Kondisi Geografis Kondisi Pesisir Laut

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Kota Cilegon merupakan kota otonomi yang secara yuridis dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 151999. Sebagai kota yang berada di ujung barat Pulau Jawa, juga bagian dari wilayah Provinsi Banten. Kota Cilegon merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Secara geografis, Kota Cilegon yang berada pada koordinat 5 o 52’24”– 6 o 04’07” Lintang Selatan dan 105 o 54’05” – 106 o 05’11” Bujur Timur, dibatasi oleh: - Sebelah Barat : Selat Sunda - Sebelah Utara : Kabupaten Serang - Sebelah Timur : Kabupaten Serang - Sebelah Selatan : Kabupaten Serang Kota Cilegon yang luasnya 175,45 Km 2 dibagi kedalam delapan kecamatan yakni Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Pulomerak, Kecamatan Grogol, Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Cilegon, Kecamatan Jombang, dan Kecamatan Cibeber serta 43 kelurahan. Kota ini memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar 21,1 o C – 34,1 o C dan curah hujan rata-rata 114 mm per bulan. Kota Cilegon dilalui beberapa sungai antara lain Sungai Kahal, Tompos, Sehang, Gayam, Medek, Sangkanila, Cikuarsa, Sumur Wuluh, Grogol, Cipangurungan, dan Sungai Cijalumpang. Diantara sebelas sungai tersebut Sungai Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semuanya bermuara di Selat Sunda. Selain beberapa sungai, di Kota Cilegon juga terdapat sebuah waduk yang cukup luas yakni Waduk Kerenceng yang membelah Desa Kebonsari, Lebakdenok, dan Tamansari di Kecamatan Ciwandan dan merupakan sumber air PDAM yang dialirkan ke rumah tangga untuk sebagian wilayah di Kota Cilegon. Waduk Krenceng juga dimanfaatkan oleh industri-industri di wilayah kawasan industri Krakatau Cilegon yang pengelolaannya oleh PT. Krakatau Tirta Industri KTI yang merupakan anak perusahaan PT. Krakatau Steel. Kondisi geografis Kota Cilegon disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Peta Kota Cilegon 4.2 Kependudukan 4.2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Dari tahun ke tahun jumlah Kota Cilegon mengalami pertambahan yang semakin besar. Jumlah penduduk Kota Cilegon tahun 2007 sebesar 347.599 jiwa. Penduduk Kota Cilegon terdiri dari 180.366 jiwa laki-laki dan 167.232 jiwa perempuan, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,32 per-tahun dan tingkat kepadatan mencapai 1.936 jiwakm 2 . Selain itu, data Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2007 diperoleh rata-rata angka kelahiran penduduk sebanyak 1,85 per-tahun dan angka kematian penduduk sebesar 1,15 per-tahun dari jumlah penduduk. Sumber utama data pendudukan tersebut adalah sensus penduduk. Selain sensus untuk menjembatani ketersediaan data penduduk, Badan Pusat Statistik BPS Kota Cilegon melakukan survey penduduk. Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah geografis Kota Cilegon. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Cilegon tahun 2007 disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Cilegon tahun 2007 Luas Penduduk Kecamatan Km 2 Laki- laki Perempu- an Jumlah 1. Ciwandan 2. Citangkil 3. Pulomerak 4. Grogol 5. Purwakarta 6. Cilegon 7. Jombang 8. Cibeber 51,85 22,98 19,91 23,28 15,23 9,16 11,55 21,49 29,55 13,10 11,35 13,27 8,68 5,22 6,58 12,25 21.115 30.029 22.260 17.455 19.655 19.922 29.028 20.893 18.686 27753 20753 16.168 18.174 18.434 27.006 20.258 39.801 57.782 43.013 33.623 37.839 38.356 56.034 41.151 11,45 16,62 12,37 9,67 10,89 11,03 16,12 11,84 Jumlah 175,45 100,00 180.366 167.232 347.599 100.00 Sumber: Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon, Tahun 2007 Adapun kecamatan yang didalamnya terdapat pada penelitian ini yaitu wilayah Kawasan Industri Krakatau Cilegon KIKC meliputi: Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Pulomerak dan Kecamatan Grogol. Mengingat penelitian dilakukan di KIKC maka fokus penelitiannya ditujukan pada empat kecamatan tersebut. Dari keempat kecamatan tersebut yang merupakan wilayah pesisir: 1. di Kecamatan Ciwandan yang merupakan wilayah pesisir hádala Desa Tegal Ratu, Desa Gunung Sugih, Desa Kepuh, Desa Randakari, dan Desa Kubang Sari; 2. di Kecamatan Citangkil meliputi Desa Warnasari, dan Desa Semang Raya, 3. di Kecamatan Pulomerak meliputi Desa Suralaya, Desa Tamansari, Desa Mekarsari, dan Desa Lebak Gede; 4. di Kecamatan Grogol meliputi Desa Gerem, dan Desa Rawa Arum.

