Aktivitas dan Perilaku Sosial
60
suara atau nyanyian yang dikeluarkan oleh satu kelompok akan menstimulasi kelompok lain untuk ikut bersuara Chivers 1975 dan satu kelompok Owa Jawa
akan menjawab panggilan kelompok lain dengan tipe suara yang sama. Selama pengamatan berlangsung, total durasi suara yang terekam
sebanyak 151 menit dan seluruhnya berasal dari kelompok yang berada di hutan rasamala dan hanya 25 menit durasi suara Owa Jawa yang terekam di PSSP dari
seluruh total jam pengamatan di masing-masing lokasi. Suara yang terekam di PSSP merupakan suara yang berasal dari individu anak yang ditunjukan untuk
meminta perlindungan atau perawatan oleh induk betina. Berdasarkan chi-square test χ
2
= 38,514, DF = 5 maka kelompok Owa Jawa PSSP dan hutan rasamala berbeda sangat nyata dalam hal durasi yang digunakan untuk aktivitas bersuara
baik berdasarkan jenis kelamin maupun habitatnya. Tipe suara yang terekam di hutan rasamala dikategorikan sebagai female song bout, scream bout, male song
bout dan immature song bout. Dalam penelitian ini, aktivitas bersuara sering dilakukan pada pagi hari morning call sebagai bagian dari penandaan teritori
oleh individu betina dan dilakukan pertama kali sesaat setelah individu dalam kelompok bangun dari tidurnya pukul 05.30, selain itu pun suara tanda bahaya
alarm call yang dilakukan pada dua malam beberapa kali terekam selama penelitian berlangsung pukul 22.00-23.48, bentuk alarm call ini terekam sebagai
bagian dari perilaku anti predator karena pada malam tersebut terdengan suara macan dahan panther pardus yang merupakan salah satu predator Owa Jawa
disekitar stasiun penelitian yang berdekatan dengan kelompok hutan rasamala dan afrika. Khusus morning call dikeluarkan oleh betina dan alarm call dikeluarkan
oleh keduanya. Berdasarkan gambar dibawah ini, terlihat bahwa presentase tipe suara
yang dikeluarkan oleh Owa Jawa di PSSP hanya tipe suara anakan 100, sedangkan untuk Owa Jawa di hutan rasamala cenderung beragam, yaitu tipe
suara akibat gangguan dan berfungsi sebagai alarm call 37,75, konflik wilayah 8,61, betina dewasa 17,22, jantan dewasa 29,14 dan tipe suara
anakan 7,28 yang merupakan tipe suara terkecil di hutan rasamala.
61
a b
Gambar 11. a. Tipe suara Owa Jawa di PSSP-IPB; b Tipe suara Owa Jawa di hutan rasamala Resort Bodogol-TNGGP
Pada jalur pengamatan lain kelompok hutan afrika lebih sering melakukan aktivitas bersuara dibandingkan kelompok hutan rasamala dengan persentase
sebesar 64. Hal ini diduga berhubungan dengan jumlah kelompok dan wilayah keberadaan kedua kelompok tersebut. Jumlah kelompok pada hutan afrika yang
lebih banyak dibandingkan kelompok hutan rasamala menyebabkan kelompok hutan afrika lebih bersifat agresif dibandingkan dengan kelompok hutan rasamala,
hal ini terkait adanya persaingan dengan kelompok lain pada wilayah yang saling berdekatan. Selain itu, di sekitar homerange maupun teritori kelompok hutan
afrika lebih banyak terdapat beberapa kelompok Owa Jawa lain, sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung maupun tidak langsung yang lebih
sering antar kelompok. Pada kelompok hutan rasamala selama pengamatan hanya ditemukan satu kelompok yang hidup pada tipe vegetasi yang didominasi oleh
pohon rasamala tersebut. Jika dibandingkan dengan kelompok yang terdapat di PSSP, hal ini sangat
berbeda. Selama pengamatan hanya dijumpai tipe aktivitas bersuara yaitu immature song bout yang dikeluarkan oleh anakan OO sebagai bagian perilaku
care solicting meminta dipelihara Gambar 14. Tidak bervariasinya tipe suara yang dikeluarkan mungkin disebabkan tidak adanya kelompok lain pada enclosure
sehingga perilaku sosial melalui suara oleh betina atau jantan untuk penandaan teritori atau wilayah jelajah terhadap kehadiran kelompok lain tidak dilakukan
sebagai bagian dari aktivitas sosial. Aktivitas dan perilaku bersuara Owa Jawa di PSSP hanya dijumpai sebagai bagian dari perilaku sosial antra individu dalam
satu kelompok dan merupakan bagian dari perilaku yang ditunjukan oleh individu
62
anak yang masih muda kepada induk betina untuk meminta perlindungan atau perawatan terhadap perilaku agonistik individu lain dalam kelompok.
Gambar 12. Presentase aktivitas dan perilaku bersuara Owa Jawa di PSSP dan Hutan rasamala Resort Bodogol
Ketidakmampuan individu-individu Owa Jawa di PSSP untuk melakukan aktivitas dan perilaku bersuara mengisyaratkan bahwa proses menuju
pelepasliaran Owa Jawa di PSSP masih memerlukan waktu yang lebih panjang, dimana sebagai contoh ketika kegiatan pelepasliaran pasangan Owa Jawa
rehabilitan Septa dan Echi di Blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango oleh pihak JGC. Kemampuan mereka bersuara morning call dan alarm
call telah ditunjukkan oleh mereka sejak masih dalam proses rehabilitasi di JGC ± 3 bulan setelah berada dalam pengelolaan JGC. Seperti diketahui umumnya
betina dewasa Owa Jawa akan menyerukkan morning call sebagai bentuk penandaan teritori. Echi telah mampu melakukan hal tersebut sebagai bentuk
penandaan teritori di hutan Patiwel Ario 2010. Aktivitas bersuara sebagai tanda bahaya alarm call dilakukan oleh Septa dan Echi secara bergantian. Alarm call
yang disuarakan oleh kedua Owa Jawa tersebut menunjukan kemampuan mereka dalam hal kewaspadaan, biasanya apabila terlihat adanya satwa lain maupun
adanya kehadiran manusia. Echi mengeluarkan morning call hampir terjadi setiap hari dan umumnya
terjadi pada pukul 06.00 - 07.00 WIB, namun lebih sering terjadi pada pukul 08.00 - 09.00 WIB. Ini disebabkan pengaruh faktor cuaca, dimana cuaca dalam
keadaan hujan dan berkabut pada pagi hari Ario 2010. Selama kegiatan penelitian berlangsung di hutan rasamala dan afrika aktivitas bersuara pagi
63
umumnya terjadi pada pukul 06.00 - 08.00, hal ini berkaitan dengan kondisi iklim, dimana saat penelitian berlangsung sedang dalam musim penghujan, sehingga
cuaca sering mendung dan berkabut. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar. Menurut Iskandar 2009, Owa Jawa di hutan rasamala,
bersuara pagi dilakukan sejak pukul 05.30 pagi. Namun jika cuaca mendung dan kabut tebal, morning call baru dilakukan pada pukul 06.00 - 07.00. pada
kelompok Owa Jawa di hutan Cikaniki morning call dilakukan pada pukul 04.20 hingga pukul 05.15 Ladjar 1996. Namun tidak setiap hari aktivitas harian
diawali dengan aktivitas bersuara. Faktor cuaca pagi yang kadang-kadang hujan dan juga suhu udara pagi yang berkisar antara 20
– 22 C turut mempengaruhi
waktu awal melakukan aktivitas bersuara. Pada kalawet yang hidup di habitat hutan gambut dilakukan lebih awal, yaitu pada pukul 05.00 Duma 2007.
Aktivitas Grooming Menelisik
Sebagai primata yang hidup dalam kelompok sosial, merawat diri atau grooming merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan sebagai salah satu
komunikasi melalui sentuhan antar anggota kelompoknya untuk memelihara kerikatan sosial antar individu dalam kelompok, juga sebagai sarana
membersihkan diri dari kotoran atau parasit yang melekat di permukaan tubuh primata Perez Vea 2000.
