Kebijakan Pemerintah Terhadap non -Tradable Input
102
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
Tabel 3.9 Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Faktor Domestik Usahatani Tembakau Besuki Na Oogst Di Kabupaten Jember
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa non-tradable input tidak memliki divergensi. Artinya, tidak ada kebijakan pemerintah yang memengaruhi
faktor domestik tersebut. Non-tradable input ini, terdiri atas input yang tidak diperjualbelikan di tingkat internasional. Input ini berupa bibit.
Tenaga kerja yang digunakan usahatani tembakau BesNo memiliki divergensi, namun bukan berarti bahwa kebijakan pemerintah berdampak
pada tenaga kerja yang digunakan. Mengingat, tidak ada kebijakan yang mengatur upah tenaga kerja dalam usahatani tembakau BesNo. Adanya
divergensi biaya tenaga kerja, mencerminkan bahwa tenaga kerja tersebut memiliki opportunity cost untuk bekerja di bidang lain yang ditetapkan
berdasarkan asumsi world bank untuk tenaga kerja pertanian di negara berkembang sebesar 87,5 dari upah privat World Bank, 1980.
Faktor domestik modal kerja dalam sistem usahatani tembakau BesNo menunjukkan adanya divergensi positif. Dengan adanya divergensi
modal kerja privat lebih tinggi daripada modal kerja yang seharusnya dikeluarkan dalam berusahatani. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya
perbedaan tingkat suku bunga modal kerja. Suku bunga privat modal kerja yang dibayarkan pertahun sebesar 23 Bank Komersil, sedangkan suku
bunga sosial untuk modal kerja pertahun hanya sebesar 8,67 BI. Suku bunga pinjaman yang diterima petani lebih tinggi daripada suku bunga
social. Hal ini terjadi karena adanya pemasukan sebagai keuntungan bagi pihak pemberi modal.
103
Bab III, Analisis Dayasaing Tembakau Besuki NA OOGST
Biaya lahan dalam sistem usahatani tembakau BesNo menunjukkan adanya divergensi positif. Pada peristiwa ini, biaya lahan sosial lebih rendah
daripada biaya lahan sebenarnya yang dikeluarkan dalam berusahatani. Biaya lahan dalam matriks merupakan biaya sewa lahan dan pajak tanah
karena keseluruhan lahan merupakan kepemilikan dari petani. Pajak tanah dikeluarkan pada biaya lahan sosial karena pajak tidak dihitung sebagai
biaya dalam perhitungan sosial. Biaya sewa lahan pada harga sosial lebih rendah dibandingkan biaya sewa lahan pada harga privat. Biaya sewa
lahan pada harga sosial diperoleh dari perkalian antara biaya sewa lahan pada harga privat dengan faktor konversi harga sosial sewa lahan. Faktor
konversi didapat dari menghitung nilai keuntungan sosial dari komoditas alternatif terbaik sebelum dikurangi sewa lahan dibandingkan dengan
keuntungan privat tembakau BesNo Pearson et al, 2003. Pada musim kemarau MK II, komoditas alternatif yang ditanam di daerah penelitian
selain tembakau, yakni jagung. Divergensi positif biaya lahan disebabkan karena biaya sosial lahan lebih rendah dari biaya privat lahan. Hal ini
dikarenakan oleh keuntungan sosial dari komoditas altenatif terbaik lebih besar dibandingkan keuntungan privat tembakau BesNo.
Divergensi untuk biaya lain-lain sama dengan nol. Biaya lain-lain merupakan biaya transportasi, sewa dan pascapanen. Divergensi sama
dengan nol. Artinya, tidakbelum ada kebijakan pemerintah yang meme- ngaruhi faktor domestik tersebut. Berdasarkan biaya tersebut, sulit untuk
menentukan harga internasionalnya karena belum ada proses perdagangan dalam pasar internasional.