155
Bab IV, Agroindustri Cerutu
a. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi, dan pengembangan sumber daya pertanian.
b. Subsistem budidaya dan usahatani. c. Subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri.
d. Subsistem pemasaran hasil pertanian. e. Subsistem prasarana.
f.
Subsistem pembinaan Peran agroindustri bagi Indonesia saat ini, antara lain Supriyati dan
Erma Suryani, 2006: a. menciptakan nilai tambah hasil pertanian di dalam negeri,
b. menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya dapat menarik tenaga
kerja dari sektor pertanian ke sektor industri hasil pertanian agro- industri,
c. meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil agroindustri,
d. memperbaiki bagian pendapatan, dan e. menarik pembangunan sector pertanian.
Agroindustri memiliki keterkaitan linkages yang besar, baik ke hulu maupun ke hilir. Agroindustri pengolah yang menggunakan bahan baku
hasil pertanian berarti memiliki keterkaitan yang kuat dengan kegiatan budidaya pertanian maupun dengan konsumen akhir atau dengan kegiatan
industri lain. Sedangkan, bagi agroindustri penyedia dan juga dengan industri ataupun kegiatan lain yang menyediakan input produksi. Keter-
kaitan yang erat merupakan hal yang logis dan sebagai konsekuensinya akan menciptakan pengaruh ganda yang besar terhadap kegiatan-kegiatan
tersebut.
Keterkaitan sistem agribisnis pada agroindustri cerutu Kopkar Kerta- negara PTPN X Jember dari hulu hingga hilir dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Subsistem agribisnis hulu
Tembakau merupakan tanaman potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Jember karena ditinjau dari nilai ekonomi menguntungkan
dan agroklimatologi daerah Jember yang sesuai. Seperti yang telah di- kemukakan sebelumnya bahwa ketersediaan bahan baku cerutu di
156
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
Kabupaten Jember dapat dikatakan melimpah dengan produksi rata-rata 1,14 tonha pada tahun 2007 Tabel 1.1. Kegiatan subsistem agribisnis
hulu tembakau Na-Oogst penghasil cerutu telah mendapat dukungan pemerintah maupun petani yang juga berperan sebagai penyedia bahan
baku.
Strategi agroindustri dalam agribisnis hulu ditempuh dengan mengu- mumkan atau memberitahukan kepada petani tentang jenis tembakau
bahan baku pembuatan cerutu yang diperlukan Agroindustri Cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X Jember. Strategi ini dapat membantu agro-
industri dalam menyediakan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan produksi cerutu. Petani juga diuntungkan karena dengan pengumuman
grade
tembakau hasil panen dapat dijual dengan harga tinggi karena sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
b. Subsistem usahatani
Pada umumnya, komoditi Na-Oogst merupakan tanaman budidaya yang membutuhkan perhatian intensif. Untuk itu, penanganan budidaya
sampai panen harus benar-benar diperhatikan, apalagi ketika menghadapi cuaca yang sering berubah seperti saat ini. Usahatani tembakau Na-Oogst
sebagai bahan baku cerutu banyak dibudidayakan oleh pihak pemerintah seperti PTPN X maupun petani perorangan. Intensifikasi budidaya,
pembinaan, dan penyuluhan intensif serta pembentukan kelompok usaha menjadi pendukung dan pengembang usahatani tembakau Na-Oogst.
Agroindustri Cerutu Kopkar Kartanegara tidak melakukan usahatani, hanya membeli bahan baku dalam bentuk dekblad omblad yang siap pakai.
Namun, PTPN X sebagai eksportir penyedia bahan baku memiliki ker- jasama dengan petani dalam subsistem usahatani. Kerjasama ini membantu
pihak agroindustri mendapatkan bahan baku terbaik karena sistem usahatani berjalan dengan baik.
c. Subsistem pengolahan
Secara umum keterkaitan sektor hulu tembakau Na-Oogst dengan sektor hilirnya sudah terlaksana dengan baik. Tembakau Na-Oogst sebagai
bahan baku cerutu diperoleh dari PTPN X sendiri dan dari petani tembakau yang ada di Jember. Cerutu yang dihasilkan Kopkar Kartanegara PTPN X
pada tahun 2008 sebanyak 1 juta batang sehingga nominal uangnya sekitar Rp1 miliar. Setiap tahun produksi cerutu relatif stabil dan peningkatannya