Pakan dan Pengkayaan Pakan

12 Sekitar 44 jenis pohon pakan Owa Jawa yang terdapat di TN Gunung Gede Pangrango, yang merupakan anggota dari 24 famili. Pohon pakan tersebut adalah rasamala Altingia excelsa, afrika Maesopsis eminii, teureup Artocarpus elasticus, saninten Castanopsis argentea dan puspa Schima wallichii Iskandar 2008. Di Taman Nasional Ujung Kulon setidaknya terdapat 27 jenis tumbuhan sumber pakan bagi Owa Jawa Rinaldi 1999. Bagian vegetasi yang dijadikan makanan Owa Jawa adalah daun muda, buah dan bunga. Di penangkaran, pemberian pakan bergizi yang bervariasi dan cukup sesuai dengan karakteristik pakan Owa Jawa yang lebih frugivorus dan folivorus, dengan cara-cara berbeda penting untuk meningkatkan kualitas hidup satwa. Pemberian berbagai jenis pakan yang beranekaragam jenisnya baik buah- buahan, daun, maupun serangga pada jenis-jenis primata bukan hanya memberikan pemenuhan akan kebutuhan makanan terkait rasa lapar namun juga memberikan manfaat lain dalam hal pemenuhan gizi yang amat dibutuhkan bagi aktivitas mereka. Pengkayaan jenis pakan ini pun pada dasarnya merupakan salah satu cara atau strategi dalam pengeliminiran rasa bosan pada jenis pakan tertentu ketika jenis pakan tersebut diberikan secara terus menerus dan berulang-ulang dalam waktu yang terus menerus setiap hari. Strategi pemberian pakan harus dibangun dengan mengedepankan faktor kesehatan dan mengelimir segala bentuk kontaminan yang mungkin masuk ketubuh satwa. Ketika satwa berada dalam kelompok maka strategi pemberian pakan ditunjukan agar seluruh individu memperoleh kesempatan makan tanpa harus terlalu dibatasi oleh adanya perbedaan struktur sosial Keiley and Arthur 1995. 2.1.6. Kelompok Sosial dan Pengkayaan Sosial Sebagaimana owa lainnya, Owa Jawa hidup berpasangan dalam sistem keluarga monogami. Dalam kelompok owa terdapat sepasang individu dewasa, termasuk satu bayi infant 0-2 atau 2,5 tahun, satu anak juvenil 2-4 tahun, pergerakan tetap dipantau induknya, satu remaja adolescent 4-6 tahun, ukuran tubuh tidak sama dengan individu dewasa, dan satu pra remaja sub adult lebih dari 6 tahun, pertumbuhan lengkap tapi belum matang kelamin Leighton 1986. Individu yang sudah mulai dewasa dihalau dari koloni untuk membentuk koloni 13 baru dengan pasangannya Supriatna Wahyono 2000; Suyanto 2002. Masa bunting antara 197-210 hari, dengan jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4 tahun, dan umumnya owa jawa dapat hidup hingga 35 tahun Supriatna Wahyono 2000; Suyanto 2002. Terkait dengan manajeman penangkaran, pengkayaan berupa kelompok sosial untuk spesies primata adalah suatu hal yang penting. Mensosialisasikan satwa dengan sejenisnya atau tidak merupakan bagian dari perilaku berkelompok spesies primata. Secara umum primata sebagian besar hidup secara berkelompok, paling sedikit 2-3 individu hidup dalam kelompok yang dikenal sebagai keluarga. Pada umumnya kelompok ini merupakan kelompok primata monogamus sistem kawin dengan satu jantan dan satu betina, di Indonesia sendiri jenis primata yang hidup dengan pola perkawinan ini adalah Owa Jawa. Berbeda dengan Owa Jawa, terdapat jenis primata lain yang hidup dalam kelompok besar seperti bekantan, simpai dengan pola perkawinan harem satu jantan dengan banyak betina atau banyak jantan dengan banyak betina seperti pada Macaca fascicularis. Bentuk pengkayaan yang menempatkan individu- individu dalam satu kandang yang sama atau penempatan boneka indukan betina bagi bayi primata yang kehilangan induk betinanya merupakan suatu bentuk pengkayaan sosial yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi kandang yang hampir mirip dengan kondisi alaminya sehingga berbagai aktivitas sosial seperti bermain, kawin, memelihara dan meminta dipelihara termasuk didalamnya grooming dapat dilakukan oleh individu-individu dalam kelompok tersebut.

2.1.7. Status Konservasi

Owa Jawa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 termasuk jenis satwa yang dilindungi. Dalam daftar Red List IUCN tahun 1999, Owa Jawa dikategorikan sebagai jenis kritis Critically endangered. Mulai tahun 2000 – 2004, Owa Jawa termasuk ke dalam salah satu dari 25 spesies primata yang paling terancam punah di dunia Mittermier et al. 2007. Namun berdasarkan Red List IUCN tahun 2008, status Owa Jawa turun dari kritis menjadi terancam, hal ini dikarenakan dari penelitian terhadap populasi Owa Jawa di beberapa kawasan di Jawa Barat dan Jawa Tengah pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa populasi spesies tersebut masih lebih dari 4.000 individu Supriatna 2000. 14 Konvensi CITES metetapkan Owa Jawa dalam daftar Appendiks I. Hal ini berarti bahwa jenis ini termasuk yang terancam punah sehingga perdagangan internasional untuk tujuan komersil tidak diperbolehkan.

2.2. Pengkayaan Lingkungan Enrichment

Pengayaan lingkungan merupakan metode untuk memberikan kondisi dan perlakuan tertentu yang sesuai dengan hidup alaminya. Proses pengayaan lingkungan bermaksud untuk menghindari satwa dari ancaman stres, kebosanan, kegelisahan dan perilaku menyimpang maupun meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Beberapa jenis enrichment untuk satwa meliputi pengkayaan struktural, untuk memperbaiki susunan lingkungan kandang. Misalnya, pemberian kandang yang cukup luas supaya satwa dapat melakukan gerakan alami seperti lari atau terbang, dan tempat untuk berteduh. Pengkayaan obyek, dan obyek itu termasuk sesuatu yang dapat digunakan supaya mengurangi kebosanan dan menghindari perkembangan perilaku menyimpang. Kenyataannya, tidak dapat dilupakan bahwa satwa merasa bosan dan membutuhkan kegiatan yang merangsangnya melakukan perilaku alami, penambahan objek seperti penyediaan fitur tambahan untuk sarana memanjat, bermain dan fitur lainnya dibuat agar satwa berperilaku secara normal. Pengkayaan sosial, yaitu, mensosialisasikan satwa dengan sejenisnya atau tidak, hal ini dikarenakan tidak semua jenis satwa hidup berkelompok. Pengkayaan pakan, pemberian pakan bergizi yang bervariasi dan cukup yang disesuaikan dengan kondisi di alam, dengan cara-cara berbeda yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup satwa.

2.2.1. Pengkayaan Struktural

Pada awal tahun 1960an, ukuran dan design kandang menjadi sesuatu yang amat penting, percobaan mengenai hal tersebut pertama kali dicobakan pada spesies Macaca. Rekomendasi penggunaan bahan stainless-steel merupakan hasil nyata dari percobaan ini. Kebanyakan fasilitas penelitian primata dalam hal perkandangannya dibangun atas kekhasan jenis primata yang dikelolanya. Pusat Primata California dan Oregon membuat suatu perkandangan luar University of California1979 dengan lantai berupa koral Alexander et al. 1969. Pada perkembangan selanjutnya sebuah badan yang dikenal sebagai National Institute