kg kg Studi Perilaku dan Pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) Di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango : Penyiapan Pelepasliaran

109 Appendix dua Pellet Primata: Bahan Jelai, lupi, gilingan, oat, bungkil kedelai, gandum, ragi,sukrosa, molasse,dikalsi- um fosfat, lucerne, metionin, daging, garam, vitaminmineral premiks. Diproduksi menjadi pelet dengan diameter : 8 mm. Analsis perhitungan : Protein 17.5 Phospor 0.6 Lemak 4.4 Garam 0.7 Serat kasar 9.6 Energi metabolisme 9.4mjkg Kalsium 1.0 Komposisi Amino Acid Lysine 0.86 Leucine 1.1 Methionine 0.38 Isoleucine 0.64 Cystine 0.24 Arginine 1.4 Threonine 0.61 Tyrosine 0.55 Tryptophane 0.21 Phenylalanine 0.95 Penambahan Vitamin dan Mineral per Kilogram Vitamin A 20,000IU Vitamin D 4,000IU Vitamin E 200mg Vitamin K 4mg Vitamin B 12 60ug Vitamin C 325mg Nicotinic Acid 50mg Calcium Pantothenat 40mg Folic Acid 4mg Riboflavin 12mg Thiamine 12mg Biotin 200ug Pyridoxine 12mg Copper 32mg Iron 1.0mg Magnesium 200mg Manganese 140mg Selenium 0.2mg Zinc 120mg Molybdenum 1.0mg Iodine 1.0mg ABSTRACT DEDE AULIA RAHMAN. Study of Behavior and Feeding of Javan Gibbon in Primate Research Center IPB and Gunung Gede Pangrango National Park : Preparation of Release. Under direction of DEWI APRI ASTUTI and ENTANG ISKANDAR Study on behavior and food analysis of the Javan gibbon at the IPB Primate Research Center IPB PRC and Gunung Gede Pangrango National Park GGPNP has been conducted to evaluate the plan on releasing the Javan gibbon at the IPB PRC captive facility to the natural habitat. Focal animal and adh-libitum sampling method have been used to record behavior and food preference quantity, quality and palatability from January through March 2011, data were analysed using chi-square test. Result showed that there were differences on behavior between Javan gibbon at IPB PRC and GGPNP Rasamala Forest, example especially significant different on vocalitation the Javan gibbon at Rasamala Forest has a greater frequency of vocalitation than IPB PRC. Another significant difference in behavior is locomotion, some Javan gibbon in PRC often perform a bipedal walking movement Individual OJ and JLO and this rarely happens in the Owa of Java in the Forest Rasamala. The largest proportion of activity and behavior in the PRC and Rasamala forest that is on activity and feeding behavior, with the percentage of activity and feeding behavior in PRC reached 15.63 -39.72 and in the rasamala forest reached 15.43 -42.57. While the activities and behavior that is lowest in vocalisation activity, with the percentage of activity and behavior of vocalisation in the PSSP 0 -0.14 and in the rasamala forest reach 0 -0.75. For value of nutrient, Total consumption of dry matter DM, fat and energy in Javan gibbon at PRC higher than rasamala forest. But in terms of nutritional intake of crude fiber and protein, Javan gibbon groups at rasamala forest consume nutrients was higher than PRC. Based on body weight data of Javan gibbon are available on the PRC, DM consumption can be estimated at adult age classes reach 3 of body weight and 7 of body weight for age classes of infant. Related to the need for energy to support the activities and movement and other activity on juvenile age class and reproductive activity in adult age classes, the total energy consumption per body weight reaches 30-50 Cal kg BW. Considering behavioral, nutrient and health management, release program of Javan gibbon at the IPB PRC needs to be reconsidered, otherwise, building new cage to separate individuals in the group would be best solution at mean while. Key word :Javan gibbon, behavior, food, release. 