Upah Tenaga Kerja Aplikasi Analisis Dayasaing

119 Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST Tabel 3.19 Simulasi Perubahan Upah Tenaga Kerja pada Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember Tabel 3.19 menunjukkan bahwa jika rata-rata UMK Jember mening- kat 10, yaitu menjadi Rp 906.400,00, maka nilai rata-rata keuntungan kompetitif dan keuntungan komparatif akan berubah semakin mendekati nilai satu. Jika semula nilai rata-rata PCR dan DRC masing-masing sebesar 0,945 dan 0,791, maka jika ada kenaikan UMK sebesar 10 berubah menjadi 0,960 dan 0,803. Pada kenaikan UMK Jember sebesar 10, wa- laupun nilai PCR dan DRC semakin mendekati nilai satu, tetapi pe- ngusahaan tembakau Besuki Na Oogst masih menguntungkan. Jika Upah Minimum Kabupaten UMK Jember meningkat sebesar 25 menjadi Rp 1.030.000,00, maka nilai keunggulan kompetitif dan komparatif berubah. Pada nilai PCR, jika UMR meningkat sebesar 25, maka nilai rata-rata PCR akan semakin mendekati angka satu, yaitu 0,987. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan upah tenaga kerja, maka usahatani tembakau Besuki Na Oogst semakin tidak memiliki keuntungan kompetitif yang akan menurunkan keuntungan usahatani. Pada pengu- sahaan tembakau BesNotra didapatkan nilai PCR yang lebih dari 1, yang artinya usahatani tembakau BesNotra sudah tidak efisien untuk diusa- hakan. Demikian pula pada keuntungan komparatif yang ditunjukkan dengan perubahan nilai DRC. Jika terjadi kenaikan upah tenaga kerja sebesar 25, nilai rata-rata DRC akan berubah dari 0,791 menjadi 0,824. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan upah tenaga kerja sebesar 25, maka keuntungan komparatif usahatani tembakau BesNo semakin tidak efisien dilakukan. 120 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian 121 Bab IV, Agroindustri Cerutu BAB IV AGROINDUSTRI CERUTU Agroindustri sebagai penggerak pembangunan pertanian, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan nasional. Agroindustri mencangkup beberapa kegiatan, antara lain industri pengo- lahan hasil pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk jadi, seperti industri minyak kelapa sawit, pengolahan karet, pengalengan ikan, industri penangan hasil pertanian segera, seperti pembekuan ikan dan penanganan buah segar; industri pengadaan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida, dan bibit, industri pengadaan alat-alat pertanian; dan agroindustri lainnya, seperti traktor pertanian padi, perontok, dan industri mesin pengolah minyak sawit. Agroindustri cerutu merupakan unit usaha yang relatif langka bagi dunia usaha di Indonesia pada umumnya. Mengingat, di Indonesia telah didominasi oleh agroindustri rokok rokok kretek dan rokok putih.

4.1 Agroindustri Cerutu

Konsumsi cerutu dan cigarillos di seluruh negara Eropa pada tahun 1996 mencapai jumlah 6.429 juta batang dibandingkan tahun 1995. Konsumsi tersebut, mengalami peningkatan sebesar 2,93. Konsumen terbesar di Eropa, yakni Prancis yang menyerap 1.531 juta batang, selanjutnya diikuti oleh Jerman yang menyerap sejumlah 1.424 juta batang, dan Inggris yang menyerap 1.095 juta batang. Berdasarkan perhitungan statistik yang dilakukan oleh Consumer Europe, pada tahun-tahun mendatang akan menunjukkan peningkatan nilai penjualan seluruh produk tembakau Eropa yang berkisar 2-3 per tahun Badan Pengawasan dan Pemasaran Tembakau Indonesia di Luar Negeri dan Perantara GMBH, 1998. Konsumsi cerutu, cherrots, dan cigarillos di Indonesia untuk periode 1996-2000 menunjukkan jumlah yang relatif stabil, kecuali pada tahun 1999 menunjukkan lonjakan yang sangat tinggi. Pada tahun 1996 jumlah 122 AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian konsumsi cerutu, cherrots, dan cigarillos di Indonesia sebesar 1,8 ton, pada tahun 1997 sebesar 1,2 ton, pada tahun 1998 sebesar 0,1 ton dengan kata lain rata-rata sebesar 1,033 ton per tahun. Sedangkan, pada tahun 1999 konsumsi cerutu, cherrots, dan cigarillos meningkat tajam, yaitu sebesar 588 ton. Kemudian pada tahun 2000 tingkat konsumsi cerutu, cherrots , dan cigarillos menurun tajamkembali mendekati konsumsi rata- rata untuk periode 1996-1998, yaitu sebesar 1,86 ton Lembaga Tembakau Cabang Jawa Timur II Jember, 2002. Pada perkembangannya, cerutu di Indonesia perlu diketahui prospek ke depannya serta keberlanjutan usahanya. Berkaitan dengan hal ini, ana- lisis finansial merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk pengambilan keputusan perusahaan. Dari alat analisis ini, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan sehingga diketahui beban perusahaan yang sebenarnya. Akan tetapi, kenyataanya perusahaan memiliki masalah lain di luar masalah keuangan, seperti masalah dalam pasar produk, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan, baik faktor internal dan eksternalnya. Perumusan faktor-faktor tersebut, dapat digunakan untuk merumuskan strategi terhadap masalah yang dialami oleh perusahaan. Untuk perumusan strategi ini, dapat di- gunakan analisis TOWS dan analisis medan kekuatan atau FFA. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis finansial dan prospek Agroindustri Cerutu Koperasi Karyawan Kartanegara PTPN X Jember.

4.2 Cerutu

Tembakau Besuki Na-Oogst merupakan jenis tembakau cerutu In- donesia yang sangat dikenal di pasaran luar negeri sejak sebelum PD II. Rasa tembakau cerutu Indonesia memiliki rasa spesifik dan tidak mudah digantikan oleh tembakau cerutu dari negara-negara lain. Dalam 10 tahun terakhir 80-90 telah diekspor rata-rata 16.245,16 ton tembakau cerutu Sumatera, Vorstenlanden, Besuki Na-Oogst dengan nilai US 42,68 juta. Dari jumlah itu sekitar 13.122,83 ton atau US 25,89 juta merupakan tembakau Besuki Na-Oogst yang berarti ekspor tembakau Besuki Na- Oogst merajai 80 volume atau 61 nilai dari seluruh ekspor tem- bakau cerutu Forsesa dkk.,1993.