Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol PPKAB

34 memanjang dari Timur ke Barat. Di studi area Bodogol, curah hujan rata-rata setiap bulan berkisar 312,2 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada Desember yaitu 733 mm dengan suhu minimum rata-rata 180 C dan suhu maksimu rata-rata 320 C. Dalam kawasan Resort Bodogol masih dijumpai satwa- satwa yang dilindungi dan berada di ambang kepunahan seperti Owa Jawa Hylobathes moloch, Surili Presbytis comata, Kukang Jawa Nycticebus javanicus, Elang Jawa Spizaetus bartelsi dan Macan tutul Pantera pardus. Untuk lebih meningkatkan peran TNGGP dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati, maka diperlukan peran serta berbagai pihak untuk turut serta dalam mewujudkannya. Melalui konsorsium pendidikan konservasi alam Bodogol pada tahun 1998 berdiri Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol PPKAB yang diprakarsai oleh Conservation International Indonesia, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Seiring dengan upaya peningkatan perlindungan keanekaragaman hayati di Bodogol, maka pada tahun 2000 berdiri Stasiun Penelitian Bodogol SPB yang juga merupakan kerjasama dari berbagai lembaga seperti Conservation International Indonesia, Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Universitas Indonesia dan UNESCO. Stasiun Penelitian Bodogol merupakan salah satu stasiun penelitian yang berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Stasiun penelitian ini sangat berperan dalam berbagai kegiatan penelitian ilmiah, dengan peranannya tersebut maka Stasiun Penelitian Bodogol berupaya menjadi penyedia informasi ilmiah keanekaragaman hayati yang terdapat di kawasan Resort Bodogol khususnya dan TNGGP pada umumnya. Adapun tujuan didirikannya Stasiun Penelitian Bodogol ini adalah : Memperoleh dan menggali informasi potensi keanekaragaman hayati sebagai dasar dalam upaya konservasi. Membantu para kader konservasi dari berbagai kalangan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau kajian ilmiah. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. 35 Membina kerjasama antara lembaga pemerintah, lembaga konservasi internasional dan lembaga akademik. Program-program yang terdapat di Stasiun Penelitian Bodogol secara garis besar dibagi menjadi 3 program, yaitu program penelitian, program pelatihan dan program informasi konservasi. Program-program tersebut ada yang bersifat tetap, dalam artian program dilakukan terus menerus continue baik ada atau tidak adanya kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti seperti kegiatan pemantauan monitoring keanekaragaman hayati khususnya jenis-jenis yang dilindungi dan endemik. Program yang bersifat sementara, dalam artian program dilakukan tidak secara terus menerus dan tidak didasarkan pada waktu kegiatan yang terjadwal dan telah ditentukan, seperti kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk penelitian. Gambar 6. Peta Studi Area Bodogol di wilayah Resort Bodogol 36 Untuk memudahkan kegiatan lapangan, pada studi area Bodogol juga telah dibuat jalur-jalur pengamatan. Adapun jalur-jalur pengamatan tersebut antara lain: Tabel 7. Jalur-jalur pengamatan di Resort Bodogol No. Nama jalur Panjang jalur m 1. Cipadaranten 1640 2. Rasamala 1600 3. Bambu 2450 4. Kanopi 1000 5. Tangkil 3500 6. Tepus 675 7. Cipanyairan I 940 8. Cipanyairan II 1525 9. Afrika 540 37 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian studi perilaku dan pakan Owa Jawa Hylobates moloch di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango : Penyiapan Pelepasliaran ini dilaksanakan di PSSP dan TN Gunung Gede Pangrango Resort Bodogol-Hutan Rasamala pada bulan Januari 2011 sampai Maret 2011. Lokasi penelitian di PSSP berada di lingkup area PSSP, tepatnya pada kandang Owa Jawa seperti disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Lokasi penelitian studi perilaku dan pakan Owa Jawa Hylobates moloch di Pusat Studi Satwa Primata IPB

4.2. Peralatan dan Bahan

Peralatan untuk pengolahan dan analisis data penggunaan waktu time budget terdiri atas perangkat lunak SPSS ver 17, Microsoft Excell 2007, dan MiniTab. Peralatan yang digunakan untuk melakukan pengamatan lapangan dalam penelitian ini antara lain: spektogram, binokuler Cannon, kamera Nikon SLR D80, termometer, altimeter dan bentuk-bentuk enrichment serta lembar kerja untuk mencatat data di lapangan. 38 Objek penelitian ini terdiri dari satu keluarga Owa Jawa 5 individu Owa Jawa yang terdiri atas satu pasang induk dewasa serta tiga anak. Tabel 8. Nama, jenis kelamin dan umur Owa Jawa di Pusat Studi Satwa Primata PSSP No. Nama Jenis kelamin Umur 1. Ari Induk Jantan ± 15 tahun 2. Mimis induk Betina ± 15 tahun 3. OJ anak ke-1 Jantan 6 tahun 4. JLO anak ke-2 Betina 5 tahun 5. OLA anak ke-3 Betina - 6. OO anak ke-4 Jantan 1,5 tahun

4.3. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Istilah data primer digunakan untuk data yang diperoleh secara langsung di lapangan dan berkaitan langsung dalam menunjang pencapaian tujuan dari penelitian. Data ini berupa data enrichment serta perilaku Owa Jawa dikandang dan habitat alaminya. Data sekunder digunakan untuk data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan publikasi yang terkait dengan penelitian ini melalui studi literatur.

4.3.1. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder yang diperoleh tediri atas: sejarah Owa Jawa yang berada di Pusat Studi Satwa Primata PSSP, penelitian-penelitian lainnya terkait mengenai bio-ekologi Owa Jawa pada umumnya dan perilaku pada khususnya baik penelitian di berbagai habitat alaminya insitu maupun penelitian di luar habitat alaminya eksitu, hal ini dimaksudkan sebagai bahan komparasi semua hal menyangkut bio-ekologi dan perilaku diantara kedua habitat tersebut.

4.3.2. Kondisi Fisik Lingkungan Kandang

Data komponen fisik disekitar kandang Owa Jawa terdiri dari aspek pengandangan bahan, jenis, bentuk, ukuran dan penempatan kandang serta fasilitas pendukungnya, ketinggian tempat elevasi, suhu dan kelembaban lingkungan di kandang dan sekitarnya pada pagi, siang dan malam hari dan jarak terdekat dari aktivitas manusia. Pengumpulan data suhu lingkungan ini dilakukan secara berulang selama penelitian dengan ulangan pada pagi, siang dan malam