4.2.2 Kesehatan Masyarakat

Perkembangan pesat industri di Kota Cilegon saat ini tidak lain karena banyaknya investor yang menanamkan sahamnya di daerah yang sangat strategis dan menjanjikan dalam dunia usaha. Di sisi lain penerapan teknologi oleh perusahaan maupun manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik seringkali tidak diikuti oleh faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai, yang pada akhirnya berdampak pada kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cilegon terdapat sepuluh besar jenis penyakit yang hampir ditemukan pada setiap empat kecamatan yang merupakan wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon, yaitu penyakit: ISPA, tukak lambung, TBC paru BTA, dermatitis penyakit kulit, myalgia nyeri sendi, hypertensi esensial, diare gastroentiritis, artritis radang, demam, dan gejala penyakit lainnya. Berdasarkan sepuluh jenis penyakit tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasi menjadi empat jenis penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh pencemaran limbah industri polusi udara, air, dan tanah di Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Adapun empat jenis penyakit disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 tersebut, jumlah penderita penyakit yang paling besar yang dijumpai di empat kecamatan adalah jenis penyakit infeksi saluran pernapasan akut ISPA. Hal ini terjadi karena masyarakat yang berdomisili dekat dengan kawasan industri yang udaranya sudah tercemar oleh pabrik-pabrik yang beroperasi di kawasan tersebut.

4.3 Perekonomian Wilayah

Kota Cilegon merupakan wilayah bagian barat dari Provinsi Banten atau bagian barat dari daratan pulau Jawa. Oleh karena perkembangan pembangunan yang cukup, teutama dalam bidang industri, pertanianperikanan, dan wisata. Salah satu kekuatan Kota Cilegon terletak bidang industri dan pelabuhan, secara sektoral pelabuhan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan turut memberikan artikulasi politik bagi daerahnya, karena pelabuhan merupakan infrastruktur strategis bagi kegiatan ekonomi dan transportasi, terutama bagi industri untuk kegiatan arus masuk dan keluarnya barang, bahkan bagi kelancaran akulturasi dan komunitas antar berbagai wilayah, baik dalam negeri maupun dengan luar negeri. Perekonomian wilayah Kota Cilegon telah memasuki daerah industrialisasi yang secara tidak langsung memanfaatkan wilayah pesisir untuk pembangunan kawasan industri yang tumbuh dengan industri-industri raksasa seperti pabrik baja dan kimia, serta jenis-jenis industri lainnya.

