95
3. Kesiapan pelepasliaran individu atau kelompok yang terdapat di PSSP
masih membutuhkan berbagai tindakan manajeman yang lain untuk siap dilepasliarkan terkait aspek perilaku, pakan dan kesehatan.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan sebagai pertimbangan dalam rangka program pelepasliaran Owa Jawa ke habitat alaminya dalam manajeman PSSP adalah :
1. Perumusan mengenai tujuan program yang diusung harus jelas, lebih dititik
beratkan pada breeding atau release program atau kombinasi dari kedua program tersebut. Jika merupakan kombinasi keduanya, hendaknya disiapkan
sedini mungkin proses pengenalan pakan, kelompok sosial dan aktivitas dan perilaku bersuara bagi individu muda OO dan calon anakan lainnya seperti
manajamen di Javan Gibbon Center. 2.
Pemantauan kesehatan individu terutama bagi individu yang hingga saat ini diketahui negatif hepatitis harus lebih diprioritaskan, hal ini terkait dengan
ketidaklayakan individu Owa Jawa yang memiliki penyakit seperti hepatitis untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya.
3. Individu OJ dan JLO harus dipisahkan satu dengan lainnya termasuk dengan
kelompoknya. Pembuatan kandang baru merupakan salah satu solusi terbaik untuk meminimalisir kemungkinan inbreeding perkawinan sedarah antara
dua individu ini atau konflik sosial dengan kelompok lainnya. 4.
Perumusan desain penangkaran dengan tujuan pelepasliaran diarahkan pada aspek-aspek kesiapan bertahan hidup dialam. Desain dibuat melalui tiga sistem
perencanaan, yaitu manajeman perencanaan tapak dalam hal ini terkait pengkayaan lingkungan, manajeman pakan dan kelompok serta manajeman
kesehatan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Alexander B K, Hall A S and Bowers J M. 1969. A primate coral. J Am Vet Med Assoc. 155 : 1144-1150.
Alikodra HS, Yasuna S, Santoso N, Soekmadi R dan Suzanna E. 1990. Studi ekologi bekantan Nasalis larvatus Wurmb 1781 di Hutan Lindung Bukit
Soeharto, Kalimantan Timur. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi tahun 19891990. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Animale Welfare Act. 1985. Title 9 Code of Federal Regulations. Part 1 Definations, Part 2 Regulations Effective October 31, Part 3 Standars
Effective March 18,1991.
Ario A. 2010. Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jakarta. Conservation International CI Indonesia.
Atmoko SSU, I M Wedana, H Oktavinalis, E Bukharie. 2008. Survey to update population and distribution estimaste
s of Javan Gibbon. The Gibbon’s Voice. 101.
Asquith NM. 2001. Misdirection in conservation biology. Journal Conservation Biology. 15 2 : 345-352.
Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley. Baker, LR. 2002. Newsletter of the re-
introduction specialist group of IUCN’s Species Survival Commission SSC 21: 33 hlm.
Bartlett TQ. 2003. Intragroup anf intergroup social interaction in white handed gibbon. International Journal of Primatology 24 No. 2.
Bismark. 1986. Perilaku bekantan Nasalis larvatus Wurmb dalam memanfaatkan lingkungan hutan bakau di Taman Nasional Kutai,
Kalimantan Timur [thesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bloom K and Cook M. 1989. Environmental Enrichment: Behavioural Responses of Rhesus to Puzzle Feeders. Lab Anim, 18 : 31-33.
Breukeur C. 1996. Rehabilitated White-Handed Gibbons Hylobates lar on Ko Boi Yai, Thailand. Australia : Department of Zoology Institute of
Evolutionary and Ecological Science, Leiden University.