Perilaku grooming dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan durasi dan persentase yang berbeda. Perbandingan tingkah laku grooming pada
kelompok Owa Jawa di PSSP dan hutan rasamala selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13.
a b Gambar 13. Aktivitas grooming pada Owa Jawa di a PSSP dan b hutan
rasamala
64
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa kelompok dewasa mendominasi seluruh aktivitas grooming. Kelompok dewasa mendominasi
seluruh aktivitas grooming Gambar 3. Aktivitas grooming pada individu dewasa meningkat di waktu istirahat dengan frekuensi tertinggi terjadi dari pukul 11.00
– 13.00. Sedangkan aktivitas grooming pada kelompok anak meningkat pada jam
senja menjelang tidur pukul 17.00-18.30. Kelompok Owa Jawa di PSSP dan Hutan rasamala menunjukan ritme waktu yang sama dalam hal aktivitas
grooming. Grooming biasanya dilakukan antara dua atau lebih individu dewasa. Pada saat kelompok dewasa melakukan grooming kelompok anak biasanya masih
tetap melakukan aktivitas bermain, sehingga tidak ada waktu yang khusus bagi anak untuk melakukan aktivitas grooming. Grooming yang dilakukan terhadap
anak biasanya pada saat laktasi terjadi. Anak yang sedang laktasi akan dibersihkan bagian-bagian tubuhnya oleh induknya, kadang dibantu oleh individu jantan
dewasa. Dengan demikian persentase terbesar grooming terhadap anak juga dilakukan pada saat akan tidur, baik istirahat pendek pada siang hari atau tidur di
malam hari. Grooming dengan frekuensi tertinggi tercatat terjadi dari pukul 11.00
– 13.00, pada saat ini seluruh individu dalam kelompok biasanya sudah mendapat
asupan pakan yang cukup sehingga aktivitas beristirahat sering dibarengi dengan saling melakukan grooming. Grooming pada Owa Jawa selalu dilakukan
bergantian antar dua individu, pada saat grooming individu yang dibersihkan tubuhnya akan menyorongkan bagian badannya yang ingin dibersihkan ke arah
individu yang akan melakukan perawatan.
65
a b
c Gambar 14. Aktivitas grooming pada kelompok Owa Jawa di PSSP a Jantan
remaja menggrooming
jantan dewasa b Jantan dewasa menggrooming betina dewasa dan anak c aktivitas autogrooming
Grooming atau merawat diri dibedakan menjadi dua kategori, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming yaitu merawat diri yang
dilakukan sendiri sedangkan allogrooming adalah merawat diri dilakukan bersama individu lain. Demikian juga yang terjadi pada Owa Jawa di PSSP. Secara umum
autogrooming atau merawat dan membersihkan diri sendiri juga dilakukan oleh Owa Jawa untuk membersihkan diri dari kotoran dan parasit, yang dilakukan
dengan cara mengusap, meraba, menjilat, menelisik, menggaruk, menjilat, dan menggigit Perez Vea 2000. Menggaruk merupakan tingkah laku yang
dilakukan pada autogrooming, tingkah laku ini tidak pernah dijumpai pada allogrooming.
Allogrooming merupakan salah satu komunikasi sosial melalui sentuhan antar individu dalam satu kelompok primata. Pada Owa Jawa di PSSP grooming
antar individu atau allogrooming selalu dilakukan secara bergantian, misalnya antara Ari dan Mimis, jika satu atau dua bagian tubuh Ari sudah dirawat, maka
Mimis akan menyorongkan bagian tubuhnya untuk dirawat oleh Ari begitu seterusnya. Grooming yang dilakukan antar individu dilakukan dengan cara
66
mengusap, meraba, menelisik, menjilat, dan menggigit. Cara ini selain berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran, kutu atau parasit, juga sebagai salah satu
bentuk affiliatif pada Owa Jawa Smuts dkk. 1987, Alikodra dkk. 1990, Perez Vea 2000.
Allogrooming dilakukan dengan menyodorkan bagian tubuh yang akan dibersihkan kepada lawan grooming. Cara menyodorkan bagian tubuh pada
allogroooming bermacam-macam, bisa dalam posisi memunggungi, terbaring, tengkurap, telentang, miring, nungging, duduk tegak sambil menyodorkan dada,
perut, atau selangkangan. Duduk sambil mengangkat satu tangan dan menundukkan kepala. Bagian yang disodorkan inilah yang akan dibersihkan oleh
individu lain yang ada di dekatnya. Tabel 14.
