156
AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST: Tinjauan Ekonomi Pertanian
Kabupaten Jember dapat dikatakan melimpah dengan produksi rata-rata 1,14 tonha pada tahun 2007 Tabel 1.1. Kegiatan subsistem agribisnis
hulu tembakau Na-Oogst penghasil cerutu telah mendapat dukungan pemerintah maupun petani yang juga berperan sebagai penyedia bahan
baku.
Strategi agroindustri dalam agribisnis hulu ditempuh dengan mengu- mumkan atau memberitahukan kepada petani tentang jenis tembakau
bahan baku pembuatan cerutu yang diperlukan Agroindustri Cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X Jember. Strategi ini dapat membantu agro-
industri dalam menyediakan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan produksi cerutu. Petani juga diuntungkan karena dengan pengumuman
grade
tembakau hasil panen dapat dijual dengan harga tinggi karena sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
b. Subsistem usahatani
Pada umumnya, komoditi Na-Oogst merupakan tanaman budidaya yang membutuhkan perhatian intensif. Untuk itu, penanganan budidaya
sampai panen harus benar-benar diperhatikan, apalagi ketika menghadapi cuaca yang sering berubah seperti saat ini. Usahatani tembakau Na-Oogst
sebagai bahan baku cerutu banyak dibudidayakan oleh pihak pemerintah seperti PTPN X maupun petani perorangan. Intensifikasi budidaya,
pembinaan, dan penyuluhan intensif serta pembentukan kelompok usaha menjadi pendukung dan pengembang usahatani tembakau Na-Oogst.
Agroindustri Cerutu Kopkar Kartanegara tidak melakukan usahatani, hanya membeli bahan baku dalam bentuk dekblad omblad yang siap pakai.
Namun, PTPN X sebagai eksportir penyedia bahan baku memiliki ker- jasama dengan petani dalam subsistem usahatani. Kerjasama ini membantu
pihak agroindustri mendapatkan bahan baku terbaik karena sistem usahatani berjalan dengan baik.
c. Subsistem pengolahan
Secara umum keterkaitan sektor hulu tembakau Na-Oogst dengan sektor hilirnya sudah terlaksana dengan baik. Tembakau Na-Oogst sebagai
bahan baku cerutu diperoleh dari PTPN X sendiri dan dari petani tembakau yang ada di Jember. Cerutu yang dihasilkan Kopkar Kartanegara PTPN X
pada tahun 2008 sebanyak 1 juta batang sehingga nominal uangnya sekitar Rp1 miliar. Setiap tahun produksi cerutu relatif stabil dan peningkatannya
157
Bab IV, Agroindustri Cerutu
sekitar 2,5 dari produksi 1 juta batangnya per-tahun Kompas, 2010. Keberlangsungan kegiatan agroindustri ini sangat bergantung pada konti-
nyuitas pasokan bahan baku dan permintaan pasar yang masih tinggi terutama skala ekspor. Arah pengembangan kegiatan agroindustri harus
mengarah pada pengelolaan jaringan distribusi input, diversifikasi produk cerutu, serta pembinaan sosialisasi dan penyebaran informasi di antara
masing-masing elemen agribisnis. Agroindustri cerutu melakukan proses pengolahan dengan sistem manual, yaitu dengan tenaga manusia bukan
mesin. Oleh karena itu, agroindustri cerutu perlu menjaga mutu produk serta cita rasa yang khas untuk menarik minat konsumen. Perlu kontrol
produksi yang ketat untuk menjaga mutu dan cita rasa, seperti tenaga- tenaga profesional yang ahli di bidang cerutu.
d. Subsistem pemasaran
Konsumen adalah faktor yang harus terus diperhitungkan dalam pengembangan usaha dalam ekonomi yang dipandu oleh pasar. Perubahan
perilaku konsumen antarwaktu merupakan hal yang harus diantisipasi oleh produsen dalam menentukan jumlah, macam, dan diversivikasi
produk, serta pola pemasaran. Pola konsumsi present and future con- sumption
berbeda antarwilayah dan kelompok pendapatan Supriyati dan Erma Suryani, 2006.
Pemasaran cerutu yang dilakukan Kopkar Kertanegara PTPN X mencakup pasar dalam dan luar negeri. Dari sekitar satu juta batang cerutu
yang diproduksi Koperasi Karyawan Kertanegara PT Perkebunan Nusan- tara X Jember, sebagian besar dikonsumsi oleh konsumen cerutu di dalam
negeri yang ada di Surabaya, Bali, Malang, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Sisanya atau sekitar 20 persen diekspor, antara lain ke Jepang,
Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Malaysia. Produk cerutu ini memunyai peluang pasar yang cukup besar mulai pasar regional sampai
ekspor. Pengembangan subsistem agribisnis pemasaran harus lebih diarahkan pada peningkatan penjualan dengan cara adanya diversivikasi
dan segmentasi pasar yang didukung dengan sistem promosi yang aktif melalui media-media yang ada untuk meningkatkan pemasaran. Oleh
karena itu, wajib apabila perlu dilakukan jaringan kerjasama hulu-hilir maupun dengan pembeli potensial.