161
Bab IV, Agroindustri Cerutu
keinginan konsumen. Pembuatan cerutu Kopkar Kartanegara dilakukan secara manual atau “hand made”. Ada tiga jenis cerutu yang diproduksi
Kopkar Kertanegara, yakni jenis cerutu berbatang pendek small cigar, sedang soft filler, dan panjang long filler.
Dari hasil produksi, sebanyak 20 cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X, diekspor ke luar negeri, antara lain Amerika Serikat, Australia, Jepang,
dan Malaysia. Sedangkan, sisanya dijual di pasar dalam negeri. Kopkar Kartanegara sudah menjalin kerjasama dengan empat negara itu terkait
dengan permintaan cerutu di negara tersebut. Produksi cerutu relatif stabil dan peningkatannya sekitar 2,5 saja dari produksi 1 juta batangnya per-
tahun. Krisis global dunia tidak memengaruhi permintaan cerutu dari pangsa pasar luar negeri dan dalam negeri.
Dalam pemasaran cerutu skala ekspor, importir cerutu di luar negeri bisa menerima komoditas dalam bentuk barang atau cerutu sudah dipak
atau membawa kemasan sendiri sesuai merek dagang pembeli. Ketua Koperasi Karyawan Kertanegara PTPN X Jember, Joko Susilo menge-
mukakan bahwa siapa pun bisa membeli dan membawa kemasan sendiri. Artinya, pedagang cerutu luar negeri bisa bertindak sebagai produsen atau
memproduksi cerutu sesuai keinginan mereka. Cerutu yang dijual ke Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Malaysia, memiliki banyak merek
dagang sesuai selera pembeli. Sebagai contoh, cerutu merek Cigar Amerika dikemas dengan kertas berwarna merah hati yang sangat menarik. Kemasan
berisi sekitar 10 batang cerutu itu di Amerika seharga 10 dolar AS per pak atau sekitar Rp 350.000.00. Dengan demikian, maka konsumen mengira
bahwa Cigar Amerika merupakan cerutu produksi Amerika. Selain empat negara yang melakukan pola pembelian dan dijual di negaranya seolah-
olah produksi pemilik label tersebut, ada pula yang hanya jadi pemasok atau importir. Artinya, perusahaan ini memproduksi cerutu untuk peru-
sahaan orang lain.
Dalam pemasarannya, Kopkar tidak pernah mempermasalahkan kemasan merek cerutu Kopkar Kertanegara yang dijual di pasar luar negeri
diganti dengan merek lain, asalkan ada kerjasama dan pemberitahuan kepada pihak Kopkar Kertanegara. Dengan sistem pemasaran seperti itu,
dapat merugikan pihak produsen sebab hasil produksinya diberi merek dagang oleh pihak importir cerutu sehingga cerutu Indonesia tidak dikenal
oleh masyarakat luar dan tidak memiliki hak paten atas produknya. Kopkar Kertanegara hanya memiliki beberapa merek saja, yakni Macho, Macho
Filler, Argopuros, Bali Djangger, LA, dan MD. Sedangkan, yang ada di
162
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
pasar Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Malaysia memiliki merek dagang sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan beberapa alter-
natif solusi yang perlu diterapkan oleh Kopkar Kertanegara dan sebagai upaya dalam menghadapi persaingan pasar cerutu, di antaranya sebagai
berikut. a. Menentukan hak paten dan merek dagang sendiri sebelum di ekspor
ke luar negeri bekerjasama dengan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
b. Membuat merek dagang dan kemasan yang menarik bagi konsumen. c. Mengubah sistem pemasaran dengan cara importir membeli produk
yang telah dikemas dan diberi merek paten oleh Kopkar Kertanegara. d. Meningkatkan kualitas ekspor dengan lebih memerhatikan mutu
tembakau, kadar nikotin, nitrogen, gula, air, dan chlor sesuai dengan penentuan kriteria yang ditetapkan oleh negara pengimpor.
