Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

materi pelajaran matematika yang disampaikan dikelas tidak maksimal. Sampai saat ini masalah-masalah pendidikan tentang pelajaran matematika masih menjadi beban berat bagi guru dan siswa. Lemahnya intensitas pemahaman terhadap suatu materi membuat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal dalam pelajaran matematika. Sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan dan sangat sulit dipelajari karena dianggap sebagai pelajaran yang hanya berisi rumus-rumus, angka-angka dan untuk menguasainya harus memiliki hafalan yang kuat. Anggapan yang tidak sepenuhnya salah, bahwa matematika identik berisi rumus-rumus, namun yang perlu diajarkan bahwa rumus-rumus itu tidak datang dengan sendirinya namun ada pendekatan-pendekatan yang digunakan sehingga didapatkan rumus-rumus yang ada saat ini. Para pendidik cenderung tidak mengikutsertakan peserta didik dalam mencari suatu jawaban dari permasalahan yang ada dengan menggunakan penalaran melainkan dengan rumus yang ada. Sehingga pada saat lupa dengan rumus yang sudah ia hafal, maka ia tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Perkalian secara menghafal akan mudah dilakukan oleh siswa. Tetapi ketika dihadapkan pada problem solving dimana siswa dituntut untuk lebih memahami permasalahan maka terjadi kesulitan. Contoh: ketika siswa dihadapkan pertanyaan, ibu mempunyai 6 kantong permen, setiap kantong berisi 10 permen. Berapakah jumlah permen ibu semuanya ? ada siswa yang menjawab dengan cara 6 + 10 = 16 dan ada pula siswa yang menjawab 6 x 10 = 60. Siswa yang menjawab 6 + 10 = 16 berarti siswa tersebut belum memahami konsep perkalian. Bentuk perkalian secara rumus yang benar dari soal itu adalah 6 x 10 = 60. Perkalian adalah penjumlahan berulang yang perlu berikan contoh secara nyata yang ada disekitar siswa. Disini terlihat bahwa untuk memahami suatu perkalian, konseplah yang menjadi kendala. Untuk mempermudah siswa dalam menghitung pemahaman konsep perkalian, maka perlu dilakukan pendekatan yang sederhana tetapi mudah dipahami oleh siswa. Seorang guru bisa menggunakan benda yang ada disekitar siswa, agar siswa lebih jelas untuk memahami suatu konsep perkalian. Salah satu cara yang penulis coba terapkan dalam pelajaran matematika kedalam dunia siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Pada dasarnya media terkelompokkan kedalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi ilmu pengetahuan, dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti halnya alat-alat peraga pendidikan matematika. 5 Dengan alat peraga, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa secara mandiri diajak untuk memecahkan suatu permasalahan dan soal-soal. Siswa dalam kegiatan belajarnya perlu dibawa kealam sekitarnya untuk mengadakan penyelidikan, mengumpulkan, mencatat, mengolah, dan menyajikan data. 6 Untuk menanamkan secara baik pemahaman konsep-konsep matematika diperlukan kekongkritan, karena beberapa konsep matematika memiliki sifat yang abstrak, maka diperlukan suatu benda-benda yang menjadi perantara atau alat peraga yang berfungsi untuk mengkonkritkan, sehingga fakta-faktanya menjadi jelas dan mudah diterima siswa. Oleh karena itu, perlu diupayakan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran perkalian dengan metode realitas untuk mempermudah dalam pengenalan konsep perkalian dan menerangkan atau mewujudkan konsep tersebut. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan pemahaman matematika siswa. Guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Untuk mengatasi dan membantu siswa agar tidak mengalami kesulitan, kejenuhan dan memotivasi belajar siswa, diperlukan proses pembelajaran yang sehat, menyenangkan dan kompetitif yang menjadikan siswa aktif dan kreatif. Dengan bantuan alat peraga diharapkan materi yang 5 Erman Suherman, dkk. Stretegi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-UPI, 2001, h. 200. 6 Russefendi, Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer, Bandung: Tarsito, 2005, h. 383. disampaikan oleh guru dapat dimengerti oleh siswa. Alat peraga merupakan sebuah alat atau perangkat yang digunakan pendidik untuk dapat menyampaikan informasi yang diberikannya kepada peserta didik agar tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Alat peraga mempunyai arti penting dalam pembelajaran, karena ketidakjelasan dalam pembelajaran dapat membantu dengan alat peraga. Dengan alat peraga diharapkan dapat menanamkan dan menjelaskan konsep pembelajaran matematika, mengatasi kebosanan siswa, sekaligus meningkatkan pemahaman belajar matematika siswa. Berdasarkan uraian diatas, yang dapat disajikan latarbelakang masalah, maka penulis terdorong untuk membahasnya dalam sebuah skripsi dengan judul: Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang Napier Terhadap Pemahaman Konsep Perkalian Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas, maka dapat didefinisikan beberapa masalah yang timbul antara lain: 1. Siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit 2. Proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramahkonvensional 3. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa relative rendah 4. Banyak diantara sebagian siswa masih kurang memahami konsep perkalian 5. Guru jarang menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada beberapa hal yaitu: 1. Alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu berupa batang napier 2. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep tentang perkalian 3. Subjek penelitian dibatasi hanya kelas III SD Muhammadiyah 12 Pamulang 4. Dimensi pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi pemahaman konsep menurut teori Bloom, yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh penggunaan alat peraga batang napier terhadap pemahaman konsep perkalian siswa kelas III SD Muhammadiyan 12 Pamulang ”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan alat peraga batang napier terhadap pemahaman konsep perkalian siswa dalam belajar matematika.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematikanya. 2. Bagi Guru Dari penelitian ini dapat menjadi acuan mengenai alat peraga dalam pengajaran matematika sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika 3. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umumnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 4. Bagi Pembaca Khususnya Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dijadikan suatu kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam. 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis

1. Kajian Teori Pemahaman Konsep Perkalian

a. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman comprehension adalah kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. 7 Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlah pengetahuan knowledge. 8 Seseorang akan dikatakan memahami sesuatu jika orang tersebut mampu mengutarakan kembali apa yang telah dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri, siswa tidak lagi mengingat dan menghafal informasi yang diperolehnya melainkan harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut. Informasi tersebut didalamnya menafsirkan bagan, gambar, grafik untuk menjelaskan dengan kalimatnya sendiri. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini antara lain, menerjemah, mengubah, menggeneralisasi, menguraikan dengan kata- kata sendiri, menulis ulang dengan kalimat sendiri, meringkas, membedakan diantara dua, mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat dan menjelaskan. 9 Pemahaman atau komprehensif adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidah hanya menghafal secara 7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet.5, h. 50. 8 Wina Sanjaya dan Dian Andayani , “Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum”, dalam, Kurukulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. 1, h. 49. 9 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. 3, h. 136.