Perumusan masalah Social Capital and Perception of the Community in the Development of Community Plantation Forest (HTR) in Ogan Komering Ilir Regency
sosial yang kuat yang dibangun dengan prinsip-prinsip kesukarelaan voluntary, kesamaan equality, kebebasan freedom dan keadaban civility. Tipologi dari
jaringan sosial yang terbentuk di dalam masyarakat tergantung dari karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial yang membangun jaringan atas dasar
keturunan, pengalaman sosial dan kesamaan kepercayaan dan agama cenderung akan membentuk jaringan dengan kohesifitas yang tinggi namun
rentang jaringan maupun kepercayaan yang sempit, sedangkan kelompok masyarakat yang membangun jaringan dengan dasar kesamaan orientasi dan
tujuan dan ciri pengelolan organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat partisipasi dan rentang jaringan yang lebih luas. Tipologi jaringan yang kedua
inilah yang akan memberikan dampak positif bagi kemajuan kelompoknya dan masyarakat secara luas Hasbullah 2006.
2. Resiprocity Lenggono 2004 menyebutkan bahwa hubungan timbal balik adalah
terjadinya pertukaran sumber daya dengan menyediakan pelayanan pada orang lain. Rudito dan Fabiola 2008 menambahkan bahwa modal sosial terbentuk dari
adanya dua macam solidaritas yaitu solidaritas mekanik yang mengikat masyarakat karena adanya rasa kebersamaan dan aturan dalam kelompok serta
solidaritas organik yang mengikat masyarakat karena adanya perbedaan keahlian antar individu sehingga saling membutuhkan antara individu satu
dengan yang lainnya. Modal sosial senantiasa diwarnai dengan kecenderungan untuk saling
tukar kebaikan antar individu dalam kelompok maupun antar kelompak dengan nuansa altruism. Namun masyarakat dengan tingkat resiprositas yang kuat
belum tentu memberikan dampak positif yang cukup besar bagi kelompok lainnya tergantung dari derajad keterbukaan masyarakat tersebut Hasbullah 2006.
3. Kepercayaan Kepercayaan adalah atau rasa percaya mempercayai adalah suatu
bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan
kelompoknya Putnam 1993. Fukuyama 2007 berpendapat bahwa
kepercayaan adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dan memberikan kontribusi
pada peningkatan modal sosial. Kepercayaan merupakan warna dari suatu sistem kesejahteraan bangsa yang merupakan karakteristik yang menjadi
prakondisi dari terciptanya kemampuan berkompetisi Qianhong Fu 2004 dalam Hasbullah 2006 membagi kepercayaan dalam
tiga tingkatan yaitu 1 tingkatan individual yang merupakan kekayaan individu, variabel personal dan karakteristik individu, 2 tingkatan relasi sosial yang
merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan kelompok dan 3 tingkatan sistem sosial yang merupakan nilai publik yang perkembangannya difasilitasi
oleh sistem sosial yang ada. Nahapit Ghosal 1998 dalam Hasbullah 2006 menyatakan bahwa
kepercayaan pada tingkat individu berasal dari nilai-nilai yang yang bersumber pada kepercayaan dan agama yang dianut, kompetensi seseorang dan
keterbukaan yang telah menjadi norma-norma di dalam masyarakat, sedangkan pada tingkat komunitas kepercayaan bersumber dari norma sosial yang telah
melekat pada struktur sosial yang ada. Putnam 1993 memandang kepercayaan terkait dengan perilaku dan ada atau tidaknya resiprocity dalam masyarakat.
Pada tingkatan institusi sosial kepercayaan akan bersumber dari karakteristik sistem tersebjut yang memberi nilai tinggi pada tanggung jawab sosial setiap
anggota kelompok. Hasbullah 2006 menyatakan bahwa kepercayaan memberikan nilai positif
yang besar apabila memiliki rentang the radius of trust yang luas sehingga kelompok yang hanya berorientasi inward looking akan sulit untuk
mengembangkan modal sosialnya. Sedangkan kelompok yang lebih terbuka akan mempunyai potensi yang lebih baik untuk mengembangkan modal
sosialnya. 4. Norma
sosial Norma adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu Hasbullah 2006. Norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-
tujuan yang diyakini dan dijalankan oleh sekelompok orang Suharto 2007. Norma sosial ini sangat berperan dalam mengontrol perilaku yang masyarakat.
Norma-norma ini biasanya tidak tertulis tetapi dipahami oleh setiap anggota masyarakat dan menentukan tingkah laku dalam konteks hubungan sosial.
Hasbullah 2006 menyatakan bahwa norma merupakan salah satu unsur modal sosial yang akan merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang
hidup dan kuat. Fukuyama 2007 menyatakan bahwa modal sosial dibentuk dari norma-norma informal yang medukung kerjasama antar individu. Lawang 2005
juga memandang bahwa norma merupakan bagian penting dari modal sosial. 5. Nilai-nilai
values Menurut Hasbullah 2006 nilai adalah “suatu ide yang telah turun menurun
dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok”. Dalam kebudayaan manusia terdapat nilai-nilai yang akan mendominasi ide-ide yang berkembang.
Ide-ide tersebut akan mempengaruhi aturan-aturan bertindak dalam masyarakat the rules of conducts dan aturan-aturan bertingkah laku the rules of behavior
yang secara bersama-sama akan membentuk pola-pola kultural cultural pattern. Kekuatan modal sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh konfigurasi
nilai yang yang ada di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena sifat nilai yang memiliki konsekuensi ambivalen, misalnya nilai harmoni yang dianggap
menciptakan kerukunan akan menghalang kompetisi. Padahal nilai-nilai kompetisi dalam masyarakat dapat memicu perkembangan dan kemajuan yang
lebih cepat pada bidang-bidang tertentu Hasbullah 2006. 6.
Tindakan yang proaktif Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari
anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi mencari senantiasa jalan bagi keterlibatan mereka dalam kegiatan masyarakat Hasbullah 2006. Lawang
2005 menyatakan bahwa keberadaan modal sosial baik yang bersifat proses, pelumas maupun perekat tidak akan terjadi tanpa ada tindakan dari masyarakat.
Lenggono 2004 menyebutkan bahwa proaktif sebagai bagian dari modal sosial merupakan kerelaan warga sebagai subyek dalam suatu pembangunan.