Persepsi Masyarakat Terhadap Alokasi Lahan HTR

Dari Tabel 48 dapat dilihat secara umum mayarakat mempunyai persepsi yang sedang terhadap program HTR ini 98,32 dan sisanya mempunyai persepsi yang tinggi 1,68. Tingkat persepsi yang berada pada level sedang ini dikarenakan mereka belum melihat manfaat program HTR yang dirasakan petani secara langsung. Walaupun pada umumnya mereka menanggapi secara baik namun mereka masih berhati-hati karena belum ada contoh langsung yang mereka lihat. Tingkat persepsi masyarakat pada level sedang ini memberikan harapan yang cukup baik terhadap keberhasilan program pembangunan HTR ini asalkan ada dukungan kebijakan dan tindakan yang cukup dari stakeholders lain yang berkepentingan. Tabel 48 Sebaran tingkat persepsi responden terhadap HTR No. Kategori tingkat persepsi Selang Skor persepsi Jumlah orang Persentase 1 2 3 Rendah Sedang Tinggi ≤ 85 86 – 119 119 117 2 0,00 98,32 1,68 Jumlah 119 100,00 Poin-poin kebijakan HTR yang masih menjadi kendala dan keberatan masyarakat adalah masalah pewarisan ijin dan jenis tanaman. Masyarakat hampir semuanya menginginkan adanya hak pewarisan ijin secara langsung. Walaupun dalam ketentuan perijinan HTR dalam peraturan Menteri Kehutanan nomor P.55Menhut-II2011 tanggal 06 Juli 2011 mengutamakan ijin diberikan kepada ahli waris namun masyarakat menginginkan ijin tersebut langsung diberikan kepada ahli waris sampai ijin tersebut habis dan tidak harus melalui proses pengurusan perijinan lagi. Mereka mengkhawatirkan apabila tidak langsung diberikan ahli waris nantinya ada pihak-pihak yang memanfaatkan celah tersebut untuk mengambil lahan dan tanaman hasil budidaya mereka. Sedangkan untuk jenis tanaman, mereka pada umumnya menginginkan tanaman karet di seluruh areal mereka. Ketentuan dari peraturan menteri menyebutkan bahwa tanaman pokok tanaman kehutanan seluas 60 dan tanaman budidaya tahunan karet, buah-buahan dll seluas 40. Hal ini masih menjadi salah satu ganjalan bagi mereka dalam menentukan untuk ikut atau tidak program HTR.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu Dengan Unsur-Unsur Modal Sosial

Masyarakat Karakteristik Individu merupakan unsur pembentuk modal manusia. Semakin tinggi karakteristik individu seseorang maka akan semakin tinggi modal manusia. Modal manusia tinggi akan mampu mendorong peningkatan kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Sehingga semakin tinggi modal manusia semakin besar peluang untuk membentuk kapital sosial Lawang 2005. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar karakteristik individu digunakan korelasi Spearman Tabel 49. Sedangkan nilai korelasi sprearman secara lengkap tersaji pada Lampiran 4. Tabel 49 Hubungan antar komponen pada karakteristik individu Karakteristik Individu Umur Pend. formal Pend. Non formal Penda - patan Tk. Kese- hatan Luas lahan Lama tinggal Status Sosial Suku Asal Umur - -0,275 -0,049 0,023 0,168 0,208 0,040 0,313 0,145 -0,060 Pend. Formal -0,275 - 0,398 0,175 -0,012 0,088 -0,088 0,229 0,070 0,111 Pend. non formal -0.049 0,398 - 0,064 0,044 0,201 0,029 0,257 0,128 0,089 Pendapatan 0,023 0,175 0,064 - -0,051 0,639 0,354 0,540 0,006 -0,048 Tingkat kesehatan 0,168 -0,012 0,044 -0,051 - 0,098 -0,050 0,148 0,261 0,060 Luas lahan 0,208 0,088 0,201 0,639 0,098 - 0,256 0,605 0,044 -0,091 Lama tinggal 0,040 -0,088 0,029 0,354 -0,050 0,256 - 0,411 0,124 -0,051 Status sosial 0,313 0,229 0,257 0,540 0,148 0,605 0,411 - 0,265 -0,140 Suku 0,145 0,070 0,128 0,006 0,261 0,044 0,124 0,265 - -0,044 Asal -0,060 0,111 0,089 -0,048 0,060 -0,091 -0,051 -0,140 -0,044 - Karakteristik individu 0,346 0,331 0,365 0,648 0,302 0,708 0,452 0,803 0,365 0,194 Keterangan Korelasi nyata pada taraf 0.01 Korelasi nyata pada taraf 0.05 Dari Tabel 49 diketahui bahwa umur berkorelasi negatif dengan pendidikan formal artinya bahwa semakin tinggi umur semakin rendah pendidikan formal yang dipunyai. Umur berkorelasi positif dengan luas lahan dan status sosial. artinya semakin besar umur semakin luas lahan dan semakin tinggi status sosial masyarakat. Pendidikan formal berkorelasi positif dengan pendidikan non formal dan juga status sosial. Pendidikan non formal berkorelasi positif dengan luas lahan dan status sosial. Luas lahan berkorelasi positif dengan pendapatan, lama tinggal dan status sosial. Lama tinggal berkorelasi positif dengan status sosial dan suku berkorelasi positif dengan status sosial.