Lokasi dan Proses Perijinan HTR

1 Tahap Pengumpulan data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra- analisis data. Data yang dikumpulkan terbagai menjadi dua kategori yaitu data internal dan data eksternal. Data internal merupakan data yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang terdapat didalam masyarakat terkait dengan pembangunan HTR. Sedangkan data internal merupakan data yang menggambarkan peluang dan ancaman yang berasal dari luar masyarakat terkait dengan pembangunan HTR. Pada tahap pengumpulan data ini dilakukan pengumpulan faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman yang diperoleh dari identifikas lapangan terhadap karakteristik sosial, karakteristik individu, modal sosial, persepsi masyarakat dan dukungan infrastruktur dalam pembangunan HTR. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi berdasarkan penilaian beberapa stakeholders yang terkait dengan pembangunan HTR yaitu tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, BPPHP Wilayah V, Dinas Kehutanan Kabupaten OKI dan pendamping HTR. Pada tahap ini terdapat dua model matrik analisi data yang dipakai untuk mengkalsifikasikan dan membuat pra-analisis yaitu a. Matrik Faktor strategi EksternaExternal factor evaluatian EFE Matrik EFE disusun untuk meringkas faktor faktor eksternal terkait dengan peluang dan ancaman dari luar komunitas masyarakat. Matrik EFE disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun kolom 1 yang berisi peluang dan ancaman 5 s.d 10 kolom 2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dalam kolom 2 dengan skala 0,0 tidak penting sampai 1,0 sangat penting 3. Menghitung rating dalam kolom 3 dengan skala 0 Poor sampai 4 outstanding 4. Menghitung skor pembobotan pada kolom 4 dengan mengalikan kolom 2 dengan kolom 3 5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana mendapatkan bobot perhitungannya. 6. Menjumlahkan skor pembobotan total pada kolom 4. Skor ini menunjukkan bagaimana reaksi masyarakat terhadap faktor-faktor eksternal. b. Matrik Faktor strategi InternalInternal factor evaluatian FE Matrik IFE ini digunakan untuk meringkas faktor-faktor internal yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam masyarakat. Tahapan penyusunan matrik IFE ini sama dengan tahapan penyusunan matrik EFE. 1. Tahap Analisis Tahapan analisis ini memanfaatkan semua informasi yang terkumpul dalam model-model kuantitatis perumusan strategi. Alat analisis yang dipakai adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal Rangkuti 2008. Matrik analisis ini menghasilkan empat kemungkinan strategi yaitu. a. Strategi kekuatan-peluang. Strategi ini berusaha memanfaatkan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang secara optimal. b. Strategi kekuatan-ancaman Strategi ini berusaha untuk memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghadapai ancaman yang datang. c. Strategi kelemahan-peluang Strategi ini digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki. d. Strategi kelemahan-ancaman Strategi ini merupakan strategi defensif yang berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. 2. Tahap Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan strategi diatas dilakukan dengan menggunakan metode analisi Quantitave Strategic Planning Method QSPM. Analis QSPM dilakukan dengan memberikan skor daya tarik Atractiveness Score pada setiap faktor dalam pilihan strategi yang terdapat dalam matrik SWOT. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan bobot pada masing-masing faktor dengan skala 0,0 tidak penting sampai dengan 1,0 sangat penting kemudian mengalikannya dengan skor daya tarik dengan skala 1 kurang baik sampai dengan 4 sangat baik untuk mendapatkan total skor daya tarik total atractiveness score atau TAS. Strategi yang dipilih adalah strategi dengan nilai TAS yang paling tinggi David 2002. IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun 1937 oleh Belanda sebagai kawasan hutan register 10. Bahkan pada tahun 1924 telah ditunjuk oleh residen palembang sebagai hutan produksi dengan Surat Keputusan Residen Palembang Nomor 4 Tanggal 30 Juli 1924. Departemen Kehutanan melaksanakan tata batas luar pada kawasan hutan ini di tahun 19851986 dan menetapkan sebagai kawasan hutan produksi pada tahun 1995 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 295Kpts-II1995 tanggal 13 juni 1995 seluas 8000 hektar. Pada tahun 1991 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 159Kpts-V1991 tanggal 30 Januari 1991, Departemen Kehutanan memberikan konsesi kepada PT Rimba Jaya Borang untuk pembangunan Hutan Tanaman Industri di kawasan tersebut. Pada tahun 1996 hak pengelolaan tersebut dialihkan kepada PT Inhutani V berdasarkan surat Menteri Kehutanan Nomor 1153Menhut-IV1996 tanggal 20 Agustus 1996 dikarenakan ketidakmampuan PT Rimba Jaya Borang untuk melaksanakan pembangunan HTI. Dalam melaksanakan pembangunan HTI karet tersebut PT Inhutani V bekerjasama dengan CV Sama Jaya dengan pola patungan dan disetujui oleh Menteri Kehutanan sesuai dengan surat nomor 1510IHT-VII-296 tanggal 21 Oktober 1996. Dalam perkembangannya PT Inhutani V tidak dapat melanjutkan pembangunan HTI karet dikarenakan adanya konflik perambahan lahan oleh masyarakat. Realisasi kegiatan yang dapat dilaksanakan sampai dengan tahun 19981999 hanya seluas ± 1000 hektar terdiri dari kegiatan penanaman ± 300 ha dan kegiatan pembukaan lahan ± 700 ha. Melihat kondisi tersebut, PT Inhutani V Unit Sumatera Selatan mengusulkan kepada Menteri Kehutanan agar di kawasan tersebut dibangun hutan kemasyarakatan kepada Direktur Utama PT Inhutani V dengan rincian areal seluas 1000 ha dikelola oleh Koperasi Karyawan PT Inhutani V sedangkan sisanya dikelola oleh pondok pesantren dan masyarakat sekitar hutan. Usulan tersebut disetujui oleh Direktur Utama PT Inhutani V dan agar segera memproses perijinan kegiatan tersebut dengan instansi yang terkait berdasarkan surat Direktur Utama PT Inhutani V Nomor 494IHT-VII-21999 dan untuk pelaksanaannya Koperasi Karyawan Inhutani V bekerjasama dengan PT Sama Jaya Nugraha. Berdasarkan surat tersebut PT Sama Jaya Nugraha melakukan penyadapan pada areal yang telah ditanami seluas ± 300 hektar.