Persepsi Masyarakat Terhadap Pewarisan Ijin HTR

Tabel 52 Korelasi karakteristik individu dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR Persepsi masyarakat Karakteristik individu X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Y2.1 0.135 0.315 0.153 0.200 0.128 0.249 0.106 0.355 0.013 0.153 Y2.2 -0.048 0.144 0.066 -0.013 0.103 0.020 -0.147 -0.109 -0.086 0.042 Y2.3 0.091 -0.135 -0.101 - 0.358 -0.065 -0.223 -0.175 -0.203 -0.002 -0.064 Y2.4 0.056 0.011 0.010 -0.010 0.110 -0.021 0.056 0.033 0.170 -0.158 Y2.5 0.007 0.147 0.121 -0.206 0.150 -0.066 -0.061 -0.029 0.110 0.101 Y2.6 0.112 0.083 0.169 -0.019 0.110 0.114 -0.067 0.163 0.022 -0.030 Y2.7 -0.092 -0.004 0.134 0.001 -0.027 0.046 -0.136 -0.134 -0.034 0.231 Y2.8 -0.074 -0.091 0.123 -0.037 -0.087 -0.059 -0.134 -0.021 0.087 -0.054 Y2.9 0.042 0.158 0.018 0.156 -0.056 0.092 0.099 0.285 0.126 -0.019 Y2.10 0.033 0.108 0.071 0.290 -0.076 0.137 0.135 0.188 -0.072 -0.078 Y2.11 0.127 -0.100 0.104 -0.121 0.085 0.002 -0.011 -0.020 -0.100 -0.111 Y2.12 0.111 0.096 0.167 0.101 0.095 0.218 0.044 0.307 0.086 -0.006 Y2.13 0.111 0.132 0.125 0.267 0.083 0.278 0.088 0.231 -0.001 0.074 keterangan Korelasi nyata pada taraf 0.01 Korelasi nyata pada taraf 0.05 X1 : Umur Y2.1 : Alokasi lahan HTR X2 : Pendidikan formal Y2.2 : Pola pembangunan HTR X3 : Pendidikan non formal Y2.3 : Kegiatan pemanfaatan hasil HTR X4 : Tingkat pendapatan Y2.4 : Jenis tanaman HTR X5 : Tingkat kesehatan Y2.5 : Persyaratan perijinan HTR X6 : Luas lahan Y2.6 : Proses perijinan HTR X7 : Lama tinggal Y2.7 : Jangka waktu dan luasan usaha HTR X8 : Status sosial Y2.8 : Pewarisan ijin HTR X9 : Suku Y2.9 : Hak dan kewajiban HTR X10 : Asal domisili Y2.10 : Pasar komoditas hasil HTR Y2.11 : Kelembagaan HTR Y2.12 : Kegiatan sosialisasi HTR Y2.13 : Penyuluhan dan Pendampingan HTR

5.10 Hubungan Antara Modal Sosial Masyarakat Dengan Persepsi Masyarakat Terhadap pembangunan HTR

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program pembangunan kehutanan termasuk pembangunan HTR adalah faktor kultural masyarakat yang bermanifestasi dalam bentuk modal sosial. Selain itu penelitian tentang program pengelolaan hutan serupa yang melibatkan masyarakat menyebutkan perlunya mengetahui pandangan masyarakat terhadap program yang akan dilaksanakan terutama jika program tersebut merupakan program baru Mehta Kellert 1998. Penelitian Robertson dan Lawes 2005 menyimpulkan bahwa sikap dan pandangan masyarakat sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk ikut serta dalam beberapa skema pengelolaan hutan yang ditawarkan di Afrika Selatan. Dengan demikian untuk mengetahui kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka diperlukan pandangan atau kajian terhadap ketentuan-ketentuan pelaksanaan HTR dari perspektif masyarakat sebagai pelaku utama. Dari hasil analisis korelasi peringkat spearman diperoleh hasil bahwa modal sosial masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang berkorelasi positif dengan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR di daerah tersebut. Hubungan antara karakteristik individu, tingkat modal sosial masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR di wilayah tersebut dapat dilihat dalam Tabel 53. Tabel 53 Hubungan antara karakteristik individu, modal sosial dan persepsi responden terhadap pembangunan HTR Karakteristik Individu Modal Sosial Persepsi Terhadap HTR Karakteristik Individu - 0,683 0,230 Modal Sosial 0,683 - 0,233 Persepsi terhadap HTR 0,230 0,233 - Keterangan Korelasi nyata pada taraf 0.01 Korelasi nyata pada taraf 0.05 Korelasi posistif tersebut berarti bahwa semakin tinggi karakteristik individu masyarakat maka akan semakin tinggi pula modal sosial dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang. Semakin tinggi modal sosial yang dimiliki masyarakat maka akan semakin tinggi pula persepsi masyarakat terhadap pembangunan HTR. Hal ini sesuai dengan pendapat Putnam 1993 yang menyebutkan bahwa modal sosial sangat berkaitan dengan masyarakat sipil civil society sehingga modal sosial yang tinggi akan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam berbagai bentuknya. Tingkat modal sosial masyarakat yang tinggi di kawasan tersebut merupakan modal yang berharga. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan HTR seharusnya masyarakat lebih dilibatkan untuk meningkatkan keberhasilannya. Proses pembangunan HTR yang terkesan tidak mengalami kemajuan di daerah tersebut lebih disebabkan kurangnya pengetahuan pengambil kebijakan tentang kondisi sosial budaya masyarakat di dalam kawasan tersebut. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya pengetahuan dan