Degradasi Pesisir Analisis Baku Mutu

tumbuh dan berkembang di Kecamatan ini dan jarak antara penduduk dengan lokasi industri baja dan industri lainnya cukup jauh sehinga masyarakat tidak banyak terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis, seperti terlihat pada Tabel 33 di atas. Tabel 34. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit di Kec.Pulomerak tahun 2007 Bulan Jumlah Masyarakat Terkena Penyakit di Kec. Pulomerak org ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 1 26 13 15 16 2 26 14 15 16 3 34 16 19 20 4 35 18 21 21 5 37 20 22 22 6 37 21 25 22 7 35 22 26 24 8 36 20 26 22 9 39 18 25 20 10 33 18 15 15 11 32 14 15 15 12 32 15 16 16 Jumlah 402 209 240 229 Wilayah pesisir di Kecamatan Pulomerak berpenduduk 43.012 jiwa pada tahun 2007, lokasinya cukup aman dan relatif cukup rendah dari pencemaran lingkungan sehingga penduduk yang terkena penyakit akibat pencemaran lingkungan oleh pabrik-pabrik yang ada di Kecamatan Ciwandan dan Citangkil di Kota Cilegon. Wilayah ini jaraknya cukup jauh dari lokasi sumber pabrik baja dan hanya beberapa industri yang berdiri di wilayah ini, sehingga di waktu musim hujan limbah baja yang memcemari udara tidak sampai pada lokasi yang diinginkan. Jumlah penduduk yang terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis, masih relatif rendah seperti terlihat pada Tabel 34 di atas. Berdasarkan tabel 31 - 34 di atas disimpulkan, bahwa 1 semakin jauh dari sumber limbah, maka semakin berkurang prosentasi masyarakat yang terkena penyakitnya, 2 dari data tahun 2007, pada musim hujan masyarakat yang terkena penyakit relatif berkurang.

B. Degradasi Pesisir

Lingkungan pesisir dan kelautan di Indonesia panjang seluruh garis pesisir di Indonesia mencapai 81.000 kilometer, hal ini adalah 14 dari seluruh pesisir di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki pesisir terpanjang di dunia. Ekosistem kelautan yang dimiliki oleh Indonesia sungguh sangat bervariasi, dan mendukung kehidupan kumpulan spesies yang sangat besar. Indonesia memiliki hutan bakau yang paling luas, dan memiliki terumbu karang yang paling spektakuler di kawasan Asia. Keadaaan mikroorganisme ini sangat memungkinkan degradasi senyawa organik dalam sampel sehingga senyawa karbon rantai panjang putus dan menjadi senyawa karbon lebih pendek. Degradasi mikroorganisme pada umumnya diminimalisasi dengan pengendalian pH dan suhu atau penambahan bahan kimia. Kondisi pH yang sangat rendah atau sangat tinggi dan suhu rendah merupakan cara efektif untuk meminimalisasi degradasi, hal ini juga dapat terjadi pada degradasi pesisir. Sedangkan dalam pengelolaan sumberdaya alam termasuk pengelolaan limbah adalah permasalahan yang sangat serius dan berkesinambungan tentang manajemen dan kebijaksanaan, karena degradasi pengelolaan sumberdaya alam lebih banyak disebabkan oleh kelalaian manusia dalam mengikuti dan menerapkan kaidah- kaidah syariat, serta keberanian manusia dalam melawan kaidah-kaidah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai persoalan krusial sebagai implikasi yang timbul dari tidak diterapkannya aturan yang benar yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya alam, sangat kita rasakan akibatnya hingga kini. Permasalahan berpangkal dari tidak tegaknya aturan main regulasi penerapan dan mekanisme pengelolaan sumberdaya alam sebagai syarat utama bekerjanya sistem aturan pengelolaan sumberdaya alam. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 18 mengenai data kualitas air laut di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon yang meliputi kecamatan, yaitu: Ciwandan, Citangkil, Grogol, dan Pulomerak, memperlihatkan parameter fisik pada kadar logam berat dalam air laut: tidak berbau, kecerahan 3,0 m, zat padat tersuspensi 80 mgl, lapisan minyak negatif, sampah bernilai negatif. Begitu juga, Parameter kimia memperlihatkan kadar logam berat dalam sedimen Hg, Cd, Cu, Pb, dan Zn pada kadar logam berat dalam air laut masih tergolong rendah, sehingga degradasi pesisir masih menunjukkan titik atau angka aman. Hasil analisa logam berat dalam air laut menunjukkan air raksa Hg, kadmium Cd, dan tembaga Cu berkisar rata-rata 0,0005 mgl, tembaga Pb rata-rata: 0,0005 mgl. Sedangkan untuk Seng Zn rata-rata: 0,005 mgl. Rendahnya kadar logam Hg, Cd, Cu, Pb, dan Zn kemungkinan karena logam tersebut mengalami proses pengenceran oleh pola arus pasang surut. Pengelolaan limbah baja adalah perkara yang sangat serius dan berkesinambungan tentang manajemen dan kebijaksanaan. Degradasi pengelolaan limbah lebih banyak disebabkan oleh kelalaian manusia dalam mengikuti dan menerapkan kaidah-kaidah syariat, serta keberanian manusia dalam melawan kaidah- kaidah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai persoalan krusial sebagai implikasi yang timbul dari tidak diterapkannya aturan yang benar yang mengatur tentang pengelolaan limbah baja sangat kita rasakan akibatnya hingga kini. Permasalahan berpangkal dari tidak tegaknya aturan main regulasi penerapan dan mekanisme pengelolaan limbah baja sebagai syarat utama bekerjanya sistem aturan pengelolaan limbah baja. Dengan melihat keterkaitan pada semua level yang dikaitkan dengan konteks kekinian, gagasan ini perlu dikembangkan dalam merumuskan pembangunan kelautan nasional. Hal ini dikarenakan mencuatnya beberapa isu yang bersifat multi dimensi, multi struktural, dan memiliki keterkaitan antar lembaga pemerintahan antar departemen maupun lembaga non-departemen, sehingga memudahkan dalam proses penyelesaian. Mencermati perkembangan permasalahan yang terjadi hingga sekarang, sudah selayaknya gagasan ocean policy yang komprehensif tersebut mampu mengatasi kompleksnya permasalahan, diantaranya yaitu penambangan pasir laut, illegal fishing , kerusakan pulau-pulau kecil, pengembangan pariwisata bahari, pengembangan budidaya ikan, penanganan pelabuhan umum dan perikanan serta lemahnya armada laut nasional, ancaman perdagangan perikanan, lemahnya sumberdaya manusia, degradasi lingkungan pesisir dan laut, serta pertahanan dan keamanan laut.

7.4.7 Analisis terhadap Komponen-komponen Pengelolaan Limbah