Kebijakan Pemerintah Terhadap Output dan Input secara Keselu-

107 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST Tabel 3.11 Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input dan Output secara Keseluruhan pada Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember Tabel 3.11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata EPC untuk usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember bernilai kurang dari satu, yaitu 0,969. Nilai tersebut berarti kebijakan pemerintah tidak memberikan insentif secara efektif kepada petani. Hal ini karena nilai tambah yang dinikmati petani lebih rendah daripada nilai tambah sosialnya. Nilai EPC yang dihasilkan usahatani tembakau BesNota di Kabupaten Jember adalah 0,960, yang berarti bahwa petani kehilangan nilai tambah 4 atas proteksi terhadap tradable output dan tradable input yang diberikan pemerintah. Petani tembakau BesNotra di Kabupaten Jember juga tidak menikmati atau justru kehilangan nilai tambah sebesar 2,3 atas proteksi terhadap tradable input output yang diberikan pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai EPC 0,977. Dari nilai EPC yang kurang dari satu diartikan pula bahwa dampak bersih kebijakan pemerintah dalam pembentukan harga dan mekanisme pasar komoditi tidak memberikan insentif perlin- dungan terhadap petani atau produsen tembakau BesNo untuk mengem- bangkan usahataninya. Kebijakan yang sangat bersifat disinsentif dalam kegiatan ini, dengan dihapuskannya tarif perdagangan tembakau. Dengan demikian, peme- rintah tidak memberikan proteksi terhadap output. Namun, pada kenya- taannya, kebijakan tersebut justru efisien bagi pemerintah karena meskipun tanpa tarif perdagangan, petani masih bisa berkompetisi. Dengan tidak 108 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian adanya tarif, harga tembakau domestik tetap lebih rendah dibandingkan harga tembakau dunia. Dengan demikian, tembakau domestik memiliki peluang kompetisi dan masih memiliki celah untuk menaikkan harga tembakau domestik dalam perdagangan internasional. 2. Profit Coefficient PC Nilai Profitability Coefficient PC digunakan untuk mengukur pe- ngaruh insentif dari seluruh kebijakan pemerintah. PC menunjukkan perbedaan tingkat keuntungan privat dan keuntungan sosial. Ratio ini menunjukkan pengaruh keseluruhan dari kebijakan yang menyebabkan keuntungan privat berbeda dari keuntungan sosial. Nilai PC usahatani tembakau BesNo bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan tingkat keuntungan privat dan keuntungan sosial. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai PC usahatani tem- bakau BesNo di Kabupaten Jember memiliki keuntungan sosial yang lebih tinggi daripada keuntungan privatnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PC yang bernilai kurang dari satu. Nilai PC yang bernilai kurang dari satu tersebut, juga dapat menyatakan bahwa kebijakan pemerintah justru menyebabkan keuntungan privat lebih rendah daripada keuntungan sosial- nya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil analisis dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12 Ratio Keuntungan Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember 109 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST Tabel 3.12 menunjukkan nilai PC usahatani tembakau BesNo di kedua wilayah penelitian di Kabupaten Jember bernilai kurang dari satu, yaitu 0,241. Hal ini berarti bahwa keuntungan sosial petani lebih tinggi 75,9 daripada keuntungan privatnya. Usahatani tembakau BesNota memiliki nilai PC sebesar 0,284 yang berarti bahwa keuntungan sosial lebih tinggi 71,6. Sedangkan, usahatani tembakau BesNotra memiliki nilai PC sebesar 0,197. Artinya, keuntungan sosial lebih tinggi 80,3. Dengan demikian, pengaruh kebijakan pemerintah justru menyebabkan keuntungan privat lebih rendah daripada keuntungan sosialnya. 3. Subsidy Ratio to Producer SRP Subsidy Ratio to Producer SRP adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh efek transfer. SRP adalah ukuran proteksi yang dise- tarakan dengan tarif atas output output tarif equivalent. Rasio ini meru- pakan perbandingan antara transfer bersih dengan nilai output pada tingkat harga dunia atau SRP menunjukkan sejauhmana pendapatan dari sistem meningkat atau menurun karena pengaruh transfer. Nilai SRP pada usahatani tembakau BesNo bertujuan mengetahui peranan pemerintah dalam kebijakannya untuk memberi subsidi kepada produsen. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat proteksi negatif dari pemerintah terhadap usahatani tembakau BesNo. Hal ini dibuktikan dari nilai SRP yang negatif atau kurang dari nol. Nilai SRP yang negatif tersebut juga menyatakan bahwa adanya proteksi dari pemerintah justru meningkatkan biaya produksi. Informasi selengkapnya mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13 Ratio Efek Transfer Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember 110 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian Tabel 3.13 menunjukkan bahwa rata-rata nilai SRP untuk usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember kurang dari nol, yaitu -0,141, yang berarti bahwa kebijakan pemerintah justru meningkatkan biaya produksi, yaitu biaya pupuk. Hal ini lebih lanjut diperjelas melalui nilai SRP usahatani tembakau BesNota sebesar -0,143, yang berarti efek total dari adanya kebijakan pemerintah justru meningkatkan biaya produksi sebesar 14,3 tiap satu kilogram produksi daun tembakau kering angin dari Rp 46.971,13,- menjadi Rp 53.688,00,- Usahatani tembakau Bes Notra memiliki nilai SRP sebesar -0,139, yang berarti adanya kebijakan pemerintah meningkatkan biaya produksi sebesar 13,9 tiap satu kilo- gram produksi daun tembakau kering angin dari Rp 49.561,49,- menjadi Rp 56.450,54,-. Hasil analisis kebijakan secara keseluruhan pada pembahasan ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah tidak menguntungkan terhadap usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember. Oleh karena itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini tidak terbukti. Adanya kebijakan pemerintah secara keseluruhan bersifat negatif dan disinsentif terhadap usahatani tembakau BesNo. Dampak keseluruhan kebijakan pemerintah dalam pem- bentukan harga dan mekanisme pasar komoditi tidak memberikan insentif perlindungan terhadap petani atau produsen tembakau BesNo untuk mengembangkan usahataninya. 3.7.5 Simulasi Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usahatani Tem- bakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember Analisis sensitivitas dilakukan melalui simulasi untuk menguji penga- ruh perubahan terhadap usahatani tembakau jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan analisis PAM. Simulasi yang digunakan, yaitu perubahan harga input, produktivitas, nilai tukar ru- piah, dan UMK di Kabupaten Jember pada budget usahatani. Simulasi yang digunakan untuk menguji keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan harga input yang diterima langsung oleh petani, bukan keunggulan kompetitif privat import parity harga input impor. Hal ini lebih memudahkan dalam melihat pengaruh kebijakan terhadap input-output langsung terhadap petani. Dari hasil simulasi dapat diperlihatkan bahwa nilai keunggulan berubah sesuai dengan perubahan variabel yang memengaruhinya. Penjelasan terhadap pengaruh parsial dari masing-masing variabel terhadap variabel keunggulan kompetitif dan ke- unggulan komparatif sebagai berikut: 111 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST

1. Perubahan Harga Input

Perubahan harga input dalam simulasi ini didasarkan pada pening- katan dan penurunan sebesar 10. Angka ini diperoleh dari nilai inflasi rata-rata pertahun di wilayah penelitian Kabupaten Jember BI, 2009. Secara umum perubahan harga input melalui simulasi menyebabkan tingkat keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif mengalami perubahan. Pada simulasi ini, biaya produksi yang dinaikkan adalah harga privat untuk semua faktor produksi. Adapun hasil analisis akibat kenaikan biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 3.14. Tabel 3.14 Simulasi Perubahan Harga Input Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember Hasil simulasi analisis matriks kebijakan pada Tabel 14 didapatkan nilai keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dengan adanya perubahan harga input. Penurunan harga input menyebabkan penurunan nilai PCR yang menunjukkan bahwa usahatani tembakau BesNo semakin efisien dan petani semakin diuntungkan dengan penurunan biaya produksi, dan sebaliknya, jika harga input naik. Jika harga input naik sebesar 10, maka usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember tidak efisien. Jika biaya input naik 10, maka nilai PCR lebih dari 1, yaitu 1,042, yang artinya pengusahaan tembakau BesNo sudah tidak menguntungkan lagi untuk dilakukan. Bukti lain bahwa usahatani tembakau BesNo tidak lagi menguntungkan jika biaya input meningkat 10 adalah nilai keuntungan privat yang didapat bernilai negative, yaitu Rp -2,893,392.70 untuk tembakau BesNota dan Rp -6,209,308.99 untuk tembakau BesNotra. Nilai DRC dalam simulasi ini, juga berubah meskipun perubahan harga input hanya disimulasikan pada harga privat saja, komponen biaya 112 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian modal kerja privat berubah sehingga memengaruhi biaya modal kerja sosial. Jika biaya produksi turun sebesar 10 didapati nilai DRC semakin men- jauhi nilai satu, yaitu 0,712. Nilai DRC 0,712 lebih kecil daripada nilai DRC rata-rata awal 0,791 yang berarti secara sosial, usahatani tembakau BesNo yang dilakukan petani semakin efisien dan petani semakin di- untungkan dengan penurunan biaya produksi. Jika biaya input mening- kat sebesar 10, maka nilai DRC semakin mendekati nilai 1, yaitu 0,871, yang berarti usahatani tembakau BesNo semakin tidak menguntungkan untuk dilakukan. Nilai hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan harga privat input memperlihatkan perubahan yang nyata terhadap keunggulan kompetitif. Harga input dalam perhitungan ini, diasumsikan yang berubah biaya tidak tetap yang terdiri atas input produksi, seperti harga pupuk, bibit, dan tenaga kerja. Perubahan yang terjadi difokuskan pada harga- harga tersebut sering mengalami perubahan. Nilai keunggulan kompetitif kurang stabil apabila mendekati satu. Dengan semakin meningkatnya nilai PCR, maka usahatani tembakau BesNo menjadi semakin tidak efisien dan tidak menguntungkan untuk diusahakan. Jika biaya produksi usahatani tembakau BesNo semakin meningkat, maka petani beralih ke usahatani lain. Hal ini terjadi karena keuntungan yang diperoleh petani tembakau semakin tipis bahkan merugi. Dengan beralihnya usahatani, akan berdampak buruk pada iklim pertem- bakauan di Kabupaten Jember nantinya. Oleh karena itu, dengan mening- katnya biaya produksi, petani diharapkan mampu meningkatkan teknologi dalam berusahatani tembakau agar produktivitasnya juga semakin mening- kat dan menghasilkan daun tembakau BesNo yang berkualitas terbaik sehingga keuntungan tetap diperoleh di tengah tantangan peningkatan biaya produksi.

2. Produktivitas

Produktivitas merupakan hal yang penting dalam usahatani. Semakin tinggi produktivitas usahatani dengan asumsi faktor lain tetap, maka kegiatan akan semakin menguntungkan. Produktivitas tembakau BesNo di Kabupaten Jember sangat fluktuatif per tahunnya karena dipengaruhi banyak faktor. Beberapa penyebab fluktuatifnya produktivitas tembakau BesNo di Kabupaten Jember, yakni perubahan luas areal usahatani tem- bakau BesNo dan ketidaksesuaian iklim terhadap pengusahaan tembakau