4.3.1 Industri

Pertumbuhan bidang industri di Kota Cilegon yang berkembang di masa sekarang ini mengakibatkan banyaknya aktivitas manusia di darat yang menyebabkan tekanan terhadap sektor perikanan, semakin meningkat. Pertambahan jumlah industri dan penduduk membawa dampak bertambahnya beban pencemaran. Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena umumnya Tabel 10. Jenis penyakit di wilayah pesisir Kota Cilegon Jenis Penyakit di Wilayah Pesisir Kota Cilegon Tahun 2003 - 2007 No. Jenis Penyakit Kecamatan Ciwandan Org Kecamatan Citangkil Org Kecamatan Grogol Org Kecamatan Pulomerak Org 2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 1 ISPA 5285 5465 5.671 6.098 6.775 9868 10015 10.246 11.017 12.241 318 327 336 362 402 2468 2505 2.664 2.865 3.183 2 Dermatitis 2878 3150 3.212 3.453 3.837 1844 1995 2.021 2.173 2.414 152 165 175 188 209 590 611 624 671 745 3 TBC Paru BTA 1485 1658 1890 2.032 2.258 925 997 1.045 1.123 1.248 169 178 201 216 240 603 646 673 724 804 4 Artritis lainnya 1160 1285 1.301 1.399 1.554 985 1056 1.211 1.302 1.447 159 172 192 206 229 305 340 352 378 420 Total 10808 11558 12.074 12.980 14.424 13622 14063 14.522 15.615 17.350 798 842 904 972 1.08 3966 4102 4.312 4.637 5.152 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2007 INFORMASI RANCANGAN PENGELOLAAN ANALISIS INVESTASI PENGELOLAAN LIMBAH OBSERVASI LANGSUNG TERHADAP JENIS LIMBAH BAJA DI AREA PENAMPUNGAN YANG BERKECENDERUNGAN MENIMBULKAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PROSES INPUT – OUTPUT Data Order Input Output - Scrap, Slag Jenis Limbah: Karakteristik jenis - Scale,Sludge, Slurry - Sludge, Slurry limbah proses hasil - Debu EAF - Debu EAF uji toksisitas G G Ga Gambar 4. Rancangan dan perumusan penyelesaian masalah KEBIJAKAN DAN STRATEGI MODEL PENGELOLAAN LIMBAH BAJA Pemanfaatan limbah Area penyimpanan limbah Limbah yang akan diolah Proses Pemanfaatan limbah Jenis limbah Karakteristik limbah baja Pencemaran lingkungan Pengendalian limbah Kebijakan dan strategi model pengelolaan limbah industri baja sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian ekosistem pesisir kawasan industri Minimalisasi limbah Pendapatan masyarakat sekitar Aspek-aspek Pengelolaan limbah berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Peningkatan ekonomi daerah Kesehatan masyarakat Terjaganya kelestarian pesisir Penyerapan tenaga kerja buanganlimbah dari kegiatan industri tersebut mengandung zat beracun seperti senyawa klor, raksa, kadmium, krom, timbal dan lain sebagainya munculnya zat beracun ini disebabkan bahan tersebut sering digunakan dalam proses produksi suatu industri, baik bahan baku, katalisator, maupun bahan utamanya. Dilain pihak hingga saat ini industri yang tumbuh dan berkembang di Kota Cilegon setiap tahun selalu bertambah, baik industri menengah maupun industri berat. Saat ini terdapat 85 perusahaan swasta ditambah dengan industri yang bergerak pada kelompok industri Krakatau Steel Group di Kawasan Industri Krakatau Cilegon.

