30
d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan tingkat kesehatan bank.
e. Menunjang penciptaanpengembangan keunggulan kompetitif. f. Memaksimalisasi kualitas portofolio perkreditan bank.
D. Pembiayaan Bermasalah NPF
1. Konsep Pembiayaan Bermasalah
Suatu kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak mampu mengahadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit tersebut. Risiko kredit atau
pembiayaan didefinisikan sebagai risiko yang muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan bunga dari pinjaman yang diberikan atau
investasi yang sedang dilakukannya Arifin, 2008:263. Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit adalah
tercermin dari besarnya non performing loan NPL, dalam terminologi bank syariah disebut non perfoming financing NPF.
Non Performing Financing NPF adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
Dalam peraturan bank indonesia Nomor 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat 2, bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar L, dalam perhatian
khusus DPK, kurang lancar KL, diragukan D, macet M. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.31 tentang
akuntansi perbankan butir 24 menyebutkan bahwa:
31
“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok danatau bunganya telah terlewat sembilan puluh hari atau lebih
setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai
kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.” Sedangkan Sutojo 2008:13
menyatakan jika “pengertian kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga
dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran”.
Dari kelima kualitas pembiayaan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet, yang tergolong dalam pembiayaan bermasalah atau
non performing financing adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Berdasarkan surat Edaran Bank Indonesia Nomor756DPbS tanggal 9 Desember 2005, pedoman untuk perhitungan rasio non performing finance NPF
dihitung dengan cara sebagai berikut:
NPF = X 100
Rasio ini menunjukan kualitas pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan. Semakin tinggi rasio NPF maka kualitas pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
syariah semakin memburuk. Kelancaran kegiatan usaha bank syariah dapat terganggu apabila rasio semakin meningkat dan dapat berakibat pada tingkat
kesehatan bank itu sendiri. Pembiayaan yang bermasalah
Total Pembiayaan Disalurkan