Lama tinggal tidak berkorelasi dengan unsur-unsur modal sosial di dalam masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang. Sedangkan status
sosial berkorelasi positif dengan kepercayaan, jaringan, tindakan proaktif dan kepedulian. Penelitian Setyowati 2010 menunjukkan tidak adanya hubungan
antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi masyarakat. Lain halnya dengan status sosial yang berkorelasi positif dengan kepercayaan, jaringan sosial,
tindakan yang proaktif dan kepedulian. Masyarakat dengan status sosial tinggi biasanya mampu berinteraksi dan berelasi sosial lebih baik sehingga dapat
memiliki tingkat jaringan yang lebih tinggi. Status sosial juga menunjukkan tindakan yang proaktif. Jika status adalah unsur statis maka peran adalah unsur
dinamis, sehingga berlaku di mana ada status di situ ada peran atau peran selalu mengacu pada status yang dimilikinya, sehingga keduanya saling mengimplisit,
artinya orang hidup dengan dasar status Lawang 2005. Asal suku bangsa masyarakat yang bermukim di dalam Kawasan Hutan
Produksi Terusan Sialang berpengaruh terhadap norma sosial, jaringan sosial, tindakan proaktif dan kepedulian. Suatu suku biasanya mempunyai nilai-nilai
tertentu yang dianggap penting. Nilai tersebut akan menentukan pola tingkah laku dan kebiasaaan yang ada di dalam masyarakat Hasbullah 2006. Sehingga
latar belakang suku seseorang akan memberikan ciri pada pola tingkah laku seseorang tersebut di dalam masyarakat. Masyarakat di dalam Kawasan Hutan
Produksi Terusan Sialang terdiri dari beberapa suku bangsa dan pada umumnya ciri-ciri pola kultural mereka masih terlihat di dalam pergaulan sehari-hari.
Sedangkan asal domisili masyarakat tidak mempunyai korelasi yang nyata dengan unsur modal sosial.
5.8 Hubungan Modal Sosial Dengan Unsur-Unsur Pembentuk Modal Sosial
Dari hasil analisis korelasi peringkan spearman didapatkan bahwa modal sosial berkorelasi nyata dengan unsur-unsur modal sosial Tabel 51.
Berdasarkan nilai korelasi maka didaptkan bahwa korelasi terbesar adalah antara modal sosial dengan tindakan yang proaktif 0,766, kepercayaan 0,745,
jaringan 0,735, kepedulian 0,695 dan norma 0,195. Semakin besar nilai korelasi menunjukkan semakin tinggi tingkat hubungan atau pengaruh unsur
modal sosial dengan modal sosial. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Oktadiyani 2010 yang menyatakan bahwa unsur kepercayaan, jaringan, norma,
tindakan proaktif dan kepedulian berpengaruh nyata terhadap modal sosial masyarakat Kutai dalam pengembangan ekowisata.
