79
memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi volatile food selama tahun 2012. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang atau
jasa yang bersifat strategis seperti tarif dasar listrik kelompok rumah tangga ikut memengaruhi tingkat inflasi.
Pada tahun 2013 inflasi mencapai angka tertinggi pada bulan Agustus yakni sebesar 8,79 dan inflasi terendah terjadi pada bulan Januari sebesar
4,57 dan jauh dari sasaran inflasi pemerintah yaitu 4,5 Inflasi terutama dipicu oleh kawasan Sumatera yang dipengaruhi oleh tingginya inflasi
volatile food dan inflasi administered price, dan berakibat pada tertahannya tren perbaikan ketenagakerjaan dan kesejahteraan di tahun 2013.
Pada tahun 2014 dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 7,5 sepanjang Januari sampai Desember, tingkat BI Rate ini dipandang masih konsisten
dengan upaya mencapai sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5. Di bulan November 2014 pemerintah menyikapi kebijakan kenaikan BBM bersubsidi,
BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75. Kenaikan ini ditempuh untuk mematahkan risiko kenaikan ekspetasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan
inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasarannya.
Dan pada tahun 2015 inflasi tercatat sebesar 3,35 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015. Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh faktor
global dan domestik. Di sisi global menurunnya harga minyak dunia memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk menurunkan harga BBM
domestik dan harga LPG 12 kg serta menyesuaikan tarif tenaga listrik. Penurunan tersebut dimungkinkan sejalan dengan reformasi energi yang
mengatur penentuan harga energi berdasarkan harga keekonomiannya.
80
Penurunan harga komoditas global, termasuk harga pangan, menyebabkan inflasi volatile food yang relatif terkendali.
Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan Periode 2012-2015
d. BI Rate
BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan
moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi dari suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya untuk mencapai
target inflasi. Adi 2012:89 BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI rate diharapkan
mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.
Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencakup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja,
keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas pasar uang, dan stabilitas pasar valuta asing.
Data dari perhitungan tingkat suku bunga bank Indonesia diambil setiap akhir bulan mulai dari bulan Januari tahun 2012 sampai dengan bulan
Desember tahun 2015, data diperoleh dari laporan moneter Bank Indonesia.
81
Tabel 4.4. Perkembangan BI Rate Periode 2012-2015
Bulan BI Rate
201 2
201 3
201 4
201 5
Januari 6,00
5,75 7,50
7,75 Februari
5,75 5,75
7,50 7,50
Maret 5,75
5,75 7,50
7,50 April
5,75 5,75
7,50 7,50
Mei 5,75
5,75 7,50
7,50 Juni
5,75 6,00
7,50 7,50
Juli 5,75
6,50 7,50
7,50 Agustus
5,75 7,00
7,50 7,50
September 5,75
7,25 7,50
7,50 Oktober
5,75 7,25
7,50 7,50
November 5,75
7,50 7,75
7,50 Desember
5,75 7,50
7,75 7,50
Sumber:
Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah data diolah
Dari tabel 4.4 dapat dilihat perkembangan BI Rate di Indonesia pada tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun 2012 hingga
tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Rapat Dewan Gubernur RDG Bank
Indonesia pada 12 Januari 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,0. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih sejalan dengan
pencapaian sasaran inflasi ke depan, upaya menjaga stabilitas sistem keuangan serta tetap kondusif dalam mendukung ekspansi ekonomi domestik di tengah
ketidakpastian perekonomian global. Selama tahun 2012, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang menggembirakan dengan tingkat inflasi
yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, nilai tukar Rupiah yang stabil, dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Pencapaian tersebut tidak
terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko memburuknya
perekonomian global.