Berdasarkan tabel diatas, skor pemahaman konsep perkalian kelas eksperimen didominasi pada dimensi pemahaman translation. Hal ini terlihat
dari persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation memperoleh persentase paling besar yaitu 92,37 sedangkan dimensi interpretation dan
ekstrapolation memperoleh persentase berturut-turut 76 dan 61,12. Rata –
rata skor siswa pada dimensi translation adalah 7,39 sedangkan rata- rata pada dimensi interpretation dan ekstrapolation memperoleh berturut-turut sebesar
24,32 dan 4,89.
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol
Hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang didalam proses pembelajarannya tanpa menggunakan alat peraga batang napier jumlah sampel
sebanyak 28 siswa diperoleh nilai terendah 44 dan nilai tertinggi 94 dengan mean sebesar 68,9 median sebesar 68,5 modus sebesar 67,93 varians sebesar
150,321 simpangan baku sebesar 12,26. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, berikut ini
disajikan tabel disribusi frekuensi pemahaman konsep matematika siswa kelas
eksperimen yang pembelajarannya menggunakan alat peraga batang napier. Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tes Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol Nilai
Frekuensi Absolut
Kumulatif Relatif
Kumulatif
44-52 3
3 10,71
10,71 53-61
4 7
14,29 25
62-70 9
16 32,14
57,14 71-79
7 23
25 82,14
80-88 3
26 10,71
92,85 89-97
2 28
7,14 100
Jumlah 28
- 100
-
Berdasarkan tabel distribusi diatas, dapat dilihat bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 7,15 sebanyak 2 orang, yaitu
yang memperoleh nilai pada interval 89-97. Persentase siswa yang memperoleh nilai terendah sebesar 10,71 sebanyak 3 orang, yaitu yang memperoleh
nilai pada interval 44-52. Sedangkan yang paling banyak yaitu persentase siswa yang memperoleh nilai interval 62-70 sebesar 32,14 sebanyak 9
siswa. Berdasarkan data sebelumnya, diperoleh rata-rata sebesar 68,9. Dengan
demikian persentase siswa yang memiliki nilai diatas rata-rata yaitu sebesar 57,14. Angka ini didapat dari jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 68,9
dibagi 28 setelah itu dikalikan 100. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 68,9 sebanyak 16 siswa. Sedangkan persentase siswa yang memiliki nilai
dibawah rata-rata yaitu sebesar 42,86. Angka ini didapat dari 100 - 57,14 = 42,86. Karena nilai KKM yang ditetapkan disekolah adalah 66
artinya 60,71 dari jumlah siswa memperoleh nilai diatas KKM. Sedangkan siswa yang kurang dari KKM sebesar 39,29.
Distribusi frekuensi kemampuan pemahaman konsep perkalian kelas kontrol dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon frekuensi
berikut:
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
44-52 53-61
62-70 71-79
80-88 89-97
Frekuensi
Gambar Histogram dan Poligon Frekuensi
Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol
Nilai
menurut Bloom, yaitu translation, interperation, dan ekstrapolation . berikut ini disajikan rekapitulasi nilai tiap dimensi pemahaman konsep pada
kelas kontrol:
Tabel 4.4 Skor Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol Tiap Dimensi
Dimensi Pemahaman
Jumlah Siswa
Skor Maksimum
Rata-Rata Persentase
Translation 28
8 7,14
89,25 Interpretaion
28 32
22,96 71,,75
Ekstrapolation 28
8 3,25
40,62
Jumlah 28
48 33,35
201,62
Berdasarkan tabel diatas, skor pemahaman konsep perkalian kelas kontrol didominasi pada dimensi pemahaman translation. Hal ini terlihat dari
persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation memperoleh persentase paling besar yaitu 89,25 sedangkan dimensi interpretation dan ekstrapolation
memperoleh persentase berturut-turut 71,75 dan 40,62. Rata – rata skor
siswa pada dimensi translation adalah 7,14 sedangkan rata- rata pada dimensi interpretation dan ekstrapolation memperoleh berturut-turut sebesar 22,96 dan
3,25.
3. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Perkalian Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data statistik hasil tes pemahaman konsep perkalian pada materi perkalian yang menggunakan alat peraga batang napier dengan yang tidak
menggunakan alat peraga batang napier terdapat perbedaan. Berdasarkan perbandingan data statistik hasil posttest, nilai posttest kelas eksperimen lebih
tinggi daripada posttest kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata- rata kelas eksperimen sebesar 76,64 dengan median sebesar 75,72 dan modus
sebesar 74,07 sedangkan rata-rata nilai kelas kontrol sebesar 68,9 dengan median sebesar 68,5 dan modus sebesar 67,93. Berikut data tabel hasilnya:
Tabel 4.5 Statistik Hasil Penelitian
Data Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik
Kelas Eksperimen
Kontrol
Nilai terendah 54
44 Nilai tertinggi
98 94
Mean ̅
76,64 68,9
Median M
e
75,72 68,5
Modus M
o
74,07 67,93
Varians S² 115,39
150,32 Simpangan baku S
10,74 12,26
Jumlah sampel 28
28
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Analisis terhadap data penelitian bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Untuk mengetahui apakah hipotesis
tersebut diterima atau ditolak, maka penulis membandingkan nilai posttest kelas eksperimen dengan nilai posttest kelas kontrol. Sebelum membuktikan
hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji
normalitas dan homogenitas. 1.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Teknik yang digunakan adalah uji kecocokan Chi-Square. Kriteria pengujiannya yaitu data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
memenuhi kriteria χ ²
hitung
χ ²
tabel
diukur pada taraf signifikan tertentu. Berdasa
rkan perhitungan uji normalitas data, diperoleh χ²
hitung
untuk kelas eksperimen sebesar 1,16 dan pada tabel harga kritis χ²
tabel
untuk derajat kebebasan = 3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 7,81 Karena χ ²
hitung
χ ²