4.3.1.1 Kondisi Eksisting Pabrik di Kawasan Industri Krakatau Cilegon

Kawasan industri yang prospektif bila didukung oleh infrastruktur yang memadai dapat memacu perkembangan ekonomi kawasan di Kota Cilegon dan Provinsi Banten pada umumnya. Oleh karena itu, setelah diketahui kawasan industri yang prospektif tersebut, maka perlu diidentifikasi kebutuhan investasi infrastruktur sesuai kondisi masing-masing kawasan industri tersebut dengan memperhatikan langkah-langkah dukungan melalui pendekatan: 1 Mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur untuk mendorong percepatan perkembangan kawasan industri yang prospektif berkembang. 2 Melakukan upaya sinkronisasi kebutuhan infrastruktur yang telah diidentifikasi tersebut terhadap sistem infrastruktur wilayah yang telah ditetapkan dalam struktur rencana tata ruang wilayah RTRW Kota Cilegon dan Provinsi Banten. 3 Melakukan kajian dan analisa kebutuhan investasi untuk infrastruktur kawasan industri yang sinkron dengan kebijakan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cilegon dan Propinsi Banten. 4 Menyusun dalam sebuah profil untuk kebutuhan investasi infrastruktur kawasan andalan. Kondisi eksisting Kawasan Industri PT. Krakatau Steel memiliki luas lahan + 1.500 ha dan Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon yang dikelola oleh PT. KIEC sebuah anak perusahaan PT. Krakatau Steel mengelola luas lahan + 2.000 ha dan total luas lahan kawasan industri Cilegon luasnya + 3.500 ha. Nama-nama perusahaanpabrik yang beroperasi di Kawasan Industri Krakatau Cilegon disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Perusahaanpabrik baja hulu dan hilir di Kawasan Industri PT. Krakatau Steel Group No. Nama PabrikPerusahaan Jenis Kegiatan 1 Besi Spons Mengolah besi pellet menjadi besi spons 2 Billet Baja Mengolah besi spons menjadi billet baja 3 Slab Baja Mengolah besi spons menjadi slab baja 4 Hot Strip Mill HSM Mengolah slab baja menjadi baja lembaran 5 Cold Rolling Mill CRM Mengolah baja lembaran ngá ketebalan tertentu 6 Wire Rode Mill WRM Mengolah billet baja menjadi batang kawat 7 PT. Krakatau Daya Listrik KDL Mengelola listrik untuk kawasan industri, perumahan, dan perkantoran 8 PT. Krakatau Tirta Industri KTI Mengelola air untuk kawasan industri, perumahan, dan perkantoran 9 PT. Krakatau Bandar Samudera KBS Mengelola pelabuhan barang eksport – import untuk keperluan PT. Krakatau Steek Group 10 PT. Krakatau Information Technology KITech Mengelola jaringan informasi dan teknologi baik untuk keperluan PT. KS Group maupun non PT. KS. 11 PT. Krakatau Medika Mengelola Rumah Sakit untuk keperluan karyawan PT. KS Group maupun untuk umum. 12 PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon Mengelola lahan di kawasan industri Cilegon + 2.000 ha 13 PT. Krakatau Engineering Mengelola jasa konstruksi 14 PT. KHI Pipe Industries Memproduksi pipa baja 15 PT. Krakatau Wajatama Memproduksi besi ulir dan besi profil 16 PT. Plat Timah Nusantara Latinusa Memproduksi plat timah Sumber: Divisi Umum, PT. Krakatau Steel, 2007 Sedangkan untuk mengelola Kawasan Industri Krakatau Cilegon, PT.KIEC dalam kegiatannya bergerak juga dalam bidang property dan bidang pendukung lainnya sebagai berikut: 1. Property industri untuk kawasan industri: - Area industri baja : 1.500 Ha - Area industri umum : 602 Ha kemungkinan diperluas sampai 1.600 Ha - Area komersial : 1.250 Ha 2. Property komersil: perkantoran, hotel, stadion sepak bola dan lapangan golf 3. Property residen: perumahan direksi dan karyawan 4. Investasi dan perdagangan Kota Cilegon selain tumbuh dengan industri milik pemerintah pusat BUMN yaitu PT. Krakatau Steel, juga memiliki anak perusahaan yang tergabung dalam PT. Krakatau Steel Group dan nama-nama perusahaan yang tergabung dalam PT. Krakatau Group + 58 jenis perusahaan dengan berbagai jenis usaha. Pabrik-pabrik yang beroperasi di Kawasan Industri Krakatau Cilegon yang dikelola oleh PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon KIEC disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Kondisi eksisting Kawasan Industri Krakatau Cilegon No. Nama Investor Jenis ProdukKegiatan Keterangan 1 PT. Air