Aktivitas dan Perilaku Berpindah

53 Pergerakan harian Owa Jawa di hutan rasamala dipimpin oleh betina dewasa yang berperan sebagai individu penentu orientasi pergerakan kelompok dan selalu bergerak terlebih dahulu untuk kemudian diikuti oleh individu lain. Jantan dewasa merupakan individu yang bergerak terakhir dalam kelompok yang diperkirakan sebagai upaya perlindungan dan pengamanan kelompok. Hal ini berbeda dengan kelompok Owa Jawa di PSSP, pergerakan bersifat acak, orientasi pergerakan tidak ditentukan oleh salah satu individu. Menurut Iskandar 2007, aktivitas pergerakan dilakukan terutama bertujuan untuk mencari sumber pakan. Mengingat sebaran sumber pakan owa yang lebih banyak mengkonsumsi daun, di hutan rasamala tersebar merata, maka kelompok tersebut tidak perlu melakukan perjalanan yang jauh. Selain itu, pakan daun memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna dibandingkan dengan buah, sehingga mengurangi aktivitas pergerakan merupakan pilihan strategi dalam menyikapi sedikitnya pilihan sumber pakan buah dan untuk menghemat energi. Panjang pergerakan harian day range pada kelompok PSSP dan hutan rasamala didapatkan dengan mengukur jarak terpendek dan terjauh yang ditempuh oleh kelompok Owa Jawa baik di dalam kandang untuk kelompok PSSP maupun di dalam hutan untuk kelompok hutan rasamala dalam satu hari perjalanan dari pagi pada saat meninggalkan pohon tidur dan sore hari menjelang petang ketika memasuki pohon tidur. Setelah dirata-ratakan Owa Jawa kelompok PSSP memiliki jarak pergerakan di dalam kandang 243 m dengan jarak terpendek 157 m dan jarak terjauh 416 m. Sedangkan untuk Owa Jawa kelompok hutan rasamala memiliki jarak pergerakan rata-rata 613 m dengan jarak terpendek 273 m dan jarak terjauh yaitu 789 m. Menurut Kartono 2002, pergerakan yang dilakukan oleh Owa Jawa terdiri dari brakhiasi, berjalan secar bipedal, memanjat secara quadropedal, melompat dan memanjat melalui akar atau liana serta menjatuhkan diri dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Berdasarkan pengamatan cara berpindah yang sering dilakukan oleh kedua kelompok pada masing-masing lokasi yaitu dengan cara berayun brakhiasi, cara ini mereka gunakan karena tungkai depan yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis primata lain. Namun perbedaan mendasar adalah pada media yang digunakan untuk bergerak. Pada 54 kelompok di PSSP pergerakan secara berayun dilakukan dengan memanfaatkan rantai atau sela-sela kawat pada kandang sedangkan pada kelompok hutan rasamala, adanya tajuk yang rapat memudahkan kelompok melakukan perpindahan dari satu tajuk ke tajuk lainnya dengan cara berayun. Cara lain yang digunakan melompat leaping. Pada kelompok di hutan rasamala cara ini dilakukan apabila jarak tajuk yang akan diseberangi cukup jauh atau berada di bawah posisisnya. Cara memanjat climbing juga dilakukan oleh kedua kelompok tersebut, khususnya pada kelompok di hutan rasamala perpindahan ke satu pohon yang kemudian menggunakan akar yang merambat untuk melakukan pemanjatan. Cara berjalan dengan menggunakan kedua tungkai belakangnya bipedal juga terlihat dilakukan, cara yang sangat unik dan jarang dilakukan karena cara ini membutuhkan keseimbangan badan dan biasanya dilakukan apabila Owa Jawa melalui pohon yang besar. a b Gambar 9. Pergerakan kelompok Owa Jawa di PSSP dengan a brakiasi dan b bipedal walking Hal ini berbeda dengan kelompok di PSSP dimana bipedal merupakan salah satu cara pergerakan yang sering terlihat dilakukan oleh individu Owa Jawa OJ dan JLO walaupun dengan proporsi yang relatif kecil dibandingkan dengan 55 cara pergerakan