99
Dimana: Y
= Rasio Pembiayaan Bermasalah sektor UKM dalam persentase X1
= Tingkat FDR Bulanan dalam persentase X2
= Tingkat Kurs Bulanan dalam persentase X3
= Tingkat Inflasi dalam persentase X4
= Tingkat Suku Bunga Bulanan dalam persentase Persamaan regresi diatas didapat dari hasil variable NPF sebagai variable
dependen dan test variable konstanta dengan Y = 2533,4 didapat dari hasil regresi NPF dengan menggunakan data tingkat pembiayaan bermasalah periode Januari
2012 sampai Desember 2015 di tabel 4.4 yang berarti setiap 1 kenaikan dalam tingkat NPF akan menambah NPF sebesar 2533,4 miliar dalam setiap periodenya ,
variable yang mempengaruhi Y sebagai pembiayaan bermasalah dikarenakan tingkat signifikasinya 0,05 ialah X1= -91,9 sig= 0,049 sebagai regresi dari tingkat
FDR tabel 4.1, X3= -319,3 sig= 0,043 sebagai regresi dari tingkat inflasi tabel 4.2 dan X4= 2842,8 sig= 0,000 sebagai regresi tingkat suku bunga bulanan. Variabel
yang tidak mempengaruhi Y dikarenakan tingkat signifikasinya 0,05 ialah X2 = 0,034 sig= 0,958 sebagai regresi tingkat kurs bulanan.
Berikut interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini :
1. Pengaruh FDR terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM
Koefisien regresi dari FDR sebesar -91,9 dan berdasarkan pada tabel 4.10, variabel FDR mempunyai nilai signifikasi 0,049 0,05.Hal ini berarti menerima
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap NPF sektor UKM di perbankan syariah Indonesia. Hubungan FDR dan NPF
bersifat negatif yaitu Y= 2533,4 - 91,9 X1, dengan melihat FDR X1 sebagai
100
variabel yang berpengaruh, dapat disimpulkan bahwa setiap 1 kenaikan tingkat FDR akan mengurangi pembiayaan bermasalah sebesar 91,9 miliar rupiah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Khodijah 2010, Wulandari 2012, dan Halim 2007 yang menyimpulkan
bahwa tingkat FDR berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.
2. Pengaruh Kurs terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM
Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, variabel Kurs mempunyai nilai signifikasi 0,958 0,05. Hal ini berarti menerima H
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah
sektor UKM. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mutamimah 2012, Siti Nurzaidah 2012, Verdino 2009 menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah sektor UKM tidak bergantung pada nilai mata
uang atau Kurs.
3. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM
Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, dan menggunakan data tingkat Inflasi dari periode Januari 2012 sampai Desember 2015 koefisien regresi Inflasi -319,3
sebagai variable X3 dalam persamaan regresi di atas,dan variabel inflasi mempunyai nilai signifikasi 0,043 0,05. Hal ini berarti menerima H
1
sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPF 2533,4
sektor UKM. Hubungan inflasi dan NPF sektor UKM bersifat negatif yaitu Y= 2533,4
– 319,3 X3, dengan melihat inflasi X3 sebagai variabel yang berpengaruh terhadap tingkat NPF dapat disimpulkan bahwa setiap 1
kenaikan dalam tingkat inflasi akan mengurangi pembiayaan bermasalah sebesar 319,3 miliar rupiah.
101
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hogart et al 2005, Khemraj dan Pasha 2006, Tanujaya 2006, Cahyo 2011,
dan Swamy 2012 menyimpulkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.
4. Pengaruh BI Rate terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM
Berdasarkan pada tabel 4.10. di atas, dan dengan menggunakan data tingkat variabel BI Rate periode Januari 2012 sampai Desember 2015. Dengan
koefisien regresi 2842,8 nilai signifikasi 0,000 0,05. Hal ini berarti menerima H
1
sehingga dapat disimpulkan bahwa BI Rate berpengaruh signifikan terhadap NPF sebesar 2533,4 sektor UKM.
Hubungan antara BI Rate dan pembiayaan bermasalah sektor UKM bersifat positif yaitu Y= 2533,4 + 2842,8 X4 dengan BI Rate sebagai salah satu
variabel yang mempengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah, maka dapat disimpulkan setiap kenaikan 1 dalam tingkat suku bunga akan meningkatkan
NPF sebesar 2842,8 miliar rupiah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Badrudin 2008, Arifah 2011, dan Mahmud 2006 yang menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga akan meningkatkan pembiayaan bermasalah sektor
UKM.