Liquide Indonesia Liquid nitrogen, liquid oxygen, liquid argon, gas hydrogen 2 PT. Argamas Bajatama Paku, Bedrad 3 PT. Ashahimas Chemical Caustic Soda, Ethylene Dichlorida, Vinyl Chloride Monomer, Polyvinyl Chlorida, Hydrochloric Acid, Luquid Chlorine, Sodium Hypochlorite 4 PT. Barchock Wilcox Asia Workshop 5 PT. Barata Indonesia Jasa kontruksi pemesinan vessel 6 PT. BASF Polimer dispersion Belumtidak beroperasi 7 PT. Beton Agung Cilegon Concrete ready mix 8 PT. Blue Scope Steel Indonesia Zincalum coated coiol, paint coated coil 9 PT. Briketama Anugrah Cold bricket iron 10 PT. Cabot Indonesia Carbon black 11 PT Cahya Anugrah Tama Design, engineering, fabrication and contruction, testing and painting of pressure vessel, column, heat exchanger, storage tank, drum, piping, steel structural and similar steel, material 12 PT. Cerestar Flour Mills Pabrik tepung Belumtidak beroperasi 13 PT. Cheetham Garam Indonesia Garam 14 PT. Cigading Habeam Centra Welded H-beam, steel fabricator, coil centre, electric pole 15 PT. Citra Indokarbon Perkasa Calcined coke Belumtidak beroperasi 16 a PT. Citra Industri Logam Mesin Pig iron Belumtidak beroperasi 17 PT. Clariant Indonesia Bahan baku cat dan tekstil 18 PT. Commonweath steel Indonesia Grinding media steel grinding balls 19 PT. Commucation Cable Industri kabel 20 PT. Daekyung Indah Heavy Industry Heat exchange, pressure vessel, tower column, boiler, tank. 21 PT. Daya Swahasta Cipta Pengolahan plat baja limbah CRM 22 PT. Dongjin Indonesia Azodicarbonamide, modified azodicarbonamide, dinitro pentamethylene, tetramine, urea promoter. 23 PT. Dresser-Rand Services Indonesia Jasa perbaikan dan pemeliharaan alat-alat berat untuk keperluan operasi pertambangan minyak dan gas 24 PT. DySar Colours Indonesia Zat warna tekstil 25 PT. Harbison-Walker Refractories Refractories 26 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Coal storage terminal 27 PT. Indonesia Asri Refractories Perotit S, Pertundit M, Peramit M, Perfrit HL-78 basic refractories mixes 28 PT. Kapurindo Sentana Baja Kapur bakar 29 PT. Karunia Berca Indonesia Fabrikasi konstruksi baja umum dan galvanisasi 30 PT. Kokusai Keiso Engineering, construction, and maintenance work of instrumentation and electrical 31 PT. Krakatau Prima Dharma Sentana Alumunium pellet ingot 32 PT. Lautan Otsuka Chemical Blowing agent azodicarbon- amide 33 PT. Man Ferrostaal Indonesia Engineering, fabrication and industrial erection, maintenance 34 PT. Mitraguna Pancatama Wire mesh 35 PT. Multi Fabrindo Gemilang Engineering, fabrication and Construction of pressured vessel, oil gas production equipment, steel structure 36 PT. Nusaraya Putra Mandiri Pengemasan oli 37 PT. NX Indonesia Fenite magnet, fenite material, die tooling peralatan pengerjaan logam 38 PT. Petrojaya Boral PlasterBoard Gypsum board 39 PT. Prajamita Internusa Packaging oil gas industry 40 PT. Pundi Kencana Pabrik tepung Belumtidak beroperasi 41 PT. RC Grease Lublicant Manufaktur pelumas gemuk 42 PT. Resource Management Indonesia CO 2 Belumtidak beroperasi 43 PT. Rohm and Hass Indonesia Acrylic emulsion resin adhesive chemical 44 PT. Samator Gas Indonesia Pembotolan gas oksigen 45 PT. Samson Tiara Pusat pelatihan kesehatan 46 PT. Santika Pramesti Refined sugar Belumtidak beroperasi 47 PT. Savanmulia Indah Briket besi 48 PT. Seamless Pipi Indonesia Jaya Seamless pipe 49 PT. Selago Makmur Plantation Biodiesel dan minyak goreng Belumtidak beroperasi 50 PT. Sentra Usahatama Jaya Sugar refinery 51 PT. Siemens Indonesia Servicing and manufacturing of turbine component part, misc.power geraration component, kondensator, precision parts for industries 52 PT. Surya Besindo Sakti Fabricator Engineering Service 53 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jasa telekomunikasi 54 PT. Jokro Putra Persada Komponen mesin, steel fabriated parts 55 PT. Tritara Pradipta Steel inustry Belumtidak beroperasi 56 PT. Umikasentana Bajatama Kapur bakar Belumtidak beroperasi 57 PT. Wastec International Pengolahan limbah B 3 58 PT. Yosomulyo Jajag Splier carbon, distributor semen padang Belumtidak beroperasi Sumber: Divisi Properti Industri PT. KIEC, 2007

4.3.1.2 Kondisi Eksisting Jumlah Limbah Baja

Kondisi eksisting jumlah limbah padat baja yang berasal dari pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah baja dan disimpan di area penampungan limbah sebagai lahan pembuangan akhir dilakukan dengan menghitung frekuensi pengangkutan. Jumlah pengangkutan limbah dihitung tiap bulan kemudian dikonversikan menjadi satuan ton. Berdasarkan informasi dari Divisi K3LH PT. Krakatau Steel 2006, memperlihatkan bahwa kondisi eksiting jumlah limbah baja dibuang ke lahan pembuangan akhir berdasarkan limbah baja yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja sebagai sumber limbah dalam ukurun waktu 10 tahun terakhir 1994 – 2002 masing- masing menghasilkan jenis limbah: 1 Debu EAF yang berasal dari sumber limbah: BSP, SSP III, menghasilkan total limbah + 512.523 ton, 2 Sludge yang berasal dari sumber limbah: DR plant dan WRM plant menghasilkan total limbah + 260.361 ton, dan 3 Slurry yang berasal dari sumber limbah CRM plant menghasilkan total limbah + 1.056.375 ton. Di dalam ruang lingkup penelitian pengelolaan limbah industri baja di Kawasan Industri Krakatau Cilegon difokuskan pada pengambilan data kuantitas limbah padatlumpur PT. Krakatau Steel tahun 2007 yang berasal dari pabrik besi spons , besi billet, direct reduction plant DR, dan wire rode mill WRM. Tabel 13. merupakan data kuantitas limbah padatlumpur PT. Krakatau Steel tahun 2007. Tabel 13. Data kuantitas limbah padatlumpur PT. Krakatau Steel tahun 2007 Jenis Limbah Baja NO. Bulan Debu EAF Debu EAF Debu EAF Sludge Sludge Slurry BSP SSP1 SSP2 DR WRM CRM Ton Ton Ton Ton Ton Ton 1 Januari 567 1107 906 215 130 1146 2 Pebruari 240 498 923 350 50 968 3 Maret 570 740 790 182 100 1304 4 April 570 1036 882 173 130 1096 5 Mei 585 1151 986 100 220 701 6 Juni 564 1027 770 131 150 789 7 Juli 552 1010 1030 203 120 928 8 Agustus 573 1070 869 173 160 1033 9 September 552 1110 679 145 90 855 10 Oktober 522 1028 429 464 60 728 11 Nopember 552 1123 926 367 90 688 12 Desember 576 1162 779 963 Jumlah 6423 12062 9969 2503 1300 11196 Sumber: Divisi K3LH PT. KS, 2007 Dari Tabel 13 di atas, memperlihatkan bahwa jumlah limbah baja tahun 2007 dari masing-masing jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik baja yakni BSP, SSP, DR, WRM, CRM masih memperlihatkan jumlah limbah yang cukup besar. Untuk itu perlu penanganan limbah baja yang serius, agar limbah yang ada saat ini dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai tambah added value. Adapun data kuantitas jenis limbah baja tahun 2007 yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja yang berada di area pabrik baja PT. Krakatau Steel disajikan pada Gambar 13. JENIS LIMBAH BAJA 1000 2000 3000 4000 5000 6000 J anua ri P ebr ua ri Ma re t Apr il Me i Ju n i Ju li A gus tus S ept em b er Ok to b e r N opem b er De s e m b e r Bulan Jm l Li m b a h Debu EAF BSP Ton Debu EAF SSP1 Ton Debu EAF SSP2 Ton Sludge DR M2 Sludge WRM Ton Slurry M2 Gambar 13. Kuantitas setiap jenis limbah baja tahun 2007

