Financing to Deposit Ratio FDR
78
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga
berada di bawah angka 10 setahun; inflasi sedang antara 10-30 setahun; inflasi berat antara 30-100 setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tidak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100 setahun. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan
inflasi per bulan periode Januari 2012 hingga Desember 2015. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.
Tabel 4.3. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2012-2015
Bulan Inflasi
201 2
201 3
201 4
201 5
Januari 3,65
4,57 8,22
6,96 Februari
3,56 5,31
7,55 6,29
Maret 3,97
5,90 7,32
6,38 April
4,50 5,57
7,25 6,79
Mei 4,45
5,47 7,32
7,15 Juni
4,53 5,90
6,70 7,26
Juli 4,56
8,61 4,53
7,26 Agustus
4,58 8,79
3,99 7,18
September 4,31
8,40 4,53
6,83 Oktober
4,61 8,32
4,83 6,25
November 4,32
8,37 6,23
4,89 Desember
4,30 8,38
8,36 3,35
Sumber:
Bank Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah data diolah
Dari tabel 4.2 dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2012 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun 2012, inflasi
meningkat secara signifikan, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan tingkat inflasi sebesar 4,61 Penyebab awalnya adalah faktor non fundamental
seperti anomali cuaca baik lokal maupun global yang menyebabkan harga pangan melonjak. Komoditas bahan pokok seperti beras dan bumbu-bumbuan
79
memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi volatile food selama tahun 2012. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang atau
jasa yang bersifat strategis seperti tarif dasar listrik kelompok rumah tangga ikut memengaruhi tingkat inflasi.
Pada tahun 2013 inflasi mencapai angka tertinggi pada bulan Agustus yakni sebesar 8,79 dan inflasi terendah terjadi pada bulan Januari sebesar
4,57 dan jauh dari sasaran inflasi pemerintah yaitu 4,5 Inflasi terutama dipicu oleh kawasan Sumatera yang dipengaruhi oleh tingginya inflasi
volatile food dan inflasi administered price, dan berakibat pada tertahannya tren perbaikan ketenagakerjaan dan kesejahteraan di tahun 2013.
Pada tahun 2014 dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 7,5 sepanjang Januari sampai Desember, tingkat BI Rate ini dipandang masih konsisten
dengan upaya mencapai sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5. Di bulan November 2014 pemerintah menyikapi kebijakan kenaikan BBM bersubsidi,
BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75. Kenaikan ini ditempuh untuk mematahkan risiko kenaikan ekspetasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan
inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasarannya.
Dan pada tahun 2015 inflasi tercatat sebesar 3,35 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015. Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh faktor
global dan domestik. Di sisi global menurunnya harga minyak dunia memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk menurunkan harga BBM
domestik dan harga LPG 12 kg serta menyesuaikan tarif tenaga listrik. Penurunan tersebut dimungkinkan sejalan dengan reformasi energi yang
mengatur penentuan harga energi berdasarkan harga keekonomiannya.