Tabel 51 korelasi antara modal sosial dengan unsur-unsur modal sosial
No Karakteristik Individu
Unsur-unsur modal sosial Kepercayaan Jaringan Norma Proaktif Kepedulian
1 Kepercayaan
- 0,306 -0,131
0,406 0,367
2 Jaringan
0,306 -
0,237 0,532 0,677
3 Norma -0,131
0,237 - 0,052 0,111
4 Proaktif
0,406 0,532
0,052 - 0,547
5 Kepedulian
0,367 0,677
0,111 0,547 -
6 Modal Sosial
0,745 0,735 0,195 0,766 0,695
Keterangan Korelasi nyata pada taraf 0.01
Korelasi nyata pada taraf 0.05
5.9 Hubungan Karakteristik Individu Dengan Persepsi Masyarakat
Terhadap Pembangunan HTR
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa karakteristik individu berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap
program pembangunan Pujiastuti, 2012. Hubungan antara karakteristik individu masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang dengan persepsi
masyarakat dalam pembangunan HTR dapat dilihat dalam Tabel 52. Dari Tabel 52 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan formal
X2 berkorelasi nyata dengan persepsi terhadap alokasi lahan HTR Y2.1. artinya bahwa semakin tinggi pendidikan masyarakat semakin tinggi pula
persepsi mereka terhadap alokasi lahan HTR. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi menyebabkan semakin banyak informasi dan pengetahuan yang dimiliki
oleh masyarakat sehingga kemampuan mereka untuk memahami kondisi lingkungan sekitar juga semakin meningkat. Hal ini lebih mempermudah
masyarakat untuk menerima informasi tentang program pembangunan HTR sehingga mereka akhirnya memahami tentang alokasi lahan tempat mereka
sebagai calon lokasi HTR. Tingkat pendapatan masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan
Sialang X4 ternyata berhubungan positif dengan persepsi mereka terhadap alokasi lahan HTR Y2.1, pasar hasil HTR dan kegiatan penyuluhan dan
pendampingan HTR serta berkorelasi negatif dengan kegiatan pemanfaatan
HTR Y2.3 dan persyaratan Perijinan HTR Y2.5. Semakin tinggi pendapatan masyarakat yang diperoleh dari kawasan tersebut akan semakin meningkatkan
keterkaitan mereka dengan pembangunan HTR. Sehingga mereka akan berusaha untuk dapat ikut dalam program HTR untuk menjamin pendapatan
yang selama ini mereka dapatkan dari kawasan tersebut tetap akan mereka terima. Dalam hal pola pembangunan HTR dan persyaratan HTR, semakin
rendahnya persepsi masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi tidak terlepas dari latar belakang mereka telah mempunyai kemapanan dalam perekonomian
dengan mengusahakan komoditas non kehutanan non kayu sehingga dalam pembangunan HTR persepsi mereka terhadap ketentuan bahwa tanaman HTR
harus didominasi dengan tanaman kehutanan 60 kurang mereka terima. Sedangkan terkait masalah persyaratan perijinan pengalaman mereka yang telah
berusaha untuk mendapatkan ijin HTR dan mengalami kesulitan dalam memperoleh persyaratan ijin tersebut menyebabkan semakin menurunnya
tingkat persepsi mereka. Luas lahan masyarakat berkorelasi positif dengan persepsi masyarakat
terhadap alokasi lahan HTR, kegiatan sosialisai HTR dan kegiatan penyuluhan dan pendampingan HTR serta berkorelasi negatif dengan kegiatan pemanfaatan
hasil HTR. Hal ini berarti bahwa semakin luas kepemilikan lahan di dalam kawasan maka semakin tinggi pula kesadaran masyarakat terhadap alokasi
lahan HTR dilokasi tersebut juga bahwa semakin banyak pula mereka terlibat dalam kegiatan sosialisasi, penyuluhan dan pendampinga HTR. Namun semakin
luas lahan kepemilikan menyebabkan mereka semakin tidak menyetujui ketentuan bahwa pengusahaan HTR hanya untuk menghasilkan kayu hal ini
dikarenakan selama ini mereka menggantungkan perekonomian mereka pada hasil komoditas non kayu karet dan padi.
Status sosial masyarakat berkorelasi positif dengan persepsi masyarakat terhadap alokasi lahan HTR, hak dan kewajiban pembangunan HTR, pasar
komoditas hasil HTR, kegiatan sosialisasi HTR dan kegiatan pendampingan dan penyuluhan HTR serta berkorelasi negatif dengan kegiatan pemanfaatan hasil
HTR. Sedangkan Asal domilisi masyarakat berkorelasi positif dengan jangka waktu dan luas pengusahaan HTR. Artinya bahwa semakin dekat asal domisili
masyarakat dengan lokasi mereka semakin tinggi persepsi mereka terhadap ketentuan jangka wantu dan luas pengusahaan HTR.