Industrialisasi Desa AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA- OOGST: TINJAUAN EKONOMI PERTANIAN

17 Bab I, Agribisnis maupun horizontal. Hal ini berarti bahwa industri tersebut harus mampu menjadi mesin penggerak perkembangan perekonomian engine of growth desa. Suatu industri dapat mendorong perkembangan industri-industri lainnya melalui dua kaitan pertama, yaitu: 1. kaitan input–output, dan 2. kaitan konsumsi pendapatan rumah tangga. Kaitan input input di antaranya muncul karena suatu industri meng- gunakan hasil produksi lainnya sebagai bahan bakunya. Kaitan semacam ini, disebut kaitan ke belakang bagkward lankages. Apabila suatu industri berkembang, maka permintaan akan bakunya pun akan meningkat. Hal ini akan mendorong berkembangnya industri-industri yang menghasilkan bahan baku tersebut. Sebagai misal, jika industri makanan ternak ber- kembang di pedesaan, maka permintaan akan gaplek yang merupakan bahan baku makanan ternak akan meningkat pula. Hal ini selanjutnya akan mendorong berkembangnya industri pembuatan gaplek dan sahatani ubikayu. Kaitan input-output dapat pula muncul karena produksi suatu industri dipakai sebagai bahan baku oleh industri-industri lainnya. Kaitan semacam ini, disebut kaitan ke depan forward linkages. Apabila produksi suatu industri meningkat, maka harganya pun akan menurun sehingga industri-industri lainnya yang mengolah lebih lanjut produk tersebut, dapat berkembang. Sebagi misal, jika industri makanan ternak berkembang di suatu desa, maka ketersediaan makanan ternak di daerah tersebut, mening- kat sehingga usaha ternak akan dapat berkembang. Kaitan konsumsi muncul melalui penggunaan nilai tambah keuntu- ngan dan upah kerja, yang dibangkitkan baik secara langsung pada suatu industri pengolahan makanan ternak pada contoh di atas maupun secara tidak langsung pada industri-industri terkait usahatani ubi kayu, usaha pembuatan gaplek, usahatani ternak, dan sebagainya, untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh berbagai industri pedesaan. Pening- katan permintaan sebagai akibat peningkatan pendapatan ini, mendorong perkembangan lebih lanjut, baik industri yang terkait melalui input-out- put maupun yang tidak. Kaitan antara berbagai industri konsumsi pendapatan ini disebut efek dorongan indusce effects Dari uraian tersebut, tampak bahwa kaitan konsumsipermintaan merupakan faktor yang sangat berperan untuk mendominasi sistem industri yang ada di suatu kawasan desa. Apabila kaitan konsumsi ini cukup besar, maka sistem industri yang ada akan dapat berkembang secara dinamis 18 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian dan berkesinambungan. Sudah barang tentu bahwa kaitan konsumsi akan tinggi bila dipenuhi beberapa syarat antara lain:1. nilai tambah yang dibangkitkan diterima oleh penduduk desa. Dan 2. produk-produk indus- tri yang dikembangkan di pedesaan di konsumsi oleh penduduk desa dengan elastisitas permintaan yang tinggi. Nilai tambah yang dikaitkan oleh industri dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: upah pekerja dan keuntungan usaha dari pemilik perusahaan, maka kecenderungan konsumsi pekerja lebih tinggi. Jadi dampak konsumsi nilai tambah upah pekerja lebih tinggi dari pada keuntungan. Dari uraian tersebut, jelaslah agroindutri yang berkesinambungan untuk mendorong industrialisasi di pedesaan tidak sekadar industri yang berlokasi di pedesaan. Ada beberapa syarat ciri yang harus dimiliki agar agroindustri dapat bertindak sebagai penggerak industrialisasi di pedesaan, antara lain: 1. memunyai kaitan input-output yang tinggi dengan industri-industri lainnya; 2. nilai tambah yang dihasilkan diterima oleh penduduk desa; 3. padat tenaga kerja; dan 4. produk industri yang dikembangkan tersebut dikonsumsi oleh pen- duduk desa dengan elastisitas permintaan yang tinggi. Industri yang memunyai ciri-ciri tersebut, disebut industri kunci. Dikatakan demikian karena industri inilah yang berperan sebagai mesin utama penggerak perkembangan industri sekitarnya.