4.3.2 Pertanian

Sektor pertanian di Kota Cilegon yang menjadi unggulan sebagai hasil produksi pertanian meliputi perikanan, tanaman pangan, dan perkebunan. Kegiatan pertanian ini banyak diperoleh di darat dan di Perairan Selat Sunda yang merupakan daerah pesisir pada empat kecamatan di wilayah Kota Cilegon yaitu Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Grogol dan Kecamatan Pulomerak. Kegiatan sektor pertanian ini berupa komoditas hasil tanaman pangan yaitu padi beras, hasil perkebunan yaitu kacang tanah. Sedangkan komoditas hasil perikanan berasal dari hasil penangkapan ikan laut. Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon diperoleh data komoditas hasil produksi pertanian berupa hasil tangkapan ikan, produksi padi dan produksi perkebunan kacang disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Produksi komoditi hasil pertanian Kota Cilegon tahun 2007 Produksi Hasil Pertanian Tiap Kecamatan Ton No. Komoditi Ciwandan Citangkil Pulomerak Grogol Jumlah 1. Tangkapan Ikan 299 266 166 372 1.103 2. Padi 1.532 1.491 452 1.754 5.229 3. Kacang Tanah 1.446 1.290 1.192 864 4.792 Sumber: Dinas Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon, tahun 2007 Permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon sampai saat ini adalah 1. Kota Cilegon belum memiliki tempat pelelangan ikan TPI dan Peraturan Daerah tentang perijinan usaha perikanan; 2. Sebagian besar nelayan masih termasuk nelayan tradisional dengan armada perikanan dan alat tangkap yang sederhana karena kurangnya modal usaha. Meskipun demikian, ada upaya-upaya pemecahan masalah oleh Pemerintah Daerah, yaitu: 1. Pemerintah Kota Cilegon beserta pihak terkait lainnya berusaha untuk mendirikan TPI agar sistem pendaratan dan pemasaran ikan menjadi lebih baik, serta membuat peraturan daerah tentang peraturan perijinan usaha perikanan untuk menciptakan iklim usaha perikanan yang kondusif; 2. Akses permodalan bagi nelayan dibuat sesederhana mungkin dengan tidak memberatkan nelayan, serta mendorong para nelayan untuk menggunakan lembaga permodalan yang ada seperti Koperasi LEP-M3, Linbuk, dan sebagainya.

4.3.2.1 Sumberdaya Perikanan

Kondisi pelimpahan ikan di perairan wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon terutama di daerah penangkapan ikan tradisional belum memiliki tempat pelelangan TPI yang hal ini menyulitkan bagi para petani khususnya masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, terlihat bahwa para nelayan di wilayah pesisir 4 empat kecamatan yakni Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Pulomerak hanya mampu menangkap ikan + 1.103 tontahun, sedangkan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan ikan lebih dari angka tersebut. Namun secara faktual Dinas Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon telah membentuk kelompok petani khususnya perikanan tangkap sampai tahun 2007 yang meliputi: 1. Jumlah petani: a Rumah tangga perikanan RTP terdiri dari: punya perahu sebanyak 519 Kepala Keluarga KK, tanpa perahu sebanyak 77 KK; b Rumah tangga buruh perikanan RTBP sebanyak 208 KK. 2. Armada perikanan tangkap terdiri dari: perahu tanpa motor sebanyak 204 unit, motor tempel sebanyak 239 unit, dan kapal motor: 5GT sebanyak 6 unit, dan 5 – 10 GT sebanyak 70 unit. 3. Alat tangkap terdiri dari: jaring insang hanyut 33 unit, jaring insang tetap 6 unit, bagan perahu 54 unit, bagan tancap 9 unit, pancing 421unit, bubu 71 unit, dan serok 80 unit. Program lain pemerintah Kota Cilegon dalam upaya meningkatkan produktifitas sumberdaya ikan di perairan wilayah pesisir yang dicanangkan dalam dekat akan membentuk Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon. Dinas tersebut merupakan pemisahan Dinas Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon, yang diharapkan wilayah pesisir Kota Cilegon mampu menghasilkan devisa bagi pendapatan asli daerah PAD Kota Cilegon.

