Hubungan Karakteristik Individu Dengan Unsur-Unsur Modal Sosial

dalam pembangunan kehutanan di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kurang memadainya kelembagaan dalam pembangunan kehutanan Kartodihardjo 2007. Sedangkan nilai terendah untuk faktor kelemahan adalah pada persepsi masyarakat terhadap ketentuan pewarisan, jenis tanaman HTR yang rendah, pemanfataan hasil HTR dan proses perijinan HTR 0.130. Rendahnya persepsi masyarakat ini dikarenakan akumulasi dari pengalaman mereka dalam memanfaatkan lahan dan mengikuti kegiatan yang terkait dengan perijinan HTR. Persepsi ini dapat ditingkatkan apabila masyarakat diberikan pengetahuan dan pengalaman untuk mengelola lahan mereka dengan tanaman budidaya kehutanan serta instansi kehutanan terkait dengan perijinan HTR ini memperbaiki kinerja mereka dalam memproses usulan perijinan HTR dengan mengedepankan dialog dan keterbukaan. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan HTR di kabupaten OKI yang berasal dari luar terdiri dari peluang dan ancaman. Evaluasi terhadap faktor eksternal juga dilakukan oleh stakeholders seperti pada evaluasi faktor internal. a Peluang 1. Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur HTR dari instansi terkait 2. Dukungan dari aparat pemerintahan lokal 3. Adanya kegiatan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan teknis masyarakat terkait dengan pembangunan HTR 4. Harga komoditas hasil hutan kayu dan non kayu yang semakin tinggi. b Ancaman 1. Adanya free rider dalam proses pembangunan HTR di Kab OKI 2. Kebijakan verifikasi yang membagi areal kawasan hijau dan kawasan putih 3. Jumlah dan Kemampuan pendamping yang belum memadai 4. Persyaratan perijinan HTR yang masih menyulitkan masyarakat 5. Belum jelasnya pasar kayu yang akan menampung hasil HTR 6. Kegiatan sosialisas, pendampingan dan penyuluhan tentang HTR yang belum menjangkau sampai masyarakat di tingkat tapak 7. Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pembangunan HTR 8. Tidak adanya keterbukaan dalam proses perijinan HTR 9. Matrik evaluasi faktor eksternal atau external factor evaluation EFE dapat dilihat pada Tabel 56. Tabel 56 Matrik EFE dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI No Faktor Internal Rata-rata bobot Rata-rata rating Nilai Pengaruh A Peluang 1 Dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur HTR dari instansi terkait 0,114 3,600 0,410 2 Dukungan dari aparat pemerintahan lokal 0,110 3,600 0,396 3 Adanya kegiatan pendampingan 0,100 2,600 0,260 4 Harga komoditas hasil hutan kayu dan non kayu membaik 0,068 2,800 0,190 Total 0,392 1,256 B Kelemahan 1 Adanya free rider dalam proses pembangunan HTR di Kab OKI 0,086 3,400 0,292 2 Kebijakan verifikasi yang membagi areal kawasan hijau dan kawasan putih 0,086 2,800 0,241 3 Jumlah dan Kemampuan pendamping yang belum memadai 0,054 1,800 0,097 4 Persyaratan perijinan HTR yang masih menyulitkan masyarakat 0,102 1,600 0,163 5 Belum adanya pasar kayu yang akan menampung hasil HTR 0,056 2,000 0,112 6 Kegiatan sosialisas, pendampingan dan penyuluhan tentang HTR yang belum menjangkau sampai masyarakat di tingkat tapak 0,056 2,400 0,134 7 Kurangnya koordinasi antar instansi dalam pembangunan HTR 0,072 2,000 0,144 8 Tidak adanya keterbukaan dalam proses perijinan HTR 0,096 3,000 0,288 Total 0,608 1,472 Kecenderungan terhadap faktor internal 1,000 -0,215 Dari Tabel 56 diketahui bahwa faktor peluang dengan nilai pengaruh terbesar adalah dukungan kebijakan, dana dan infrastruktur HTR dari instansi terkait 0,410. Dukungan kebijakan pembangunan HTR dari instansi terkait ini merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan HTR karena adanya dukungan dan bantuan tersebut dapat membantu menutupi kekurangmampuan masyarakat dalam beberapa aspek terkait dengan pembangunan HTR di wilayah tersebut. Sedangkan nilai pengaruh terendah ada pada faktor harga komoditas hasil hutan kayu dan non kayu yang semakin tinggi 0,190. Faktor ancaman dengan nilai pengaruh paling tinggi adalah Adanya free rider dalam proses pembangunan HTR di Kab OKI 0,292. Adanya free rider dalam proses pembangunan HTR di Kabupaten OKI ini yang menyebabkan terhambatnya proses perijinan. Masyarakat dan aparat pemerintah lokal melihat bahwa free rider yang ingin menumpang dalam pembangunan HTR berasal dari BPPHP V dan Dinas Kehutanan Kabupaten OKI sehingga aparat pemerintah lokal cenderung berhati-hati dalam mengeluarkan rekomendasi untuk perijinan. Sedangkan Dinas Kehutanan Kabupaten memandang bahwa free rider ini berasal dari masyarakat dan BPPHP V sehingga mereka membentuk tim konsolidasi di dalam kawasan HTR tersebut untuk mengkondisikan masyarakat dalam proses perijinan HTR. Sedangkan BPPHP V melihat bahwa free rider ini berasal dari Dinas Kehutanan Kabupaten OKI dan masyarakat sehingga mereka membuat kebijakan verifikasi dengan membagikan areal dalam kawasan hijau dan kawasan putih. Sebagai akibat dari berbagai tindakan tersebut, proses perijinan HTR di kabupaten OKI tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan faktor ancaman dengan nilai pengaruh terkecil adalah jumlah dan kemampuan pendamping yang belum memadai 0,097. Peran pendamping dalam pembangunan HTR sangat strategis. Pendamping merupakan pihak yang bertugas untuk membakeli masyarakat dalam hal pengetahuan teknis dan pemberdayaan kelembagaan pembangunan HTR.

