Tujuan Manajemen Risiko Pembiayaan
31
“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok danatau bunganya telah terlewat sembilan puluh hari atau lebih
setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai
kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.” Sedangkan Sutojo 2008:13
menyatakan jika “pengertian kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana debitur mengingkari janji mereka membayar bunga
dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran”.
Dari kelima kualitas pembiayaan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet, yang tergolong dalam pembiayaan bermasalah atau
non performing financing adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Berdasarkan surat Edaran Bank Indonesia Nomor756DPbS tanggal 9 Desember 2005, pedoman untuk perhitungan rasio non performing finance NPF
dihitung dengan cara sebagai berikut:
NPF = X 100
Rasio ini menunjukan kualitas pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan. Semakin tinggi rasio NPF maka kualitas pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
syariah semakin memburuk. Kelancaran kegiatan usaha bank syariah dapat terganggu apabila rasio semakin meningkat dan dapat berakibat pada tingkat
kesehatan bank itu sendiri. Pembiayaan yang bermasalah
Total Pembiayaan Disalurkan
32
Bank Indonesia sebagai regulator yang turut mengatur perbankan syariah di Indonesia menetapkan bahwa batas maksimum tingkat pembiayaan yang bermasalah
sebesar 5 dari total pembiayaan yang diberikan.