Hambatan-Hambatan Pembangunan HTR Hutan Tanaman Rakyat .1 Definisi dan Pola Pembangunan HTR

Tabel 5 Penggunaan lahan di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang No Penggunaan Lahan Luas Keterangan Hektar Persentase Ha 1 Pemukiman 396 4,95 Termasuk 300 ha kawasan yang masih kosong 2 Lahan garapan tanaman berkayu 5.204 65,05 3 Lahan garapan tanaman semusim 2.400 30,00 Jumlah 8.000 100,00 Sumber: Dinas Kehutanan Kab. OKI 2009

4.2.3 Iklim

Wilayah Provinsi Sumatera Selatan secara keseluruhan memiliki curah hujan yang tinggi. Berdasarkan Peta Iklim Sumatera Selatan yang dibuat oleh Balai Pengukuhan dan perpetaan hutan wilayah II Sumater Selaan Tahun 1996, Iklim Kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk iklim B menurut pembagian iklim Smith Ferguson, curah hujan di daerah ini tinggi dengan variasi curah hujan antara 2.000 – 2.500 mmth dan setiap tahunnya jarang dijumpai bulan kering.

4.2.4 Topografi

Topografi Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang relatif datar dan sedikit yang bergelombang dengan ketinggian 12 – 19 meter diatas permukaan laut. Ketinggian 19 meter terletak di kawasan sebelah Selatan, semakin ke Utara ketinggian semakin rendah. Terdapat dua sungai yang mengapit kawasan ini yaitu Sungai Burnai dan Sungai Lempuing yang merupakan anak Sungai Komering yang berhulu di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Selain itu sungai-sungai kecil juga banyak terdapat di sebelah Utara kawasan ini dengan ketinggian lahan 12 meter dpl. Pada musim kemarau sungai-sungai ini kering namun pada musim hujan sungai ini meluap menggenangi daerah sekitarnya sehingga menjadi daerah rawa-rawa.

4.2.5 Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Tanah dan Eksplorasi Sumatera Selatan Tahun 1989, jenis tanah di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah podsolik merah kuning dengan ciri-ciri kedalaman solum sekitar 1 – 2 meter, tanah berwarna merah sampai kuning, berstruktur lempung berpasir sampai liat. Tanah bersifat asam dengan PH 3,5 – 5. Permeabilitas sedang hingga agak lambat, daya menahan air kurang dan mudah tererosi dengan produktifitas rendah hingga sedang. Jenis tanah ini apabila digunakan untuk pertanian semusim seperti padi, jagung dan ketela pohon akan menyebabkan turunnya kesuburan tanah. 4.3 Kondisi Sosial ekonomi Masyarakat 4.3.1 Kependudukan Di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang terdapat 2.837 Kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 12.956 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar adalah petani dengan perincian sebagai berikut: a. Penduduk di dalam kawasan yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Lubuk Seberuk sebanyak 1.219 KK b. Penduduk di dalam kawasan yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Lubuk Makmur sebanyak 866 KK c. Penduduk di dalam kawasan yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Muara Burnai sebanyak 762 KK

4.3.2 Pendidikan, Agama dan Asal Penduduk

Tingkat pendidikan masyarakat di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang masih rendah. Sebagian Besar hanya setingkat pendidikan dasar atau tidak bersekolah. Tingkat pendidikan masyarakat tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Sebagian besar penduduk yang berasal dari Suku Jawa dan penduduk asli Sumatera beragama Islam 86,13. Sedangkan penduduk yang berasal dari Bali sebanyak 12,55 menganut agama hindu. Sisanya merupakan penganut agama kristen dan katolik. Tabel 6 Tingkat pendidikan masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang No Tingkat Pendidikan Jumlah orang Persentase 1 2 3 4 Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Belumtidak sekolahtidak tamat 6.558 3.65 26 6.007 50,62 2,82 0,20 46,36 Jumlah 12.956 100,00 Sumber: Dinas Kehutanan Kab. OKI 2009 Penduduk di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang berasal dari daerah sekitar kawasan yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Provinsi Lampung. Penduduk di kawasan tersebut sebagian besar merupakan keluarga transmigran yang telah lama bermukim di daerah transmigrasi yang berada di sekitar kawasan tersebut. Secara terinci asal penduduk tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Asal domisili masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang No Daerah Asal Jumlah KK orang Persentase 1 2 3 4 Kabupaten Ogan Komering Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Lampung Lain-lain 1.003 494 248 92 54,60 26,87 13,52 5,01 Jumlah 1.837 100,00 Sumber: Dinas Kehutanan Kab. OKI 2009

