Nama Hubungan BI Rate terhadap Pembiayaan Bermasalah
53
atau pembiayaan non lancar karena dalam menjalankan bisnis perbankan yang penuh dengan resiko, bank syariah juga tidak terlepas dari resiko pembiayaan
bermasalah karena pembiayaan bermasalah tidak akan terjadi tanpa adanya aktivitas pembiayaan yang disalurkan sehingga bank syariah perlu mengatur
strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak dalam kondisi yang menghawatirkan. Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah
kurs. Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya Salvatore, 1997:9. Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan Samuelson dan
Nordhaus, 2004:604 Perubahan kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing sangat
berpengaruh kepada kelancaran usaha nasabah. Jika nilai rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing dan jika usaha tersebut dijalankan menngunakan bahan impor,
maka akan memukul usaha nasabah sebagai kreditur, sehingga mempersulit mereka untuk mengembalikan kredit yang telah diberikan oleh bank dan mendongkrak nilai
NPL perbankan. Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah
inflasi. Inflasi merupakan salah satu akibat dari terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi dapat diartikan sebagai suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu Manurung,
2008:359. Pada tahun 2012 yang merupakan awal periode penelitian ini Inflasi IHK
mencapai 2,78 yoy, atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang
54
ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5±1 yoy. Penyebabnya adalah penurunan harga komoditas global, terutama harga energi, telah membuka peluang
bagi Pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan masing-masing 14,1 dan 12,1.
Inflasi dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga menyebabkan penurunan permintaan barang yang ditawarkan produsen. Inflasi juga
mengharuskan pengusaha untuk menyesuaikan gaji pegawainya karena naiknya harga-harga bahan kebutuhan. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnnya
keuntungan usaha, sehingga risiko pembiayaan bermasalah menjadi meningkat. Variabel berikutnya yang turut mempengaruhi pembiayaan bermasalah ialah
tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Meskipun perbankan syariah tidak menggunakan variabel tingkat suku bunga dalam aktivitas pengumpulan dan
pembiayaan. Namun secara tidak langsung, para pelaku perbankan syariah menjadikan BI Rate sebagai benchmark dalam menentukan ekuivalen tingkat bagi
hasil maupun margin pada akad jual beli. Digunakannya BI Rate sebagai acuan dalam penentuan ekuivalen nisbah bagi
hasil, menyebabkan perubahan tingkat suku bunga atau BI Rate turut memengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah. Tingginya ekuivalen bagi hasil maupun margin
pembiayaan dapat menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar atau default pada pembiayaan.
Penulis membuat penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitan yang
berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa buku, jurnal, tesis, dan skripsi peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat