diperoleh,  dapat  disimpulkan  bahwa  F
hitung
≤  F
tabel
1,30    1,90    maka  H
o
diterima, artinya kedua populasi memiliki varians yang homogen.hitungan uji homogenitas  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol  dapat  dilihat  pada  tabel
dibawah ini:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Data Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok
Varians S²
F
hitung
F
table
α = 0,05 Kesimpulan
Eksperimen 115,39
1,30 1,90
Kedua populasi memiliki varians yang
homogen Kontrol
150,32
C. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis
berdasarkan  uji  prasyarat  diatas  yang  menyatakan  asumsi  normalitas dan  homogenitas  untuk  kedua  sampel  terpenuhi,  maka  langkah  selanjutnya
yaitu  pengujian  hipotesis  yang  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  uji-t. Kriteria pengujiannya yaitu, jika t
hitung
≤ t
tabel
maka H
o
diterima. Sedangkan t
hitung
˃   t
tabel
maka  H
o
ditolak.  H
o
menyatakan  bahwa  rata-rata  kemampuan pemahaman  konsep  perkalian  kelas  eksperimen  yang  menggunakan  alat
peraga  batang  napier  lebih  tinggi  dari  rata-rata  pemahaman  konsep  perkalian
kelas kontrol yang tanpa menggunakan alat peraga batang napier. Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji-t
Untuk Data Pemahaman Konsep Perkalian t
hitung
t
table
Taraf Signifikansi Kesimpulan
2,51 2,00
0,05 H
o
ditolak
Dari  data  hasil  perhitungan  uji-t  diperoleh  t
hitung
2,51  dan  derajat kebebasan  db = 54 dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh t
tabel
= 2,00.
hasil  tersebut  menjelaskan  bahwa    t
hitung
tidak  berada  pada  penerimaan  H
o
sehingga hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian, rata-rata pemahaman konsep  perkalian  kelas  eksperimen  yang  menggunakan  alat  peraga  batang
napier  lebih  tinggi  dari  rata-rata  pemahaman  konsep  perkalian  kelas  kontrol yang tanpa menggunakan alat peraga batang napier.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil  pengujian  hipotesis  diatas  menyatakan  rata-rata  hasil  tes kemampuan
pemahaman konsep
perkalian yang
diajarkan dengan
menggunakan  alat  peraga  lebih  tinggi  dari  pada  rata-rata  pemahaman  konsep perkalian  siswa  tanpa  menggunakan  alat  peraga  batang  napier.  Sehingga
penulis  dapat  menyimpulkan  bahwa  terdapat  pengaruh  pengggunaan  alat peraga batang napier terhadap pemahaman konsep perkalian.
Secara  empiris  pengaruh  ini  dapat  terlihat  dari  hasil  posttest,  dimana kelas  ekspeimen  memperoleh  nilai  rata-rata  76,64  dan  terdapat  82,14  siswa
yang  mendapat  nilai  lebih  dari  atau  sama  dengan  nilai  Kriteria  Ketuntasan Minimal  KKM  yang  ditetapkan  oleh  sekolah  yaitu  ≥    66.  Sedangkan  kelas
kontrol memperoleh rata-rata 68,9 dan terdapat 60,71 siswa  yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa yang  diajar  menggunakan  alat  peraga  batang  napier  memiliki  pemahaman
konsep  lebih  tinggi  dibandingkan  siswa  yang  tanpa  menggunakan  alat  peraga dalam  pembelajarannya.  Untuk  mengetahui  pencapaian  pemahaman  konsep
perkalian  siswa  kelas  eksperimen  dan  kelas  kontrol  pada  tiap  kategori pemahaman
menurut Bloom,yaitu
translation, interpretaion
dan ekstrapolation.
Dalam  penelitian  ini  terdapat  tiga  indikator  pemahaman  konsep perkalian yang diukur oleh peneliti, yaitu:
a. Menerjemahkan soal dalam bentuk gambar Translation
Dimensi  pemahaman  translasi  translation  diwakili  oleh  indikator mengubah  bentuk  perkalian  menjadi  penjumlahan  berulang.  Untuk  indikator