Bentuk dan Cara Kerja Alat Peraga Batang Napier Menghitung Perkalian dengan Menggunakan Alat Peraga Batang

Gambar 2.6 Hasil Akhir Perkalian Dua Digit dengan Alat Peraga Batang Napier 2 3 X 2 3 1 2 4 6 2 7 6 Jadi, hasil perkalian 23 x 12 adalah 276. 2. Perkalian Tiga Digit dengan Dua Digit Contohnya: 452 x 15 = .... Jika menghadapi perkalian tiga digit, adapun gambar batang napier yang mewakili tiga digit pula yaitu: Gambar 2.7 Bentuk Alat Peraga Batang Napier Tiga Digit dengan Dua Digit 4 5 2 X 1 5 Sama halnya dengan cara yang pertama, maka untuk itu harus dicari terlebih dahulu diisi hasil perkalian yang telah ditentukan. Adapun hasilnya: Gambar 2.8 Hasil Akhir Pekalian Tiga Digit dengan Dua Digit Menggunakan Alat Peraga Batang Napier 4 5 2 X 4 5 2 1 6 2 2 5 1 5 7 8 Jadi, hasil dari perkalian 452 x 12 adalah 6780 Definisi operasional alat peraga batang napier ini dapat memperjelas penyampaian konsep sebagai perantara atau visualisasi dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik karena menggunakan benda-benda yang konkret. Dengan menggunakan alat peraga konkrit dalam mengajarkan berhitung pada siswa, maka diharapkan siswa dapat termotivasi dalam belajar, apalagi bila alat peraga yang digunakan dibuat semenarik mungkin. Sehingga dengan adanya alat peraga, konsep matematika akan mudah difahami dan dimengerti. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat peraga batang napier. Dimana alat peraga ini dapat membantu siswa untuk dapat menghitung perkalian dengan benar dan cepat. Peninggalan John Napier yang paling popular adalah Napier’s Bone atau tulang Napier. John Napier menyebutnya sebagai Rabdologia. Alat perhitungan ini dirancang untuk menyederhanakan tugas berat dalam perkalian, ia juga akhirnya menemukan algoritma, yang sebagai efeknya menterjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Contoh alat peraga batang napier dengan perkalian dua digit dengan dua digit, yaitu: Berikut cara mengerjakannya, yaitu: Supaya mudah melihat perbedaan masing-masing kotak, kami berikan warna yang berbeda pula. 1. Kotak biru berisi hasil perkalian 1 x 3 = 3 2. Kotak hijau berisi hasil perkalian 1 x 2 = 2 3. Kotak hijau berisi hasil perkalian 2 x 3= 6 4. Kotak biru berisi hasil perkalian 2 x 2 = 4 Adapun langkah-langkahnya: 1. Lihat garis miring paling bawah pada kotak hijau. Pada kotak hijau ada angka 6. Jadi, jumlahkan 6 + 0 = 6. 2. Lihat garis miring yang melalui kotak biru, hijau dan biru. Dibawah garis miring tersebut terdapat angka 3, 0 dan 4. Jadi, jumlahkan 3 + 0 + 4 =7 3. Lihat garis miring yang melalui kotak biru, hijau dan biru. Pada kotak itu terdapat 3 angka saja. jadi, jumlahkan 0 + 2 + 0 = 2

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti tentang penggunaan metode alat peraga dalam pembelajaran matematika diantaranya: 1. Epuk Suswati Rahayu dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Teknik Batang Napier Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Operasi Perkalian Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SDN Watestani 04 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini menggunakan rancangan PTK. Instrumen yang digunakan tes dan lembar observasi. Teknik analisis data yang dipakai rata-rata dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik Batang Napier untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Watestani 04 dilakukan dengan cara siswa mengerjakan soal operasi perkalian dengan teknik batang napier, kemudian ditukar dengan siswa lain. Selanjutnya secara bergilir mengerjakan di papan tulis. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata pada pratindakan 52,5, pretes dan postes pada siklus I meningkat dari 55,5 menjadi 64. Sedangkan pada siklus II nilai pretes dan postes juga meningkat dari 72,5 menjadi 84,7. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1 penggunaan teknik Batang Napierdapat meningkatkan prestasi belajar matematika operasi perkalian bilangan cacah siswa kelas IV SDN Watestani 04 dilakuan dengan cara siswa mengerjakan soal perkalian selanjutnya ditukar dengan siswa lain kemudia secara bergilir dikerjakan di papan tulis, 2 peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari nilai rata-rata pratindakan, pretes dan postes pada siklus I dan siklus II. 51