yang lain. Aktivitas pergerakan bipedal diatas permukaan tanah sering dilakukan ketika aktivitas dan perilaku makan dan bermain dilakukan oleh kedua individu ini dan hampir tidak pernah dilakukan oleh individu lain dalam kelompok. Ketika Owa Jawa hidup dalam habitat alam, cara pergerakan bipedal di atas permukaan tanah ini hampir jarang bahkan tidak pernah dilakukan karena resiko predasi yang mungkin dapat mengancam, selain itu pada kenyataannya Owa Jawa merupakan spesies arboreal yang selalu hidup dan bergerak diantara satu pohon ke pohon yang lain Supriatna Wahyono 2000. Kekhawatiran adanya ketergantungan dengan cara pergerakan di lantai kandang tersebut hendaknya disiasati dengan mencontoh sistem pengelolaan di Pusat Penyelamatan Owa Jawa Javan Gibbon CenterJGC seperti tidak lagi menggunakan lantai semen dan digantikan dengan lantai hutan alami dengan membiarkan dan menanami lantai kandang dengan tanaman bawah. Kondisi ini membuat Owa Jawa untuk turun ke lantai menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan sasaran program jangka pendek JGC yaitu berupaya melakukan penilaian dan perbaikan melalui serangkaian kegiatan pengelolaan terhadap status perilaku dan kemudian dilakukan peningkatan dengan diiringi perubahan perilaku ke arah perilaku normal. Berdasarkan hasil pengamatan cara pergerakan antara kelompok Owa Jawa yang terdapat di PSSP dan hutan rasamala, perbedaan cara bergerak lebih disebabkan perbedaan subtrat dan keterbatasan kondisi lingkungan kandang yang belum dapat mengakomodasi seluruh cara pergerakan yang mungkin ditunjukan oleh Owa Jawa ketika berada di habitat alaminya. Tabel 13. Persentase cara pergerakan kelompok Owa Jawa di PSSP dan Hutan rasamala Lokasi Pergerakan Brakiasi Bipedal Memanjat Melompat Menjatuhkan diri PSSP 84,2 3 1,6 11,2 0,0 Hutan rasamala 77,4 1,5 4,3 14,8 2,0 Sedangkan proporsi masing-masing bentuk pergerakan yang dilakukan Owa Jawa rehabilitan adalah sebagai berikut : brakiasi 38,9-49,2, lompat 30,9-41,1, memanjat 15,7-18.8, bipedal 2,4-4 Ario 2010. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk pergerakan utama yang dilakukan Owa Jawa rehabilitan di Hutan Patiwel adalah brakiasi, hal ini sesuai dengan karakter Owa Jawa secara umum. Mereka 56 mampu melakukan pergerakan brakiasi dan bentuk pergerakkan lainnya di hutan Patiwel, karena sejak menjalani proses rehabilitasi di JGC, mereka telah dibiasakan untuk melatih anggota gerak tubuh mereka dengan cara menempatkan mereka pada kondisi kandang beserta alat bantu yang memungkinkan mereka untuk melakukan pergerakkan tersebut. Berdasarkan hasil monitoring aktivitas harian dua individu Owa Jawa rehabilitan di blok hutan Patiwel, diketahui aktivitas bergerak sebesar 35,3-38,1 dari keseluruhan aktivitas harian kedua Owa Jawa tersebut Ario 2010. Nilai persentase pergerakan pada dua individu tersebut terlihat cukup besar. Hal ini disebabkan karena hutan Patiwel merupakan area hutan yang baru bagi pasangan tersebut, sehingga upaya penjelajahan terhadap hutan tersebut sering dilakukan. Pasca pelepasliaran, yaitu pada 1 dan 2 minggu pertama pelapasliar, Echi dan Septa hanya melakukan penjelajaha 25 dari keseluruhan luasan areal hutan blok Patiwel. Frekuensi meningkat pada minggu ke 3 dan 4 mencapai 50. Setelah 30 hari menempati hutan Patiwel, pasangan tersebut hingga saat ini telah memanfaatkan keseluruhan areal hutan patiwel dalam aktivitas dalam penjelajahannya Ario 2010. Pengenalan seluruh area Patiwel bagi pasangan tersebut sangat penting dilakukan karena sebagai strategi pengenalan kawasan secara keseluruhan dari segi ancaman sumber daya pakan.

