A. Hasil Uji Toksisitas Limbah
Berdasarkan hasil survei di lapangan, karakteristik limbah padat industri diperlukan sistem pengelolaan limbah secara tepat dalam upaya mengurangi
pencemaran terhadap lingkungan dengan terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian
berupa hasil uji toksisitas terhadap limbah. Karakteristik fisik limbah menunjukkan
bahwa semua limbah, kecuali CRM mempunyai specific gravity yang lebih besar daripada aggregate halus. Berat volume FC, HSM, DR, dan WRM lebih besar
dibandingkan aggregate halus. Untuk modulus kehalusan, limbah FC dan CRM lebih besar dibandingkan aggregate halus. Sedangkan specific surface area limbah WRM
dan DR lebih tinggi dibandingkan aggregate halus. Secara fisik diantara semua limbah, limbah CRM mempunyai bentuk yang paling sulit ditangani, hal ini antara
lain disebabkan oleh kandungan air dan volatil yang tinggi dan limbah tersebut ada dalam bentuk slurry. Sedangkan untuk karakretistik kimia menunjukkan bahwa
semua limbah mempunyai pH diatas 7 sehingga dapat dikatakan bersifat basa. Uji toksisitas limbah baja disebut sebagai uji pelindian atau toxicity
charcteristic leaching prosedure TCLP. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mengevaluasi jumlah komponen limbah yang terlepas kembali dari limbah baja yang telah disolidifikasi akibat pengaruh air yang bersifat asam. Uji ini berlaku untuk
limbah berkategori B3 yang mengalami landfilling yang berlaku di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.191994 dan Peraturan Pemerintah No. 121995. Uji
pelindian dilakukan dengan cara TCLP. Fitratnya kemudian dianalisis terhadap logam Cr, Cd, Cu, Ni, Pb, dan Zn. Limbah untuk uji TCLP diambil dari limbah yang
dihasilkan. Untuk melakukan identifikasi limbah sebagai limbah B3, diperlukan uji
karakteristik dan uji toksikologi atas limbah tersebut. Pengujian ini meliputi karateristik limbah atas sifat-sifat: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, bersifat korosif, dan dapat menyebabkan infeksi. Sedangkan uji toksikologi digunakan untuk mengetahui nilai akut dan atau kronik limbah.
Hasil uji toksisitas digunakan untuk menilai efek akut, subakut, dan kronis. Uji ini perlu didasarkan atas waktu, karena semua zat baru akan memasuki atau
dipakai di industri harus diuji terlebih dahulu toksisitasnya. Untuk melihat efek jangka panjang, maka uji toksisitas setiap zat harus dikaji pula efek kronisnya, Karena
itu, menurut Sumirat 2003, di dalam toksisitas logam seperti limbah baja dapat bersifat kronis dan akut, sangat tergantung pada berbagai faktor:
1. Toksisitas akut tergantung pada: a dosis tinggi sekaligus dalam waktu yang
pendek, maka efek bisa akut dan parah. b waktu pemaparan pendek tetapi pasif. c organ absorpsi memungkinkan masuk ke peredaran darah dengan cepat.
2. Toksisitas kronis tergantung pada: a dosis tidak tinggi, tetapi paparan yang
menahun. b gejala tidak mendadak ataupun sangat gradualkronis. c organ dapat seluruh terkena.
Uji TCLP tersebut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pelindian logam berat dalam air hujan secara maksimum. Uji ini dilakukan terhadap limbah baja yang
dihasilkan dari proses produksi baja. Hasil uji TCLP limbah baja selengkapnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil toxicity characteristic leaching prosedure TCLP limbah baja. Parametermgl
Jenis Limbah
Cd Cr Cu Pb Zn
DR 11,0
WRM 4,5
HSM 7,2
18,0 6,2
CRM FC 6,2
13,0 4,5
EAF 3,8 19,2
7,8 21,0
60,5 Keterangan: tidak dilakukan analisa karena total lebih kecil dari standar TCLP.
Dalam kaitannya dengan baku mutu yang ditetapkan, maka uji TCLP tersebut di atas merupakan pendekatan dalam upaya pengendalian terhadap pembuangan
limbah berbahaya. Adapun sasaran uji TCLP ini adalah membatasi adanya lindi leaching berbahaya yang dihasilkan dari penimbunan landfilling setelah limbah di
stabilisasisolidifikasi. Untuk melakukan uji perlindian TCLP terhadap limbah beracun memerlukan alat rotary agitator
yaitu suatu alat yang berputar secara rotasi end-over-end
dengan kecepatan putaran 30 + 2 rpm selama 18 + 2 jam.
Berdasarkan analisa TCLP di atas dapat disimpulkan bahwa limbah tersebut masuk pada kriteria limbah B3, karena beberapa komponen melebihi baku mutu
seperti diatur dalam standar TCLP No. 04091995 dan baku mutu TCLP Peraturan Pemerintah RI. No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun B3, yaitu: direct reduction DR, untuk Pb, hot strip mill HSM, untuk Cr, Cu, dan Pb, furnace centre FC, untuk Cr dan Cu dan electric arc furnace EAF,
untuk semua komponen kecuali Cu. Limbah baja wire rode mill WRM dan cold
Tabel 16. Data kualitas air laut di wilayah pesisir kawasan industri Krakatau Cilegon
HASIL UJI LABOTARIUM TIAP KECAMATAN No. PARAMETER SATUAN
BAKU CIWANDAN
CITANGKIL PULOMERAK
GROGOL MUTU
2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 A. FISIKA
1 Bau -
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
Tdk berbau
2 Kecerahan Meter
3 3,25 3,0 3,0 3,0 3,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
3 Zat padat tersuspensi Mgl
80 5 3 1 5 5 1 12 4 5 12 7 2
4 Suhu
o
C
Alami 31,2 29,6 30,0 30,8 30,0 29,7 30,0 29,7 30,1 30,0 31,9 30,0
5 Lapisan Minyak
-
Nihil Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
6 Sampah -
Nihil Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
B. KIMIA