Kebijakan AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA- OOGST: TINJAUAN EKONOMI PERTANIAN

76 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian perolehan. Kebijaksanaan pada situasi yang seperti ini disebut kebijak- sanaan subsidi sarana produksi. Kebijaksanaan yang lain, yakni kebijak- sanaan harga dalam bentuk peraturan yang diatur oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah kebijaksanaan harga dasar floor price dan harga tertinggi ceiling price . Kebijakan makroekonomi mencakup seluruh wilayah dalam satu negara sehingga kebijakan makroekonomi akan memengaruhi seluruh komoditas. Ada tiga kategori kebijakan makroekonomi yang memengaruhi sektor pertanian, yaitu kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan nilai tukar, dan kebijakan harga faktor domestik, sumberdaya alam, dan tataguna lahan. Kebijakan fiskal dan moneter merupakan inti dari kebijakan makroekonomi. Oleh karena secara bersama-sama kebijakan memengaruhi tingkat kegiatan ekonomi dan tingkat inflasi dalam perekonomian nasional Pearson, et al, 2003. Kebijakan fiskal pada prinsipnya merupakan kebijakan yang me- ngatur tentang penerimaan dan pengeluaran negara. Sumber-sumber penerimaan Negara, antara lain pajak, penerimaan bukan pajak serta bantuanpinjaman dari luar negeri. Selain itu, pengeluaran dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni pengeluaran yang bersifat rutin, seperti membayar gaji pegawai, belanja barang serta pengeluaran yang bersifat pembangunan. Dengan demikian, kebijakan fiskal merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan terbatas pada sumber-sumber pene- rimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN. Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja. Di bidang perpajakan langkah yang perlu dilaksanakan yakni mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat. Sedangkan kebijakan moneter meliputi langkah- langkah pemerintah untuk memengaruhi mengubah penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah tingkat bunga, dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Salah satu komponen dari pengeluaran agregat yakni penanaman modal investasi oleh perusahaan-perusahaan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila tingkat bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. 77 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST Menurunkan tingkat bunga untuk menggalakkan pertambahan penanaman modal merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan ini dapat dicapai pemerintah dengan menjalankan kebijakan moneter Sukirno, 1998. Menurut Pearson, et al 2003, kebijakan nilai tukar secara langsung berpengaruh terhadap harga output dan biaya produksi pertanian. Nilai tukar adalah nilai konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagian besar komoditas pertanian diperdagangkan secara internasional dan sebagian besar negara mengimpor atau mengekspor sebagian dari kebutuhan atau hasil produk komoditas pertanian mereka. Kebijakan harga faktor domestik secara langsung memengaruhi biaya produksi pertanian. Faktor domestik utama terdiri atas lahan, tenaga kerja, dan modal. Biaya lahan dan tenaga kerja biasanya merupakan porsi terbesar dari biaya produksi pertanian di negara berkembang. Kebijakan investasi publik adalah dalam bentuk barang-barang modal pada infrastruktur, sumberdaya manusia, dan penelitian dan pengem- bangan teknologi. Investasi publik dalam bentuk infrastruktur bisa mening- katkan pendapatan produsen pertanian atau menurunkan biaya produksi. Kebijakan investasi publik mengalokasikan pengeluaran investasi modal yang bersumber dari anggaran belanja negara. Kebijakan ini bisa meme- ngaruhi berbagai kelompok, produsen, pedagang, dan konsumen dengan dampak yang berbeda karena dampak tersebut bersifat spesifik pada wilayah dimana investasi itu terjadi. Pada tingkat mikro, kebijakan dalam menghadapi perdagangan bebas ditujukan pada terutama membantu petani dalam penetrasi pasar inter- nasional dengan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas serta ditunjang dengan strategi pemasaran yang proaktif. Kebijakan ini dilakukan secara kontinu dan konsisten dalam pendekatan agribisnis untuk mengem- bangkan pertanian yang berbudaya industri di pedesaan. Usaha tersebut, dilakukan dalam rangka memberdayakan ekonomi pedesaan dengan melakukan pergeseran kebijakan dari orientasi komoditas ke orientasi pasar Sutawi, 2002. Proteksi berarti perlindungan yang diberikan pada suatu sektor eko- nomi atau industri di dalam negeri terhadap persaingan dari luar negeri. Proteksi diberikan karena, tanpa itu, sektor ekonomi tidak bisa bersaing dengan barang-barang buatan luar negeri. Sektor ekonomi tidak mampu bersaing karena kurang efisien dalam memproduksi barang dibanding dengan negara lain. Kurang efisien di sini, dicerminkan oleh biaya produksi 78 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian dan harga jual yang terlalu tinggi, kualitas produk yang di bawah standar, atau oleh aspek-aspek lain. Dapat dikatakan bahwa produk yang dihasilkan kurang efisien karena negara tersebut sebetulnya tidak memunyai keung- gulan komparatif dalam produksi barang tersebut. Menurut Boediono 2001, empat bentuk proteksi berikut yang sering dijumpai. 1. Tarif atau bea masuk Bila produsen dalam negeri hanya bisa memproduksi dengan biaya tinggi, maka jelas akan kalah bersaing dengan barang impor yang harganya lebih murah dan sering berkualitas lebih baik. Dengan mengenakan tarif atau bea masuk yang cukup tinggi terhadap barang impor, maka harga barang impor tersebut menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, barang produksi dalam negeri bisa bersaing dengan barang impor. 2. Pelarangan impor Pelarangan impor membuat produsen dalam negeri bisa menjual lebih banyak dengan harga yang jauh lebih tinggi. Sedangkan, konsumen harus mengurangi konsumsinya dan harus membayar harga yang jauh lebih tinggi. Pada hakikatnya, pelarangan impor sama dengan menutup kembali perekonomian atau sektor tertentu dari perekonomian. 3. Kuota Ada kalanya pemerintah tidak melarang sama sekali impor dari sesuatu barang, tetapi juga tidak berkehendak menggunakan tarif. Pemerintah bisa memilih untuk menggunakan kuota atau jumlah maksimum yang bisa diimpor. Kebijakan seperti ini pun memberikan proteksi kepada industri dalam negeri. 4. Subsidi Seandainya pemerintah ingin mendorong produksi dalam negeri atau menargetkan bahwa impor sesuatu barang tidak melebihi jumlah tertentu, cara lain yang bisa dilakukan pemerintah, yakni memberikan subsidi kepada produsen dalam negeri. Maksudnya, agar produsen dalam negeri bisa menjual barangnya lebih murah sehingga lebih bisa bersaing dengan barang impor.