5.4.2. Aktivitas dan Perilaku Makan

Aktivitas dan perilaku makan sangat dipengaruhi oleh jenis pakan. Aktivitas dan perilaku makan dalam penelitian ini dibatasi sebagai aktivitas yang dimulai dari memilih makanan, mengambil makanan, memasukan kedalam mulut dan mengunyah makanan. Aktivitas dan perilaku makan pada kelompok Owa Jawa di PSSP dan hutan rasamala sedikit berbeda dalam hal rangkaian perilaku yang dilakukan. Pada kelompok Owa Jawa di PSSP aktivitas dan perilaku makan dilakukan dengan waktu yang relatif sama setiap harinya, hal ini terkait dengan jadwal pemberian pakan yang diberikan secara teratur di pagi pukul 08.00 dan siang pukul 14.00 dan tanpa diawali dengan aktivitas dan perilaku lainnya seperti aktivitas dan perilaku bersuara morning call yang biasa dilakukan oleh Owa Jawa di habitat alaminya. Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya kelompok lain di PSSP, 57 aktivitas bersuara di pagi hari merupakan salah satu cara penandaan keberadaan kelompok terhadap kelompok lain dan penguasaan akan pakan jenis tertentu dalam wilayah jelajah dan teritorinya. Untuk kelompok hutan rasamala aktivitas dan perilaku makan beberapa saat sering dilakukan setelah aktivitas bersuara di pagi hari oleh individu betina atau jantan Owa Jawa dilakukan morning call. Aktivitas dan perilaku makan pada kelompok hutan rasamala dimulai di pagi hari sekitar pukul 05.30 dan berlangsung sampai sekitar pukul 10.00. Setelah pukul 10.00 aktivitas dan perilaku makan akan mengalami penurunan hingga pukul 13.00 dan mulai meningkat kembali pukul 14.00 hingga beberapa saat sebelum memasuki pohon tidur. Hal tersebut merupakan ritme aktivitas yang normal, menurut Priyanto 1978 aktivitas dan perilaku makan dalam kondisi yang aman atau normal pada kelompok Owa Jawa dengan frekuensi yang tinggi terjadi sekitar pukul 06.00- 11.00 dan selanjutnya aktivitas dan perilaku makan akan menurun serta akan meningkat kembali sekitar pukul 15.00 sampai pukul 17.00. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai aktivitas dan perilaku makan pada seluruh individu Owa Jawa di PSSP maupun di hutan rasamala, aktivitas dan perilaku makan memiliki proporsi terbesar dibandingkan dengan aktivitas utama lainnya, hal ini berkaitan dengan kebutuhan akan energi yang digunakan untuk melakukan seluruh aktivitas lainnya. Pada kelompok Owa Jawa di PSSP, aktivitas makan individu jantan pradewasa dan betina remaja memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan individu dewasa, yaitu masing-masing sebesar 32,76 dan 28,583, sedangkan proporsi aktivitas makan pada jantan dewasa dan betina dewasa, masing-masing yaitu 19,65 dan 15,63. Pada kelompok yang ditemukan di hutan rasamala tidak begitu berbeda dengan kelompok Owa Jawa yang terdapat di PSSP. Jantan pradewasa dan betina remaja ditemukan lebih sering makan dibandingkan individu lain dalam kelompok dengan proporsi sebesar 42,57 dan 41,53 . Uji chi- square χ 2 = 10,273, DF = 5 menunjukan kelompok Owa Jawa PSSP dan hutan rasamala tidak berbeda nyata dalam hal durasi yang digunakan untuk aktivitas makan berdasarkan jenis kelamin.