163
Bab V, Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Tembakau Besuki NA-OOGST
BAB V STRUKTUR, PERILAKU, DAN
KINERJA PASAR TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST
Pada kenyataannya, setiap tataniaga pemasaran tembakau memunyai pola tertentu, pola saluran tataniaga dalam pemasaran tembakau di Kabu-
paten Temanggung, yaitu: 1 petanipengolah – pedagang pengumpul - pedagang besar - grader, 2 petanipengolah - pedagang besar - grader, 3
petanipengolah - grader. Berdasar analisis konsentrasi rasio menunjukkan bahwa struktur pasar tembakau di Temanggung cenderung ke arah pasar
oligopsoni. Penentuan harga lebih banyak didominasi oleh lembaga pema- saran yang lebih tinggi. Margin tataniaga menunjukkan nilai yang semakin
meningkat sejalan dengan aliran tataniaganya. Petani memiliki keuntungan terkecil 3,7, sedangkan keuntungan tertinggi dinikmati oleh pedagang
besar 23,64. Hal ini yang diutarakan oleh Andrias et al. 2003 dengan judul penelitian Analisis Tataniaga dan Pilihan Kelembagaan Pemasaran
Tembakau di Kabupaten Temanggung
Dalam penelitiannya mengenai struktur, perilaku, dan penampilan pasar tembakau Na-Oogst di Kabupaten Jember, Raharto dan Hariyati
2007 menyatakan bahwa sebanyak 73 petani memasarkan tembakau Na-Oogst kepada tengkulak blandang. Terdapat empat saluran pemasaran
tembakau Na-Oogst. Dari keempat galuran ini yang paling efisien yakni saluran petani ke eksportir. Di tingkat tengkulak, petani cenderung meng-
hadapi struktur pasar bersaing, sedangkan di tingkat pedagang pengumpul dan eksportir ditandai dengan struktur pasar oligopsoni konsentrasi tinggi
tetapi belum mengarah pada monopsoni. Banyak hambatan dalam me- masuki pasar tembakau Na-Oogst bagi pelaku pasar baru. Pada umumnya
tengkulak ataupun pedagang pengumpul serta eksportir dominan dalam menentukan kualitas akhir dan harga dari produk yang diperjualbelikan.
Ditemukan adanya kolusi antara pedagang pengumpul dengan eksportir yang mengarah pada perilaku mengontrol harga. Semakin pendek saluran
pemasaran, tingkat pendapatan petani tembakau Na-Oogst semakin tinggi.
164
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
5.1 Pasar
5.1.2 Pasar Monopsoni
Struktur pasar secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1 pasar bersaing sempurna, dan 2 pasar bersaing tidak sempurna yang terdiri
atas pasar monopoli, duopoli, oligopoli, monopsoni, oligopsoni dan monopoli bilateral. Monopsonistis terjadi bila dalam struktur pasar hanya
ada satu pembeli tunggal, sedangkan jika hanya ada beberapa pembeli maka disebut dengan oligopsonistis. Monopsoni timbul karena tidak
adanya mobilitas faktor atau karena spesialisasi faktor bagi pemakai ter- tentu. Sebagai pembeli tunggal dari sumberdaya, monopsonis menghadapi
kurva penawaran pasar dari sumberdaya, dengan kurva yang miring ke atas, bukannya kurva penawaran yang horisontal sempurna yang terdapat
dalam kasus persaingan. Monopsonis akan mendapatkan jumlah sum- berdaya yang lebih besar dengan harus membayar harga per unit yang
lebih Bilas, 1992.
Menurut Pindyck dan Rubinfeld 2001, jika hanya ada pembeli tunggal atau beberapa pembeli, maka beberapa pembeli tersebut, memunyai
monopsony power. Pada struktur ini pembeli memunyai kekuatan untuk
memengaruhi harga barang. Dengan monopsony power, pembeli dapat membeli barang di bawah harga pasar jika dibandingkan dengan harga
yang berlaku di pasar bersaing.
5.1.2 Teori Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran
Pemasaran dapat dikatakan efisien jika, Mubyarto 1994 memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada kon- sumen dengan biaya semurah-murahnya;
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua fihak yang terlibat. Harga
murah di konsumen mengandung pengertian bahwa harga yang tercipta sebagai dampak dari semua kegiatan pemasaran menunjukkan
aktivitas yang efisien. Pengertian pembagian adil adalah pembagian sesuai dengan posisi dan harkatnya masing-masing. Keadaan keadilan
salah satunya dapat dilihat dari tanpa adanya perbedaan share harga yang diterima oleh peserta pasar.
165
Bab V, Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Tembakau Besuki NA-OOGST