Perbandingan dan hubungan antar individu yang melakukan parawatan grooming dengan individu yang dirawat
Ari Mimis
OJ JLO
OO Ari
9,34 1,02
2,49 2,46
Mimis 23,41
7,34 OJ
9,16 5,67
3,91 JLO
17,84 1,39
15,97 OO
Pada Tabel 14 memperlihatkan perbandingan frekuensi dan hubungan antar individu yang melakukan grooming dan yang menjadi sasaran grooming
selama 20 hari pengamatan. Pada tabel itu terlihat behwa Mimis paling sering melakukan grooming terhadap Ari dengan nilai 23,41, selanjutnya yang juga
melakukan grooming terhadap OO sebesar 7,434. Mimis dan JLO merupakan individu yang paling sering melakukan
grooming terhadap individu lain. OJ tidak pernah tercatat melakukan grooming terhadap OO, tetapi melakukan grooming terhadap individu yang lain termasuk
JLO, bahkan grooming yang paling sering adalah terhadap Ari yaitu sebesar 9,16, hal ini dilakukan oleh OJ biasanya setelah OJ melakukan aktivitas bermain
dengan mengejar JLO. Sedangkan OO tidak melakukan aktivitas grooming pada siapa pun. Berdasarkan chi-
square test χ
2
= 33,617, DF = 5 maka kelompok Owa Jawa PSSP dan hutan rasamala memiliki perbedaan yang nyata dalam hal
durasi yang digunakan untuk aktivitas grooming berdasarkan jenis kelamin. Individu yang dirawat
Indivi du
ya ng
mer awa
t
67
Aktivitas dan Perilaku Bermain
Aktivitas dan perilaku bermain ditunjukan ole individu anak dan remaja. Dari hasil pengamatan di peroleh alokasi waktu yang berbeda dalam hal durasi
yang digunakan untuk bermain oleh kelompok Owa Jawa yang terdapat di PSSP dan hutan rasamala. Kelompok Owa Jawa PSSP menunjukan durasi yang lebih
lama dalam hal perilaku bermain baik pada individu remaja maupun anak. Hal ini sangat mungkin ditunjukan sebagai strategi menghilangkan rasa bosan di dalam
kandang yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal baik pakan, ruang gerak maupun interaksi dengan kelompok lain.
Pada individu anak aktivitas dan perilaku bermain dilakukan dengan bermain disekitar induk betina dan diawasi oleh induk betinanya tersebut. Hal ini
berkaitan dengan upaya menghindarkan anak dari serangan predator ketika berada di habitat alaminya atau gangguan oleh individu lain ketika berada dalam suatu
enclosure bersamaan. Individu anak pada kelompok hutan rasamala sering terlihat melakukan aktivitas ini pada tingkat strata pohon yang rendah. Pada strata ini
percabangan pohon berukuran besar dan kuat sehingga memberikan ruang gerak yang luas bagi anak untuk bermain.
Pada individu remaja aktivitas dan perilaku bermain ditunjukan dengan saling berkejar-kejaran satu sama lain. Aktivitas ini hampir terlihat seperti
aktivitas agonistik namun pada dasarnya bukanlah suatu perilaku agonistik karena ditunjukan bukan untuk menyakiti individu lainnya melainkan merupakan sarana
mempereat hubungan individu remaja dalam kelompok dan sebagai mekanisme untuk melatih dan mempertahankan kebugaran melaui gerakan berpindah dan
berkejar-kejaran seperti yang terlihat pada kelompok Owa Jawa di PSSP. Berdasarkan chi-
square test χ
2
= 10,171, DF = 5 maka kelompok Owa Jawa PSSP dan hutan rasamala tidak berbeda nyata dalam hal durasi yang digunakan
untuk aktivitas bermain berdasarkan jenis kelamin.
68
Gambar 15. Presentase aktivitas dan perilaku bermain kelompok Owa Jawa di PSSP dan hutan rasamala