, dan palawija. Tabel 2.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Tembakau BesNOTRA dan BesNOTA di Kabupaten Jember Tahun 2001-2009 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jember 2009 Harga tembakau merupakan faktor utama yang menentukan petani dalam melakukan usahatani tembakau di samping juga dipengaruhi oleh harga faktor produksi. Hal ini karena faktor tersebut sangat menentukan pendapatan petani. Untuk mengetahui perkembangan harga produksi tembakau tiga tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Perkembangan Harga Rata-Rata Tembakau Krosok BesNOTA dan BesNOTRA di Kabupaten Jember Tahun 2008-2009 Sumber: Beberapa informasi dari kelompok tani dan eksportir, diolah 2011 29 Bab II, Usahatani Tembakau Besuki NA-OOGST Secara umum dapat diketahui tahun 2008 harga tembakau untuk mutu filler, dekblad, dan omblad meningkat cukup baik daripada tahun 2007, perkembangan lahan tembakau meningkat sebesar 21,8 pada tahun 2009. Akan tetapi, tahun 2009 harga tembakau cenderung menurun sehingga berpengaruh terhadap areal serta pendapatan dari usahatani tembakau BesNOTA dan BesNOTRA. Cuaca yang tidak menentu untuk mendukung penanaman tembakau Besuki Na-Oogst, keterbatasan informasi tentang kapasitas pembelian oleh tembakau dari para pengusaha dan kualitas yang dikehendaki pasar serta belum adanya kepastian pasar atas produk tembakau yang dihasilkan petani juga menjadi penyebab menurunnya animo petani tembakau di Kabupaten Jember untuk menanam tembakau Besuki Na-Oogst Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tembakau Besuki, 2001. Dihadapkan pada kondisi produksi tembakau BesNOTA dan BesNOTRA yang menurun, kondisi cuaca yang tidak menentu, teknik budidaya yang berbeda, harga faktor produksi cenderung naik serta harga tembakau yang tidak menentu serta tingkat luas lahan yang bervariasi mendorong dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi, pendapatan serta dampak penerapan teknologi baru. Penerapan teknologi yang dimaksudkan di sini, yakni perbedaan musim tanam tembakau antara tembakau BesNOTA dan BesNOTRA yang nantinya akan berkaitan dengan teknik budidaya. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi petani sebagai informasi dalam mengalokasikan faktor- faktor input usahatani. Di samping itu, bagi pemerintah daerah merupakan masukan dalam menentukan kebijakan. Sedangkan, untuk para pelaku bisnis tembakau Besuki Na-Oogst, khususnya pedagang dan eksportir diharapkan dapat dipergunakan untuk pertimbangan dalam menentukan harga maupun omset kebutuhan bahan baku tembakau. Mengingat, hubungan petani tembakau sebagai produsen dan pedagangeksportir sebagai konsumen merupakan kemitraan yang saling tergantung dengan prinsip saling menguntungkan.

2.2 Usahatani Tembakau Besuki Na-Oogst

Ditinjau dari aspek agronomi, tembakau Besuki Na-Oogst mem- punyai sistematika sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae 30 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Personatae Suku : Solanaceae Marga : Nicotiana Jenis : Tabacum Dari sistematika tersebut, tembakau Besuki Na-Oogst dikenal dengan nama Nicotiana tabacum L. Pengusahaannya di Jawa Timur telah dimulai sejak tahun 1856. Sedangkan, penyebarannya dewasa ini, terpusat di Kabupaten Jember dan sedikit di Kabupaten Bondowoso. Tembakau Besuki Na-Oogst menghendaki tanah-tanah ringan atau tanah vulkanis dengan sifat penyerap yang baik, dengan reaksi tanah dari asam lemah sampai mendekati netral pH 5-6. Suhu optimum untuk pertumbuhan antara 24-27 °C dengan kelembaban relatif rata-rata 75- 80. Curah hujan yang jumlahnya sedang, yaitu sekitar 300 mm selama musim tanam berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal Hartana 1978 dalam Syafi’i 1994. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani tembakau Besuki Na-Oogst, yakni adanya pengolahan tanah yang baik dengan tujuan untuk: a. pengendalian gulma dan pemanfaatan sisa tanaman; b. persiapan tempat menanam bibit yang baik dan tanah supaya cukup gembur serta homogen sebagai pertumbuhan akar; c. untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tercipta sifat hidrolisis tanah sehingga tercipta sifat hidrolisis tanah, kecepatan infiltrasi, ka- pasitas penahanan air dan sifat ketahanan tanah terhadap pertumbuhan akar yang sesuai dengan kebutuhan tanaman; dan d. membuat guludan. Dengan pengolahan tanah yang baik, maka kegiatan agronomi lainnya, seperti pemupukan, perlindungan tanaman, dan sebagainya akan lebih mudah dan lebih efektif. Pengolahan tanah untuk tanaman tembakau di beberapa daerah berbeda-beda bergantung pada kebiasaan setempat. Untuk tanaman tembakau yang ditanam setelah tanaman padi, maka pengolahan tanah perlu mendapat perhatian yang lebih intensif karena, pada umumnya, tanah setelah tanaman padi memiliki struktur tanah yang jelek untuk tanaman tembakau.