Toksisitas Logam pada Manusia dan Pencegahannya

keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan keseimbangan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi, karena pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisikologi, genetik dan resistensi. Di antara jenis-jenis logam yang telah ditemukan ternyata hanya beberapa logam yang sangat berbahaya dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan keracunan fatal. Menurut Gossel dan Bricker 1984 terdapat 5 logam yang berbahaya pada munusia yaitu: arsen As, kadmium Cd, timbal Pb, merkuri Hg, dan besi Fe. Diantara kelima logam tersebut, maka logam besi Fe merupakan bagian dari proses produksi baja yang menghasilkan limbah baja. Menutur Darmono 2006, logam bersifat toksik karena logam tersebut terikat dengan ligan dari struktur biologi. Sebagian besar logam menduduki ikatan tersebut dalam beberapa jenis sistem enzim dalam tubuh. Ikatan tersebut mengakibatkan tidak dapat aktifnya enzim yang bersangkutan, hal inilah penyebab utama dari toksisitas logam tersebut. Tempat ikatan logam yang spesifik tersebut menjadi dasar perkiraan dari organ atau jaringan yang sensitif terhadap keracunan logam dosis kecil. Di sisi lain kegiatan manusia di darat yang mempunyai dampak meningkatnya sedimentasi khususnya di wilayah pesisir akan menghasilkan beban sedimen. Kelebihan sedimen cenderung akan membunuh biota-biota yang bernafas dengan insang dan hewan-hewan air pemakan sedimen, apalagi jika sedimen tersebut mengandung pestisida maupun logam berat yang mempunyai konsentrasinhya sangat tinggi.

2.2.3 Toksisitas Logam pada Manusia dan Pencegahannya

Pengaruh negatif toksisitas logam terhadap manusia seperti keracunan logam telah banyak diketahui, seperti ada nama khusus terhadap keracunan logam tertentu, yaitu “Minamata Disease” karena keracunan metil merkuri. Keracunan akut dari logam berbahaya biasanya terjadi pada orang termakan dosis tinggi logam yang bersangkutan atau karena pengaruh obat yang mengandung logam. Hal tersebut biasanya terjadi pada kelompok orang tertentu atau perorangan. Tetapi pada keracunan kronis yang disebabkan oleh orang yang mengkonsumsi logam dalam jumlah sedikit tetapi berlangsung lama biasanya terjadi dalam komunitas atau penduduk yang tinggal dalam suatu lingkungan yang tercemar, seperti penduduk di pemukiman nelayan sepanjang pesisirpantai. Menurut Darmono 2006, terjadinya toksisitas logam dapat melalui beberapa jalan, yaitu inhalasi melalui pernapasan, termakan melalui saluran pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Hubungan antara lokasi industri dan inhalasi debu adalah sangat nyata dalam proses keracunan logam melalui saluran pernapasan. Kejadian luka pada kulit yang menyebabkan logam diserap melalui kulit sudah sering terjadi. Menurut Gossel dan Briker 1984 terdapat 5 logam yang berbahaya pada manusia yaitu: arsen As, kadmium Cd, timbal Pb, merkuri Hg, dan besi Fe, selain itu terdapat 3 logam yang kurang beracun yaitu: tembaga Cu, selenium Se, dan seng Zn. Limbah baja memiliki kandungan logam besi Fe, meskipun logam ini termasuk kelompok logam esensial, tetapi kasus keracunan Fe sering dilaporkan terutama pada anak-anak. Keracunan pada anak-anak terjadi secara tidak sengaja, saat anak memakan makanan atau benda yang mengandung Fe, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Walaupun toksisitas Fe jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan gangguan mental serius. Kasus terjadinya toksisitas Fe pada anak kemungkinan besar terjadi karena banyak preparat yang mengandung Fe diberikan pada anak, baik berupa obat dan vitamin. Di samping itu, kebiasaan anak makan sembarangan di lingkungan sekitarnya. Besi Fe merupakan logam dalam kelompok makromineral di dalam kerak bumi, tetapi termasuk kelompok mikro dalam sistem biologi. Logam ini termasuk yang pertama ditemukan dan digunakan oleh manusia sebagai alat pertanian. Sebagai sumber utama pencemaran udara oleh Fe adalah pabrik besi dan pabrik baja. Inhalasi Fe oksida dari asap dan debu yang sering terjadi di lokasi pertambangan atau pabrik baja, dapat menyebabkan radang paru-paru “benigna pneumoconiosis”. Pada waktu pemeriksaaan sinar rontgen terlihat adanya endapan Fe dalam alveoli paru-paru. Pada umumnya setiap jaringan tubuh manusia mengandung Fe sebanyak 4 g Fe. Hampir semua Fe dalam tubuh terikat dengan protein porfirin dan komponen hemoglobin. Besi Fe sering tersedia dalam preparat obat dan vitamin, termasuk tablet suplemen, sebagai sulfat, glukonat, dan garam fumarat. Dalam tablet multivitamin-mineral biasanya diberikan pada ibu hamil yang menjelang melahirkan untuk mencegah defisiensi Fe. Sebagai upaya untuk melakukan antisipasi pencegahan suatu kasus terjadinya keracunan logam yang lebih luas, perlu dilakukan pengamatan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang menurun baik udara, air, ataupun makanan yang selalu digunakan penduduk setiap hari perlu diteliti. Bilamana suatu kawasan lingkungan yang mulai dipergunakan sebagai kawasan industri, maka perlu dipikirkan relokasi pemindahan penduduk ke daerah lain yang bersih.

2.2.4 Beban Pencemaran Limbah Baja dan Kemampuan Asimilasi Wilayah Pesisir