Kelompok Sosial Studi Perilaku dan Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) Di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango : Penyiapan Pelepasliaran

89 hanyalah sebuah aktivitas dan perilaku bermain selama pengamatan berlangsung mengindikasikan kesiapan dan keinginan untuk kawin, hal itu senada dengan informasi yang diberikan oleh pihak JGC yang menyebutkan individu yang terlihat sering memegangi organ genitalnya memiliki keinginan untuk kawin. Perlu disadari kemungkinan perkawinan atau aktivitas kopulasi dengan individu sedarah akan sangat besar ketika keterbatasan untuk mendapatkan pasangan kecil bahkan tidak ada sama sekali seperti yang terjadi di Pusat Studi Satwa Primata. Keadaan di PSSP memaksa individu jantan atau betina OJ dan JLO yang telah berada pada struktur umur pra dewasa tetap bertahan di dalam kelompok ini akibat keterbatasan jumlah dan luasan kandang. Pembuatan kandang baru atau mendatangkan individu baru adalah salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Terkait dengan manajeman penangkaran pengkayaan berupa kelompok sosial untuk spesies primata adalah suatu hal yang penting, mensosialisasikan satwa dengan sejenisnya atau tidak merupakan bagian dari perilaku berkelompok spesies primata. Namun memutuskan OJ dalam pelepasliaran adalah sebuah peluang yang tidak mungkin dilakukan bukan karena faktor kesiapan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu tetapi yang terpenting adalah kondisi medis OJ yang telah diketahui mengidap Hepatitis B sehingga tidak mungkin untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya karena kemungkinan zoonosis yang tinggi terhadap Owa Jawa yang ada di alam. Satu hal yang mungkin adalah mempersiapkan individu lain yang hingga saat ini diketahui tidak mengidap penyakit yang sama yaitu OO dan individu baru yang kemungkinan akan dilahirkan nanti untuk dipersiapkan dalam kegiatan pelepasliaran.

5.7. Penilaian Kesiapan Pelepasliaran

Kesiapan pelepasliaran individu dan kelompok Owa Jawa di PSSP didasarkan pada aktivitas dan perilaku umum yang ditunjukan oleh individu atau kelompok yang berada pada habitat alaminya. Secara khusus penilaian lebih diarahkan pada kesiapan dalam hal bertahan hidup di alam yang sangat ditentukan oleh : 1. Kemampuan untuk memperoleh dan mengidentifikasi jenis pakan alam serta mengolahnya tanpa bantuan manusia, hal ini terkait dengan pentingnya 90 kemampuan perilaku ini dalam kehidupan Owa Jawa, dimana seperti diketahui aktivitas dan perilaku makan merupakan perilaku dengan persentase terbesar diantara perilaku lainnya. 2. Kemampuan melakukan aktivitas sosial terutama mengeluarkan suara, kemampuan untuk berinteraksi melalui aktivitas bersuara dalam kelompok maupun antar kelompok sangat penting sebagai bagian untuk memperetat ikatan dalam kelompok atau menghindarkan konflik diantara kelompok yang berbeda dan menandakan adanya faktor bahaya. Sebagai mana yang telah dilakukan oleh JGC dalam pelepasliaran mereka mensyaratkan individu telah mampu melakukan vokalisasi sebelum diputuskan untuk siap dilepasliarkan. 3. Kemampuan bergerak dari satu pohon ke pohon yang lain atau dari satu bentuk pengkayaan yang menstimulasi individu Owa Jawa untuk selalu berada diatas lebih bersifat arboreal dan meminimalisir pergerakan dipermukaan tanah. 4. Kemampuan menunjukan aktivitas seksual kopulasi sebelum dilepasliarkan, hal ini berkaitan dengan post released monitoring terhadap sepuluh individu yang dilepaskan pada tahun 1996 hingga 2002, yaitu tiga individu dipindahkan dari lokasi pelepasliaran, tiga individu mati, dan empat individu berpisah. Ravasi 2004 dan Cheyne 2004 menyatakan bahwa ikatan pasangan yang kuat merupakan syarat utama bagi Owa yang dilepaskan. Oleh karena itu, harus dipastikan pasangan yang akan menjalani uji coba pelepasan harus dapat melakukan kopulasi.. Berdasakan keempat kriteria tersebut maka peneliti mencoba memberikan penilaian sederhana terhadap kesiapan pelepasliaran kelompok Owa Jawa yang berada di PSSP. Kemampuan mengidentifikasi, memperoleh pakan sudah dapat ditunjukan dengan mengambil pakan diluar pakan yang diberikan, selama pengamatan sering terlihat aktivitas pemanfaatan tumbuhan sekitar kandang sebagai salah satu jenis pakan yang dapat dikonsumsi, namun untuk proses pengolahan pakan masih sangat bergantung pada keepers. Kemampuan berpasangan dan melakukan kopulasi telah ditunjukan secara baik oleh induk serta berhasil membesarkan keturunannya. Sedangkan aktivitas bersuara belum mampu ditunjukan oleh hampir seluruh individu dalam kelompok, hanya individu anak yang mengeluarkan suara selama penelitian berlangsung. Dalam hal aktivitas