1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Owa Jawa Hylobates moloch Audebert 1797 merupakan satu dari lima spesies genus Hylobates yang hidup di Indonesia. Spesies ini merupakan jenis endemik dan hanya terdapat di Pulau Jawa yaitu di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah Supriatna Wahyono 2000. Fragmentasi hutan yang terus terjadi di Pulau Jawa merupakan ancaman paling serius bagi kelestarian Owa Jawa Supriatna 2006. Gangguan terhadap habitat seperti aktivitas penebangan, merupakan contoh faktor yang menimbulkan ancaman bagi kelestarian populasi Owa Jawa karena mengakibatkan hilang serta menyempitnya habitat Owa Jawa serta menciptakan kepunahan spesies. Owa Jawa termasuk kedalam jenis primata dengan kategori terancam endangered menurut IUCN International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources dan populasinya cenderung terus menurun IUCN 2008. Owa Jawa masuk ke dalam daftar 25 jenis primata yang paling rentan terhadap kepunahan pada tahun 2000 Mittermier et al. 2007. Hal ini terjadi karena adanya tekanan atau degradasi terhadap habitat Owa Jawa dan perdagangan liar satwa tersebut sebagai hewan peliharaan Supriatna 2006. Berdasarkan Laporan Conservation Assessment and Management Plan PrimataIndonesia Supriatna, et.al. 2001, saat ini diperkirakan hanya tersisa antara 400-2.000 individu spesies kera ini di habitat alaminya. Habitat Owa Jawa merupakan kawasan hutan, mulai dari hutan tropis dataran rendah sampai dengan hutan tropis dengan ketinggian dibawah 1.600 m dpl Asquith 2001, Nijman 2004. Habitat Owa Jawa terpusat di daerah berhutan, seperti hutan dataran rendah dan hutan pegunungan dengan kondisi relatif utuh terutama di daerah-daerah yang dilindungi seperti di Taman Nasional TN Ujung Kulon, TN Halimun-Salak, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Ciremai, Cagar Alam CA Leuweung Sancang, Hutan Lindung HL Gunung Papandayan, HL Gunung Wayang, HL Gunung Jayanti dan HL Gunung Porang. Di Jawa Tengah, Owa Jawa dapat ditemukan di Gunung Dieng dan Gunung Slamet Supriatna Wahyono 2000. Luas habitat Owa Jawa sampai akhir abad 19 2 menyusut sekitar 96. Habitatnya semula diperkirakan memiliki luas 43.274 km 2 , berkurang menjadi sekitar 1.608 km 2 Supriatna Wahyono 2000. Penyusutan habitat dan tekanan perburuan menyebabkan populasi spesies kera kecil ini terus mengalami penurunan dan semakin terdesak sebarannya hanya pada kawasan hutan yang dilindungi. Penurunan populasi di alam tersebut sangat memprihatinkan, hal ini berkaitan dengan semakin langkanya Owa Jawa di alam. Selain itu hal lain yang harus menjadi perhatian kita adalah mengenai informasi dan pengetahuan dasar spesies ini yang masih sangat terbatas terutama ketika spesies ini berada dalam suatu manajemen eksitu. Program pelestarian Owa Jawa melalui konservasi eksitu diharapkan tidak hanya menjadi sarana penangkaran bagi spesies tersebut namun diharapkan mampu menunjang konservasi insitu melalui program pelepasliaran ke habitat alaminya. Pusat Studi Satwa Primata PSSP merupakan salah satu instansi yang bergerak dalam pengembangan riset terkait primata yang tidak hanya terfokus pada aspek biomedis, biologi namun juga pada aspek pelestarian spesies primata. Program penangkaran eksitu yang dilakukan oleh PSSP merupakan upaya dalam mendukung pelestarian satwa primata, terutama bagi spesies yang terancam punah seperti penangkaran Owa Jawa dan beberapa satwa primata lainnya. Komparasi antara perilaku di alam dan di habitat buatannya merupakan kunci bagi program konservasi spesies ini, kajian mengenai komparasi antara pola aktivitas dan perilaku harian termasuk di dalamnya pakan dan kelompok sosial antara habitat alami insitu di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP dan semi eksitu di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa Javan Gibbon Center dirumuskan sebagai dasar dalam penentuan kebijakan dan arah kegiatan pengelolaan bagi manajeman eksitu di PSSP dalam rangka penyiapan pelepasliaran dan penetapan kriteria kesiapan individu yang akan dilepasliarkan .