Produktivitas Aplikasi Analisis Dayasaing
113
Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST
BesNo. Berikut tren produktivitas tembakau BesNo di Kabupaten Jember sejak Tahun 2001.
Tabel 3.15 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember Tahun 2009
Tabel 3.15 menunjukkan produktivitas selama tahun 2001-2008. Dari tabel tersebut, tampak produktivitas tembakau BesNo mengalami
penurunan maupun peningkatan. Sepanjang tahun 2001-2008 penurunan terburuk terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 19,13. Hal ini diaki-
batkan terjadinya penurunan luas areal penanaman tembakau BesNo dari 11.807 hektar menjadi 7.686,11 hektar. Di tahun 2004 terjadi peningkatan
produktivitas tembakau BesNo. Dapat dikatakan peningkatan ini, meru- pakan paling tinggi sepanjang tahun 2001-2008, yaitu sebesar 24,16.
Hal ini diakibatkan adanya peningkatan luas areal penanaman tembakau BesNo dari 3.117,90 hektar menjadi 3.551,50 hektar. Dengan demikian,
perubahan produktivitas juga memiliki pengaruh terhadap nilai keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Perubahan-perubahan inilah yang
dijadikan dasar oleh peneliti untuk menyimulasikan perubahan produk- tivitas sebesar 25 pada tembakau BesNo di Kabupaten Jember di masa
114
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
mendatang. Dengan simulasi ini, akan diketahui apakah dengan perubahan produktivitas sebesar 25 tembakau BesNo di Kabupaten Jember masih
tetap memiliki keuntungan kompetitif maupun komparatif di pasar interna- sional. Adapun hasil analisis tersebut, dapat dilihat pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16 Simulasi Perubahan Produktivitas Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember
Hasil simulasi analisis matriks kebijakan Tabel 16, memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas menyebabkan keunggulan kompetitif
dan komparatif semakin baik. Artinya, usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember semakin memiliki keunggulan kompetitif, komparatif,
dan menguntungkan untuk dilakukan. Sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas didapatkan nilai keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif semakin tinggi, yang berarti keunggulan kompetitif dan ke- unggulan komparatif usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember
semakin tidak efisien dilakukan.
Peneliti menyimulasikan adanya peningkatan produksi tembakau BesNo di Kabupaten Jember sebesar 25 dari produksi 1.985,24 KgHa
menjadi 2.481,55 KgHa, dengan asumsi harga jual tetap, yang mengaki- batkan adanya perubahan rata-rata nilai PCR dan DRC tembakau BesNo.
Nilai rata-rata PCR yang semula sebesar 0,945 berubah menjadi 0,741 ketika produksi tembakau BesNo meningkat sebesar 25. Artinya, , jika
terjadi peningkatan produksi, maka nilai PCR akan semakin kurang dari 1. Dengan demikian usahatani tembakau BesNo semakin memiliki
keuntungan kompetitif dan sangat layak untuk diusahakan. Demikian pula dengan nilai DRC, jika produksi tembakau BesNo meningkat sebesar 25,
maka nilai rata-rata DRC yang awalnya adalah sebesar 0,791 akan semakin kurang dari nol, yaitu menjadi 0,633. Hal ini berarti bahwa usahatani
115
Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST
tembakau BesNo semakin memiliki keuntungan komparatif dan semakin efisien untuk dilakukan.
Usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember sudah tidak dapat dijalankan dengan adanya estimasi terburuk penurunan produktivitas 25
karena nilai PCR dan DRC tembakau BesNo akan lebih besar daripada satu, jika hal ini benar-benar terjadi. Pada hasil simulasi penurunan produksi
tembakau BesNo sebesar 25, yaitu dari produktivitas 1.985,24 KgHa menjadi 1.488,93 KgHa, akan menyebabkan nilai rata-rata PCR yang
semula kurang dari satu akan meningkat menjadi 1,268. Jika nilai PCR lebih dari satu, maka usahatani tembakau BesNo tidak lagi memiliki ke-
untungan secara kompetitif dan sudah tidak efisien lagi jika dilakukan. Dengan adanya peningkatan produksi sebesar 25, rata-rata nilai DRC
juga semakin tinggi, bahkan nilainya lebih dari satu, dimana sebelum adanya peningkatan produksi nilai rata-rata DRC adalah sebesar 0,791
dan ketika produksi tembakau BesNo meningkat sebesar 25, rata-rata nilai DRC menjadi 1,074. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tembakau
BesNo tidak memiliki keunggulan komparatif dan tidak efisien untuk dilakukan.
Ketidakefisienan pengusahaan tembakau BesNo di Kabupaten Jember pada saat terjadinya penurunan produktivitas sebesar 25 juga ditunjuk-
kan dari nilai keuntungan privat yang didapat yang bernilai negatif. Perubahan keuntungan privat akibat penurunan produktivitas sebesar 25
tembakau BesNota di Kabupaten Jember adalah Rp -18.489.917 dan keuntungan sosial adalah Rp -3.748.268. Sedangkan, perubahan
keuntungan privat dan keuntungan sosial tembakau BesNotra di Kabupaten Jember adalah Rp-22.601.955 dan Rp -8.223.749.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa usahatani tembakau BesNo di Kabupaten Jember tetap memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif jika produktivitas semakin tinggi. Akan tetapi, jika produk- tivitas turun, maka usahatani tembakau BesNo tidak lagi memiliki keung-
gulan kompetitif maupun komparatif. Menurut data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2010, pada tahun 2009 produktivitas tembakau
BesNo di Kabupaten Jember sebesar 1,14 tonha. Produktivitas tembakau BesNo di tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 18,57 dari produk-
tivitas di tahun sebelumnya yang mencapai 1,4 tonha. Demikian pula dengan produktivitas tembakau BesNo di tahun 2010 yang ternyata me-
ngalami penurunan sebesar 10,56 menjadi 1,02 tonha. Tren pro- duktivitas selama dua tahun belakangan ini, mengalami penurunan yang
116
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
disebabkan perubahan cuaca ekstrem disebabkan karena global warming atau pemanasan global. Pemanasan global mengakibatkan musim peng-
hujan lebih panjang daripada musim kemarau selama tahun 2009-2010. Bahkan, sepanjang tahun 2010 tidak ada bulan kering, yang artinya hujan
sepanjang tahun. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kondisi pengusahaan tembakau BesNo karena dalam proses curing, daun tembakau BesNo tidak
bisa kering angin sempurna. Hal ini tentu berakibat menurunnya mutu daun tembakau kering yang dihasilkan.
Perubahan produktivitas memperlihatkan perubahan yang nyata terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif. Semakin tinggi pro-
duktivitas maka penerimaan yang didapat juga bertambah. Hal ini akan memicu petani untuk melakukan manajemen usahataninya menjadi lebih
baik. Akan tetapi, jika semakin rendah produktivitas, maka petani akan merugi dan akan beralih berusahatani komoditas lain yang lebih mengun-
tungkan.