4.4 Kondisi Pesisir Laut

Pemukiman di sekitar pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon menghasilkan pola-pola penggunaan lahan dan air yang khas, yang berkembang sejalan dengan tekanan dan tingkat pemanfaatan sesuai dengan keadaan lingkungan wilayah pesisir. Usaha-usaha budidaya ikan, penangkapan ikan, pembuatan garam, ekploitasi hutan laut, perdagangan dan industri merupakan dasar bagi tata ekonomi masyarakat wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Tekanan jumlah penduduk yang selalu bertambah sering mengakibatkan rusaknyadegradasi lingkungan, pencemaran perairan oleh sisa-sisa limbah rumah tangga, kesehatan masyarakat yang memburuk dan terganggunya ketertiban dan keamanan umum. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang proses perubahan yang terjadi di wilayah pesisir tersebut. Perlu diketahui pula bahwa perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap zat-zat hara maupun bahan-bahan buangan, karena pemanfaatan ganda yang tidak direncanakan dengan cermat akan menimbulkan masalah lingkungan yang berhubungan dengan bahan buangan seperti dari sampah organik dari kota, sisa-sisa pestisida dan pupuk pertanian, bahan buangan industri dan sebagainya akann terbawa aliran sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah pesisir tersebut. Menurut laporan Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kota Cilegon hingga tahun 2007, bahwa kadar logam berat dalam air laut disepanjang wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon sangat bervariasi namun kisaran kadar logam beratnya konsentrasi masih tergolong rendah dan masih memenuhi baku mutu air laut yang ditetapkan oleh Kantor Menteri Negera Kependudukan dan Lingkungan Hidup tahun 1988 dan tahun 2004. Keputusan Menteri Negera Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep 51MNKLHI2004 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut.

V. ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH PESISIR

ABSTRAK Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan lautan, juga merupakan kawasan di permukaan bumi yang padat dihuni oleh umat manusia serta tempat berlangsungnya berbagai macam jenis kegiatan dalam pembangunan. Kebijakan pengelolaan limbah di wilayah pesisir dirasakan sangat penting bagi masyarakat maupun pemerintah daerah. Tujuan analisis pengelolaan limbah ini yaitu: untuk mengetahui hasil uji toksisitas limbah industri baja, mengetahui kualitas air laut di wilayah pesisir, mengetahui proses instalasi pengelohan air limbah baja. Metode analisis pengelolaan limbah baja ini mengacu pada: toxicity characteristic leaching prosedure TCLP untuk mengetahui hasil uji toksisitas; Peraturan Pemerintah RI. No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3; Proses IPAL untuk regenerasi atau recovery limbah. Hasil analisisnya yaitu: hasil uji toksisitas limbah industri baja tersebut masuk pada limbah B3, karena melebihi baku mutu untuk limbah DR untuk Pb, limbah HSM untuk Cr, Cu, dan Pb, limbah FC untuk Cr dan Cu dan limbah EAF kecuali Cu sedangkan limbah baja WRM dan CRM tidak terkena kriteria limbah B3. Kualitas air laut di wilayah pesisir masih memenuhi batas aman, tidak melewati baku mutu air laut. Proses instalasi pengelohan air limbah baja dilakukan dengan proses regenerasi atau recovery sebagai upaya optimalisasi konsumsi dan minimalisasi kontaminasi dalam buangan limbah cair. Kata kunci: Limbah baja, toksisitas, kualitas air laut, IPAL, wilayah pesisir. 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan lautan, juga merupakan kawasan di permukaan bumi yang padat dihuni oleh umat manusia serta tempat berlangsungnya berbagai macam jenis kegiatan dalam pembangunan. Laporan dari UNESCO 1993, sekitar 60 dari total penduduk dunia bermukim di daerah sekitar 60 km dari garis pantai. Dua per tiga dari kota-kota dunia dengan penduduk lebih dari 2,5 juta jiwa terdapat di wilayah pesisir. Menurut Dahuri 1998, keadaan serupa juga terjadi di Indonesia, dalam hal ini hampir sebagian kota-kota besar serta lebih dari 60 jumlah penduduknya terdapat di wilayah pesisir. Konsentrasi kehidupan umat manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah pesisir bukanlah suatu kebetulan, melainkan disebabkan oleh tiga alasan ekonomis economic rationality yang kuat, yaitu: 1 wilayah pesisir merupakan salah satu kawasan yang secara biologis paling produktif di planet bumi ini. Berbagai ekosistem dengan produktivitas hayati tertinggi, seperti hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan estuaria, berada di wilayah