5.12.2 Tahapan Analisis

Tahapan analisis dilakukan dengan memadukan faktor internal dan faktor eksternal dalam dengan menggunakan matrik SWOT. Dari matrik SWOT yang dihasilkan pada tahapan analisis ini Tabel 60 dihasilkan Sembilan alternatif strategi pembangunan HTR yang merupakan perpaduan unsur kekuatan dan peluang, Kekuatan dan ancaman, kelemahan dan peluang serta kelemahan dan ancaman. Strategi dalam pembangunan HTR di Kabupaten OKI tersebut adalah: a Strategi S – O strength – opportunitykekuatan – ancaman Strategi S – O merupakan strategi agresif yang memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan semua peluang yang ada sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Strategi S – O tersebut adalah : 1. Mengaktifkan dan mengefektifkan lembaga non formal dalam ikut mendukung pembangunan HTR. 2. Membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan HTR. b Strategi W – O weakness – opportunitykelemahan – ancaman Strategi W – O merupakan strategi konservatif yang menggunakan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan. Alternatif strategi W – O tersebut adalah: 1. Pemberdayaan petani dalam bidang iptek, kelembagaan, dan pemasaran sesuai karekteristik sosial budaya setempat. 2. Peningkatan akses petani terhadap informasi, lembaga permodalan, pendidikan dan penyuluhan serta pasar hasil hutan. c Strategi S – T strength – threatkekuatan – ancaman Strategi S –T adalah strategi kompetitif yang memanfaatkan faktor kekuatan internal untuk mengurangi ancaman eksternal. Alternatif strategi S – T tersebut adalah: 1. Peningkatan kapasitas petani dan pendamping HTR dalam kelembagaan, pengetahuan teknis kehutanan dan pemasaran dalam pembangunan HTR. 2. Membentuk forum komunikasi, koordinasi dan layanan informasi antar stakeholders dalam pembangunan HTR sebagai sarana untuk mencari solusi permasalahan pembangunan HTR, pengembangan peluang kemitraan dan pemasaran, serta pusat informasi pembangunan HTR. 3. Memfasilitasi masyarakat dalam pemenuhan persyaratan dan proses perijinan serta verifikasi HTR d Strategi W – T weakness – threatkelemahan – ancaman Strategi W – T adalah strategi defensif yang berusaha meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman eksternal. Alternatif strategi W – T tersebut adalah: 1. Perlu campur tangan pemerintah dan mitra strategis dalam meningkatkan kapabilitas petani. 2. Membuka dialog antara masyarakat, LSM dan pemerintah dalam pembangunan HTR. Strategi pembangunan HTR di Kabupaten OKI terpilih yang memungkinkan untuk diimplementasikan adalah hasil pertemuan sumbu x faktor internal dan sumbu y faktor eksternal. Berdasarkan selisih jumlah nilai pengaruh unsur internal yaitu antara kekuatan dan kelemahan 1,962 - 1,126 = 0,836 dan selisih total nilai pengaruh unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman 1,257 – 1,472 = -0,215. Sehingga kedudukan pembangunan HTR di Kabupaten OKI berada pada sel atau kuadran II yaitu pada titik 0,836;-0,215 Gambar 5.