2. Anita Zurnani dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Teknik

Perkalian Nafir Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pekalian Dalam Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Kaweron 02 Kabupaten. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut; hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I 40, siklus II 63,3, dan siklus III 86,67. Kemampuan bekerjasama siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I 33,3 , siklus II 63,3 , dan siklus III 93,3, sedangkan untuk penerimaan terhadap perbedan kemampuan 51 Epuk Suswati Rahayu, Penggunaan Teknik Batang Napier untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Operasi Perkalian Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SDN Watestani 04 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan, http:library.um.ac.idfree- contentsindex.phppubdetailid= 39434, diakses pada tgl 15 Agustus 2013. akademik siswa lain juga mengalami peningkatan dari siklus I 33,3, siklus II 66,67, dan siklus III 86,67. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik perkalian Nafir dalam pembelajaran kooperatif model STAD dapat memberikan peningkatan hasil belajar siswa tentang perkalian. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan agar guru mencoba menerapkan teknik perkalian Nafir untuk membantu mengatasi kesulitan siswa menyelesaikan perkalian, sedangkan untuk peneliti lain diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menerapkannya pada ruang lingkup yang lebih luas. 52

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik di Indonesia karena system pembelajarannya yang diterapkan disekolah yang pada umumnya lebih didominasi oleh pelajaran konvensional, dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif karena mereka hanya menerima materi ke anak didik, kurang kreatif dan inovatif sehingga jarang sekali guru menggunakan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran disekolah. Akibatnya banyak ditemui kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika sehingga siswa akan kesulitan dalam memecahkan soal matematika yang diberikan oleh guru. Pemahaman konsep matematika merupakan landasan dasar dalam belajar matematika, oleh Karena itu dalam pembelajaran matematika yang ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep yang baik dan benar. Agar siswa lebih memahami konsep dengan baik dan benar, para guru matematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi yang lebih konkret. Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa aktif dapat meningkatkan 52 Anita Zurnani, Penerapan Teknik Perkalian Nafir Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pekalian Dalam Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Kaweron 02 Kabupaten, http:library.um.ac.idptkindex.php?mod=detailid=37140, Diakses pada tgl 15 Agustus 2013. kemampuan berfikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta dapat menyelesaikan masalah dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki. Penggunaan media pembelajaran yang berupa alat peraga merupakan salah satu cara yang tepat digunakan untuk menciptakan pembelajaran matematika yang efektif pada siswa sekolah dasar sehingga diharapkan konsep akan lebih mudah dipahami secara jelas. Alat peraga yang akan digunakan dalam pembahasan perkalian adalah dengan menggunakan alat peraga batang napier. Dimana alat peraga ini dapat membantu siswa untuk memahami perkalian dengan menghitung dengan cepat. Alasan dipilihnya alat peraga ini untuk memudahkan siswa dalam menghitung perkalian yang perkaliannya sudah dua digit atau tiga digit. Alat peraga batang napier juga dapat meningkatkan kreatifitas dalam menghafal perkalian agar lebih mudah dihafal dan diingat. Selain itu, model pembelajaran ini sangat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD. Karena siswa SD masih pada tahap operasional konkret. Dimana siswa dalam hal ini, mereka melihat segala sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Dengan menggunakan alat peraga batang napier, siswa dapat menghitung perkalian tersebut dengan benar dan tepat. Siswapun menjadi aktif dalam pembelajarannya. Hal ini disebabkan siswa menggunakan alat peraga yang meraka dapat gunakan untuk menghitung perkalian dengan cepat dan mudah. Jadi peneliti menyimpulkan, pembelajaran menggunakan alat peraga batang napier dapat membantu siswa dalam memahami konsep perkalian.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Pemahaman konsep perkalian yang diajar dengan menggunakan alat peraga batang napier lebih tinggi daripada pemahaman konsep perkalian yang diajar tanpa menggunakan alat peraga”.