5.2.6 Luas Lahan Garapan Pada awal terbentuknya komunitas masyarakat di dalam kawasan hutan
rata-rata masyarakat mendapatkan 2 ha lahan untuk digarap. Kemudian terjadi proses jual beli antar masyarakat sehingga sekarang luasan lahan garapan
menjadi beragam. Terdapat anggota masyarakat yang mempunyai luas lahan garapan sampai dengan 24 ha dan juga ada masyarakat yang hanya mempunyai
0,5 ha. Masyarakat yang mepunyai lahan yang luas biasanya adalah para pemukim lama yang bertahan dan membeli lahan-lahan yang ditinggalkandijual
oleh masyarakat lain. Sedangkan yang mempunyai lahan yang sempit adalah masyarakat yang datang belakangan atau mereka yang mendapatkan lahan
pembagian warisan dari orang tua mereka. Hampir semua masyarakat menggarap lahannya sendiri. Namun di beberapa areal terdapat lahan-lahan
yang dimiliki oleh orang diluar kawasan. Biasanya mereka mengupah orang untuk menggarap dan menunggu lahan tersebut.
Tabel 15 Sebaran luas lahan garapan responden No
. Luas lahan
ha Kategori Skor
Jumlah orang
Persentase 1
2 3
1 1 sd 2
2 Rendah
Sedang Tinggi
1 2
3 41
50 28
34,45 42,02
23,53 Jumlah
119 100,00
Status lahan mempengaruhi konsep diri seseorang terutama dalam menentukan jenis produksi dan pendapatan yang diperoleh dari usaha di lahan
tersebut Susiatik 1998. Masyarakat menyadari bahwa lahan yang selama ini mereka tempati adalah kawasan hutan negara. Selama ini mereka telah
berusaha beberpa kali untuk melegalkan keberadaan mereka di dalam kawasan tersebut melalui beberapa LSMLBH diantaranya LBH Arwan 1999, LBH Andi
Amir 2002, BL Citra 2004 dan Forum Masyarakat 2006. Namun hampir semua usaha tersebut tidak berhasil dan bahkan pada tahun 2002 terjadi
kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Usaha masyarakat tersebut akhirnya difasilitasi oleh pemerintah daerah Kabupaten OKI dengan
mengusulkan areal tersebut menjadi areal pencadangan HTR. Program pembangunan HTR ini mendapatkan sambutan positif oleh
masyarakat yang ditandai dengan pengajuan usulan mereka pada tahun 2009
melalui Koperasi karyawan Inhutani V namun usulan tersebut tidak lolos verifikasi oleh BPPHP Wilayah V Palembang. Usaha lanjutan masih tetap dilakukan
dengan membentuk Koperasi baru yaitu Koperasi Masyarakat Pemberdayaan Hutan Komasperhut dan juga Kelompok Tani Hutan Jelutung, Karet, Rengas,
Gelam dan Wana Krida namun sampai saat ini belum ada kejelasan tentang usulan tersebut.
Masyarakat di kawasan tersebut sebenarnya tidak terlalu risau dengan status kawasan karena mereka sudah lama bermukim dan tidak mendapatkan
permasalahan selama ini. Kejelasan status lahan garapan mereka perlukan untuk beberapa alasan yaitu menaikkan tingkat perekonomian di kawasan
tersebut harga tanah dan komoditas, memperoleh hak-hak kependudukan dan mendapatkan akses pelayanan umum yang lebih baik.
5.2.7 Lama Tinggal
Sebagian besar responden tinggal di kawasan tersebut lebih dari 10 tahun 58,,82 yaitu antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 pada saat
muali dilakukannya perambahan secara besar-besaran di kawsan tersebut. Hanya sebagian kecil saja yang tinggal dikawasan tersebut kurang dari lima
tahun 11,77. Sebaran responden berdasarkan lama tinggal dapat dilihat dalam Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran lama tinggal responden No
. Lama tinggal
tahun Kategori Skor
Jumlah orang
Persentase 1
2 3
5 5 sd
10 10
Rendah Sedang
Tinggi 1
2 3
14 35
70 58,82
29,41 11,77
Jumlah 119
100,00
5.2.8 Status Sosial
Status sosial menunjukkan tingkat penghargaan masyarakat kepada individu yang bersangkutan dalam kelompok masyarakat. Status sosial
responden dapat dilihat dalam Tabel 17.