4.3.3 Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang diantaranya adalah sarana pemukiman yang terdiri dari rumah tempat tinggal darurat sebanyak 1.473 unit, rumah semi permanen sebanyak 512 unit dan rumah permanen sebanyak 18 unit. Sarana pendidikan formal yang terdiri dari sekolah dasar sebanyak 4 unit dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 3 unit. Sarana pendidikan non formal yaitu pondok pesantren 2 unit dan TPA 2 unit. Sarana ibadah berupa masjid 2 unit, musholla 550 unit, gereja sebanyak 4 unit dan pura sebanyak 8 unit. Selain itu juga terdapat sarana penunjang perekonomian berupa penggilingan padi yang terdapat merata hampir diseluruh kawasan berjumlah 28 buah, warung 64 buah dan bengkel sepeda motor 5 buah. Sarana transportasi umum hanya yang tersedia untuk masuk ke dalam kawasan hanya ojek. Sedangkan di tepi kawasan sarana transportasi darat dapat dijumpai dengan mudah karena merupakan bagian dari jalan lintas timur sumatera yang merupakan jalur nasional utama di Pulau Sumatera. Sedangkan prasarana jalan di dalam kawasan masih berupa jalan tanah yang telah diperkeras dengan batu sehingga masih memungkinkan untuk dilewati kendaraan roda 4 walaupun pada musim penghujan. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Sosial, Ekonomi dan Budaya Komunitas Masyarakat di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Komunitas masyarakat di dalam Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang mulai terbentuk sejak tahun 1997 sebagai akibat adanya perambahan di kawasan tersebut. Proses perambahan kawasan hutan produksi tersebut pada awalnya dilakukan oleh warga sekitar kawasan. Sekitar 36 kepala keluarga melakukan perambahan pada kawasan hutan produksi tersebut bersamaan dengan adanya kegiatan land clearing yang dilakukan oleh PT Inhutani V bekerjasama dengan PT Sama Jaya Nugraha. Jumlah perambah tersebut semakin bertambah terus dengan tidak adanya tindakan dari berbagai pihak baik pemegang konsesi maupun pemerintah hingga pada tahun 2000 kawasan tersebut telah penuh dengan masyarakat perambah. Jumlah masyarakat di kawasan tersebut sampai tahun 2009 mencapai 2.837 KK dengan jumlah penduduk 12.956 jiwa dengan latar belakang etnis didominasi oleh suku Jawa dan Bali serta sebagian kecil suku Komering, Sunda, Batak dan Padang Dishut OKI, 2009. Pada awalnya penduduk sekitar kawasan melakukan perambahan hanya sekedar untuk ikut “numpang usaha” setelah melihat adanya kegiatan penanaman yang dilakukan oleh PT Sama Jaya Nugraha. Hal ini dapat dilihat dari pola pengelolaan hasil yang mereka dapatkan dari usaha di dalam kawasan tersebut yang sebagian besar digunakan untuk membeli aset dan juga memulai usaha diluar kawasan, sedangkan di dalam kawasan mereka membuat bangunan yang bersifat darurat untuk berjaga-jaga jika mereka diusir dari kawasan tersebut. Namun dengan tidak adanya respon dan tindakan dari pihak pemegang konsesi dan pemerintah serta semakin banyaknya masyarakat yang masuk dan juga semakin beragamnya latar belakang sosial dan budaya masyarakat menjadikan hal tersebut kemudian bergeser, mereka mulai membangun pemukiman semi permanen dan bahkan beberapa diantaranya sudah mulai membangun bangunan permanen. Keyakinan mereka untuk bermukim secara permanen semakin kuat ketika pada tahun 2008 mereka mendapatkan janji dari bupati di daerah tersebut bahwa akan ada penyelesaian