1.6 Kendala-Kendala Agroindustri

Di samping berbagai potensi yang dimiliki, kegiatan agroindustri secara menyeluruh masih tetap menghadapi berbagai tantangan, antara lain sebagai berikut. Pertama, masih dirasakan adanya produksi berbagai produk per- tanian maka keberhasilan usaha peningkatan produksi menyebabkan kemungkinan terjadinya masalah surplus produksi dimasa sekarang dan yang akan datang, seperti yang telah terjadi dengan beberapa komoditi. Indikasi tersebut menunjukan bahwa pengolahan sisi penawaran dari produk pertanian masih membutuhkan perhatian yang cukup besar. 19 Bab I, Agribisnis Kedua , peningkatan penduduk di pedesaan telah mendorong ter- jadinya fragmentasi yang serius dalam kegiatan usaha pertanian, antara lain ditandai dengan semakin kecilnya rata-rata pemilikan luas lahan pertanian. Hal ini juga merupakan tantangan yang besar karena dengan skala usaha yang kecil sulit dapat diharapkan kegiatan agroindustri berkembang secara efisien. Ketiga, perkembangan globalisasi perekonomian yang terus bergulir. Dampak langsung dari fenomena tersebut, berkaitan dengan upaya untuk menciptakan pasar yang lebih bebas bagi komoditas yang diperdagangkan secara internasional, termasuk komodiats pertanian. Kondisi ini, ditambah dengan semakin terintergasinya kegiatan ekonomi desa-kota serta mod- ern-tradisional akan memberikan dampak yang luas terhadap kegiatan pertanian, seperti tuntutan atas kejelasan dan kepasatian mutu, keragaman jenis, fleksibilitas penawaran, dan sebaginya. Namun demikian, bagi kegiatan agroindustri perkembangan kondisi pasar dunia ternyata juga memberikan peluang yang cukup cerah, karena seperti telah dijelaskan sebelumnya pasar produk agroindustri menunjukan kecenderungan untuk terus berkembang jika dibandingkan dengan pasar produk pertanian primer. Keempat , adanya keterbatasan dalam ketersediaan sumberdaya manusia, terutama jika dilihat dari tingkat ketrampilan dan pengetahuan serta kemampuan wiraswasta. Kelima, adanya keterbatasan teknologi yang secara khusus dikembangkan bagi kegiatan agroindustri, khususnya yang berskala kecil di pedesaan. Orentasi teknologi industri yang terkait per- tanian yang sekarang berkembang, ternyata masih menempatkan kegiatan industri sebagai bagian yang sama sekali terpisah dari kegiatan pertanian itu sendiri. Dalam hal ini, agroindustri, sebenarnya dapat menjadi wahana bagi pengembangan dan penerapan teknologi canggih, misalnya dalam berbagai aspek rekayasa genetika dan bioteknologi, teknologi penanganan pascapanen, teknologi pengolahan produk lanjutan, dan sebagainya. Keenam , infrastruktur dan kelembagaan yang sekarang dikem- bangkan belum memberikan tunjangan yang optimal bagi pengembangan agroindustri. Hal ini dapat dilihat dari orientasi pembangunan sarana dan prasarana, rangkaian kebijaksanaan yang telah banyak memberikan perlindungan bagi industri-industri nonagroindustri, dan sebagainya. Ketujuh , disadari pula masih terdapat kendala-kendala yang bersifat sosial budaya, bahkan politik yang dapat menyebabkan manfaat yang diperoleh dari pengembangan agroindutri tersebut, akhirnya justru tidak