Kepedulian Unsur-Unsur Pembentuk Modal Sosial

yang mulai dilakukan sampai pada tingkat tapak, artinya sosialisasi dilakukan langsung kepada calon-calon petani HTR. Peran pendamping dalam sosialisasi selama ini juga sangat terbatas dikarenakan jumlah mereka yang juga terbatas 3 orang. Dengan luas areal 8.000 ha dan jumlah penduduk 2.837 KK, 3 orang pendamping ini tidak akan cukup untuk memfasilitasi mereka dalam pembangunan HTR. Selain itu latar belakang pendidikan pendamping yang bukan berasal dari bidang kehutanan menyebabkan mereka mengalami kesulitan ketika masyarakat mulai menanyakan dan meminta bimbingan teknis kepada pendamping. Faktor lain yang menghambat dalam sosialisasi ini adalah kurangnya peran LSM. Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap LSM rendah yang tidak terlepas dari pengalaman masyarakat dalam berhubungan dengan LSM yang pada akhirnya hanya merugikan mereka. Oleh karena itu diperlukan adanya peran aktif LSM yang benar-benar berusaha untuk membantu masyarakat dalam membangun HTR di wilayah tersebut.

5.6.13 Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan HTR

Untuk menunjang kegiatan HTR maka dibutuhkan kegiatan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat berupa pendampingan. Pendampingan merupakan hak yang diperoleh setiap pemegang ijin HTR Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55Menhut-II2011 Pasal 20. Pendamping HTR bertugas memfasilitasi pengembangan organisasi pemegang izin HTR, transfer pengetahuan dan keterampilan kehutanan, perencanaan dan pelaksanaan HTR, peluang kerja dan peluang berusaha, partisipasi dan sikap dalam pelaksanaan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Pendampingan HTR dapat bersifat teknis dan bersifat penguatan kelembagaan. Pendampingan yang bersifat teknis dilakukan oleh penyuluh kehutanan dan teknisi kehutanan lainnya sedangkan pendampingan yang bersifat penguatan kelembagaan dilakukan oleh LSM, tenaga kerja sarjana terdidik, tenaga kerja sosial, tenaga kerja sarjana kehutanan dan pertanian, organisasi peduli lingkungan kelompok pecinta alam, kader konservasi alam, penyuluh kehutanan lapangan dan organisasi lain yang dipandang perlu dilibatkan dalam pendampingan, dimana yang bersangkutan telah berpengalaman atau telah mendapatkan pelatihan pemberdayaan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan dan pendampingan HTR berapa pada tingkat yang sedang Tabel 46. Tingkat persepsi masyarakat yang cenderung kurang baik pada kegiatan penyuluhan ini tidak terlepas dari kurangnya dukungan terhadap kegiatan tersebut dari pihak pemerintah Dinas kehutanan, BPPHP V dan aparat pemerintah dan pihak LSM. Selain itu kekurangan jumlah tenaga pendamping juga menyebabkan tidak semua masyarakat mendapatkan pendampingan dan penyuluhan yang memadai. Tabel 46 Sebaran tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan penyuluhan dan pendampingan HTR No. Kategori tingkat persepsi Selang Skor persepsi Jumlah orang Persentase 1 2 3 Rendah Sedang Tinggi 15 16 – 21 21 9 109 1 7,56 91,60 0,,84 Jumlah 119 100,00 Pendampingan merupakan kegiatan yang penting dan menentukan terhadap keberhasilan pembangunan HTR. Pendampingan memberikan kepada masyarakat bekal teknis dan penguatan kelembagaan masyarakat. Tanpa kedua hal tersebut keberhasilan pembangunan HTR akan rendah. Penguatan kelembagaan merupakan faktor penting dalam menyiapkan masyarakat untuk mengelola HTR Hakim 2009. Penguatan kelembagaan berperan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR Emila Suwito 2007. Pengembangan kapasitas masyarakat juga sangat berperan dalam partisipasi mereka Iqbal 2007. Ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah masih difokuskan pada teknis dan prosedur administrasi, belum pada membangun masyarakat yang mandiri dalam mengelola hutan. Permasalahan khusus yang terkait dengan tenaga pendamping adalah terkait dengan status mereka. Dalam pengadaan tenaga pendamping seleksi dan penunjukan dilakukan oleh bupati serta dinas kehutanan setempat namun honorarium dan pelatihan bagi tenaga pendamping dilakukan oleh BPPHP. Ketentuan ini membuat tenaga pendamping cenderung untuk lebih banyak berkoordinasi dengan BPPHP dibandingkan dengan dinas kehutanan setempat. Hal ini di lapangan membuat beberapa kali terjadi kesalahpahaman antara pendamping dengan dinas kehutanan karena kurangnya koordinasi.