3.3 Prinsip Dasar Dayasaing

Menurut Simatupang 1991 dalam Saptana et al 2004 konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran dayasaing keunggulan potensial dalam artian dayasaing yang akan dicapai apabila perekonomian 79 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomis. Dayasaing adalah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji persaingan internasional dan menguasai pasar. Sedangkan, menurut Cho dan Moon dalam Supandi, 2008, dayasaing suatu negara dide- finisikan sebagai posisi kompetitif relatif sebuah negara dalam pasar inter- nasional di antara berbagai negara dari pembangunan ekonomi serupa. Menurut Porter dalam Soetriono 2006, keunggulan dayasaing adalah kemampuan suatu negaraperusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Menurut Saragih 1998, terdapat tiga hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan dayasaing, yaitu: a kemampuan menghasilkan suatu komoditi yang lebih murah dari pesaingnya belum menjamin keunggulan bersaing di pasar internasional, b kemampuan untuk menyediakan produk yang sesuai dengan preferensi konsumen yang berkembang sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional, dan c keunggulan dayasaing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan komparatif mulai dari hulu hingga hilir. Menurut Soetriono 2006, dayasaing juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau kesanggupan komoditas per- tanian untuk mempertahankan perolehan laba dan pangsa pasar sehingga produsen mempunyai kemampuan dalam memproduksi komoditas pertanian sehingga dapat mempertahankan kelanjutan usahanya. Pearson 2003 menyatakan ukuran dayasaing usahatani yang dinilai dari tingkat keuntungan privat pada harga pasar atau harga aktual, selan- jutnya disebut dengan keunggulan kompetitif PCR. Sedangkan, ukuran dayasaing dengan menghitung tingkat keuntungan sosial sebuah usahatani yang dihasilkan dengan menilai output dan biaya pada tingkat harga efisiensi social opportunity costs adalah analisis yang dimaksudnkan untuk isu efisiensi jangka panjang yang selanjutnya disebut sebagai ke- unggulan komparatif DRC pada pasar internasional.

3.4 Teori Policy Analysis Matrix PAM

Policy Analysis Matrix PAM merupakan suatu analisis dengan me- masukkan berbagai kebijakan yang memengaruhi penerimaan dan biaya produksi pertanian Pearson et al, 2003. Metode PAM disusun untuk memelajari masing-masing sistem produksi pertanian dengan meng-