Letak dan Luas Laboratorium dan Kegiatannya

29 perluasan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 174Kpts-II2003 tanggal 10 Juni 2003, dimana luas TNGP yang semula 15.196 ha diperluas menjadi 21.975 ha. Areal perluasan tersebut sebelumnya berfungsi sebagai hutan produksi, hutan rawang, hutan lindung, tanah terlantar, lahan garapan masyarakat dan lahan lain- lain yang diperuntukkan bagi keperluan persemaian. Kawasan TNGP hasil perluasan tersebut mencakup 3 kabupaten, yaitu Sukabumi 9.356,10 ha, Bogor 7.155,00 ha, dan Cianjur 5.463,90 ha. Dalam SK yang sama, ditetapkan pula panjang batas luar 375.198 m dan pal batas sebanyak 7.278 buah TNGP 2005.

3.3.2. Bio-Fisik Kawasan Ekosistem

Berdasarkan Rencana Pengelolaan TNGP Tahun 2005-2020, secara umum tipe-tipe ekosistem di dalam kawasan TNGP khususnya resort bodogol dapat dibedakan menurut ketinggiannya, antara lain a ekosistem hutan pegunungan bawah; b ekosistem hutan pegunungan atas; dan c ekosistem sub alpina. Selain ketiga tipe ekosistem utama tersebut, ditemukan pula beberapa tipe ekosistem khas lainnya yang tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat yaitu ekosistem hutan tanaman. a. Ekosistem Hutan Pegunungan Bawah dan Hutan Pegunungan Atas Tipe ekosistem hutan pegunungan bawah terdapat pada ketinggian 1.000 - 1.500 m dpl, sedangkan ekosistem hutan pegunungan atas terdapat pada ketinggian 1.500 – 2.400 m dpl. Pada umumnya, tipe ekosistem hutan pegunungan bawah dan pegunungan atas dicirikan oleh keanekaragaman jenis vegetasi yang tinggi, dengan pohon-pohon besar dan tinggi yang membentuk tiga strata tajuk hutan. Tinggi tajuk hutan di dalam kawasan TNGP sekitar 30 – 40 m, dan strata tertinggi didominasi oleh jenis-jenis Litsea spp. dan Castanopsis spp. b. Ekosistem Hutan Sub Alpina Tipe ekosistem ini terdapat pada ketinggian 2.400 – 3.019 m dpl, memiliki strata tajuk sederhana dan pendek yang disusun oleh jenis-jenis pohon kecil kerdil dengan tetumbuhan bawah yang tidak terlalu rapat. Keanekaragaman jenis vegetasi pada tipe ekosistem sub alpina ini lebih rendah dibandingkan kedua tipe ekosistem lain ekosisitem hutan pegunungan bawah dan hutan 30 pegunungan atas. Pepohonan di puncak Gunung Gede memiliki batang yang lebih kurus, memiliki kerapatan yang lebih tinggi, serta ditumbuhi lumut lebih banyak dibandingkan keadaan hutan di puncak Gunung Pangrango. g. Ekosistem Hutan Tanaman Jenis Damar Agathis lorantifolia merupakan tanaman dominan dalam ekosistem ini. Jenis ini ditanam pada tahun 1920 di wilayah Situ Gunung dengan luas 2,5 ha TNGP 2005. Flora dan Fauna TNGP dikenal dan banyak dikunjungi oleh wisatawan dan peneliti karena memiliki potensi hayati yang tinggi, utamanya keanekaragaman jenis flora. Di kawasan ini hidup lebih dari 1.000 jenis flora, dimana jenis-jenis yang tergolong tetumbuhan berbunga Spermatophyta berjumlah sekitar 900 jenis, tetumbuhan paku lebih dari 250 jenis, lumut lebih dari 123 jenis, ditambah berbagai jenis ganggang, spagnum, jamur dan jenis-jenis Thalophyta lainnya. Pohon rasamala terbesar dengan diameter batang 150 cm dan tinggi 40 m dapat ditemukan di kawasan ini di sekitar jalur pendidikan pada wilayah Pos Cibodas. Jenis puspa terbesar dengan diameter batang 149 cm dan tinggi 40 m terdapat di jalur pendakian Selabinta – Gunung Gede, sedangkan pohon Jamuju terbesar ditemukan di wilayah Pos Bodogol. Selain pepohonan raksasa, di kawasan ini juga terdapat jenis-jenis tetumbuhan yang unik dan menarik, seperti: Kantong semar Nepenthes gymnamphora, bunga Rafflesia Rafflesia rochusseni dan bunga Sembilan tahun Strobilanthus cernua yang berbunga sekali sembilan tahun TNGP 2005. Keanekaragaman flora di kawasan ini membentuk keanekaragaman habitat bagi berbagai jenis satwaliar, seperti mamalia, reptilia, amfibia, aves, insekta, dan kelompok satwa tak bertulang belakang. Dari kelompok burung Aves, di dalam kawasan TNGP hidup 251 jenis atau lebih dari 50 jenis-jenis burung yang hidup di Jawa. Salah satu diantaranya yang merupakan jenis endemic dan sangat langka adalah elang jawa Spizaetus bartelsi. Dari kelompok mamalia tercatat sekitar 110 jenis yang terdapat dalam kawasan TNGP, di antaranya owa jawa Hylobates moloch yang langka, endemik dan unik; Anjing hutan Cuon alpinus yang sudah semakin langka serta Kijang