Analisis Deskriptif kualitatif Metode Pengolahan dan Analisis Data

dilakukan pada saat areal tersebut masiih berair tetapi sudah mulai mendangkal. Pemupukan juga tidak dilakukan pada tanaman padi demikian juga penyiangan hanya dilakukan sesekali. c Kebun Kebun yang diusahakan adalah pertanian lahan kering dengan tanaman utama adalah karet. Tahapan pengolahan lahan kebun dimulai dari penyiapan lahan, pembuatan lobang tanam, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pemanenan penyadapan getah dan penebangan kayu. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran yang cukup besar di dalam pola pemanfaatan lahan tersebut. Pada awal perambahan masyarakat cenderung untuk bersawah namun seiring dengan perubahan dalam harga komoditas dan juga ketersediaan tenaga kerja mereka mulai berkebun karet. Perubahan tersebut dapat terlihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Perubahan penggunaan lahan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang No Penggunaan lahan Tahun 2001 Tahun 2009 Luas ha Luas ha 1 Pemukiman 396 396 2 Lahan garapan tanaman berkayu karet 250 5.204 3 Lahan garapan tanaman semusim padi 5.049 2.400 4 Lainnya 2.305 8.000 8.000 Sumber : Kantor Transmigrasi Kabupaten OKI 2001 dan Dinas Kehutanan Kabupaten OKI 2009 Kebanyakan masyarakat yang mendiami Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat seperti saudara, anak, menantu dan teman dekat. Pada umumnya mereka merupakan keturunan para transmigran yang ditempatkan di daerah yang sekitar Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Propinsi Lampung. Kedekatan hubungan kekerabatan tersebut menjadikan suasana kekeluargaan yang kental sangat terasa di dalam komunitas masyarakat tersebut. Secara umum norma yang berlaku di dalam kawasan tersebut adalah norma-norma budaya bali yang ditandai dengan diberlakukannya denda pada setiap pelanggaran norma. Hal ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan kepemimpinan orang-orang bali dalam proses penguasaan lahan tersebut. Dalam perjalanan proses penjarahan kawasan tersebut beberapa kali masuk pihak-pihak yang akan mengkoordinir kegiatan di kawasan tersebut. Namun dalam kenyataannya mereka hanya berusaha untuk mengambil keuntungan setelah itu meninggalkan para petani tersebut sampai akhirnya di tahun 2002 sempat terjadi gejolak yang cukup besar yang terjadi karena masyarakat yang sudah tidak tahan ditekan oleh pihak-pihak tersebut melakukan perlawanan yang dikoordinir oleh masyarakat bali. Sejak saat itu masyarakat bali menjadi pemimpin di dalam komunitas tersebut. Beberapa karakteristik budaya yang terlihat dalam kebiasaan dan pergaulan masyarakat di kawasan tersebut diantaranya: a Aturan yang ketat terhadap pelanggaran larangan seperti yang berlaku di bali. Pelanggaran seperti pencurian, berzina, merampok dan perbuatan yang meresahkan masyarakat dapat menyebabkan mereka diusir dari kawasan tersebut dan lahannya dirampas oleh komunitas. b Toleransi yang tinggi. Walaupun berlaku “hukum bali” namun mereka tidak mencampuradukkan masalah agama. Komunitas masyarakat muslim yang merupakan mayoritas mempunyai kegiatan pengajian Yasinan yang rutin dilaksanakan setiap malam Jumat dan dihadiri juga oleh tokoh masyarakat bali. Dalam melaksanakan hajatan orang bali juga mengundang orang yang beragama lain namun pada hari yang berbeda karena masakan yang disajikan juga berbeda. c Sikap saling menghormati yang tinggi. Mayoritas penduduk yang ada adalah masyarakat jawa namun mereka menghormati kepemimpinan masyarakat bali dalam komunitas yang jumlahnya lebih kecil. Dalam kehidupan sehari-hari adat istiadat jawa yang dilaksanakan oleh orang jawa juga sangat didukung oleh orang bali. Beberapa suku minoritas yang ada di dalam kawasan juga merasakan bahwa mereka dapat dengan bebas melaksanakan adat masing-masing tanpa ada gangguan selama mereka tidak mengganggu orang lain. d Tingkat solidaritas yang tinggi. Budaya sambatan gotong royong sangat mudah dijumpai dalam komunitas. Dalam mendirikan rumah, memelihara jalan, membangun jembatan dan kegiatan lainnya mereka selalu melakukan sambatan. Bahkan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan bersama yang tidak mengikuti kegiatan sambatan ini akan dikenakan denda sepuluh ribu rupiah perhari.